Royals - Chapter 16.1

298 20 0
                                    

________________________________
____________________

C16.1 : Pack the bag! It's go time!

____________________
________________________________

Playlist : Ariana Grande - God is a woman

Playlist : Ariana Grande - God is a woman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

Arthur menyingkir dari pintu. Mempersilahkanku masuk. "Silahkan, Skyla."

Kutinggalkan koperku dan mengambil empat langkah masuk dengan tangan terlipat di dada. Mataku memperhatikan sekilas kamar yang luasnya tiga kali kamar lain di sekolah ini sebelum kemudian tertuju padanya. Pada Navhaniel yang hanya mengenakan handuk sepinggang. Wajar saja dia pernah mengatakan kamarku sempit.

"Kenapa berhenti di situ?" Tanya Navhaniel bingung.

"Kenapa tidak memakai pakaian yang benar?" Aku bertanya balik.

"Ck! Baru kali ini ada gadis yang mengeluh saat melihat tubuhku."

"Kau kecewa aku tidak seperti gadis-gadis Beverly Hills High School yang berpesta bersamamu dan Franz kemarin?"

Suara tawa Arthur terdengar bersamaan dengan Navhaniel yang tiba-tiba diam. Membuat kami sontak menoleh padanya.

"Siapa yang menyuruhmu tertawa?" Tanya Navhaniel ketus sehingga Arthur langsung berusaha keras menutup mulutnya. Sekarang Navhaniel sudah kembali menatapku. "Tunggu sebentar, Skyla. Aku akan segera kembali." Lagi, mata biru itu kembali menoleh pada Arthur. Penuh ancaman. "Dan kau, Bowen, jangan macam-macam."

"Siap laksanakan, Tuan Muda Navhaniel!" Kata Arthur sembari memberi hormat. Masih dengan senyum gelinya.

Navhaniel berdecak kesal sebelum kemudian pergi begitu saja kembali ke dalam kamar mandi. Meninggalkanku berdua bersama Arthur.

"Sebenarnya apa hubunganmu dengan Navhaniel?" Aku bertanya saat Arthur menutup pintu di belakangku.

"Tenang saja, Skyla. Aku bukan sainganmu." Arthur berjalan melewatiku dan duduk di sofa. "Aku masih suka mengejar gadis-gadis yang pura-pura menolakku."

"Ck!" Aku memutar bola mata malas. "Bukan itu maksudku."

Arthur tidak menjawab. Dia hanya terkekeh sebelum kemudian mengambil jeruk di keranjang buah yang terletak di tengah meja kopi dan mengupasnya. Dia pasti dekat dengan Navhaniel. Tetapi kenapa aku jarang sekali mendapati mereka berdua?

Dari hasil analisa singkatku, kamar ini lebih seperti kamar hotel. Buah, kue, minuman, tidak mungkin Navhaniel yang menyiapkannya sendiri. Aku bahkan berani bertaruh akan hal itu.

Ada beberapa lukisan abstrak yang tergantung di dinding. Aku bukan seniman atau semacamnya, tetapi aku tahu karya seni yang berharga setidaknya enam sampai tujuh angka.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang