Heiress - Chapter 23.1

215 13 0
                                    

________________________________
____________________

C23.1 : Walking through the hallway

____________________
________________________________

Playlist : 5 Seconds of Summer - Lie To Me

Playlist : 5 Seconds of Summer - Lie To Me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

"...para que la gente de todo el mundo esté en paz." (*) Aku tersenyum pada semua orang yang ada di kelas bahasa Spanyol ini meskipun aku tidak dapat melihat wajah mereka karena cahaya proyektor yang menampilkan presentasiku tentang kesetaraan ras menyorot ke arahku. Lalu aku menambahkan, "No necesariamente muerta primero. Pero ustedes entienden el punto, ¿verdad? Solo ocúpate de tus propios asuntos." (**) Lagi, aku tersenyum. "Está bien, eso es todo. ¿Cualquier pregunta? ¿No? Okay, gracias por su atención. Buenas tardes." (***)

Suara tepuk tangan memenuhi ruangan bersamaan dengan lampu yang kembali menyala. Aku mengangguk sekali pada Señor Arias, lalu turun dari podium untuk kembali ke kursiku di baris kedua sebelum teratas.

Karena aku adalah yang pertama presentasi, cukup lama aku harus menunggu bel berbunyi yang menandakan jam pelajaran telah berakhir untuk mengeluarkanku dari lubang gelap penuh kebosanan ini.

Kalau di kelas pelajaran lain, aku tidak akan merasa jenuh karena aku punya teman bicara. Cuma di kelas bahasa Spanyol ini saja aku sendiri. Para sahabat perempuanku lebih memilih bahasa Perancis. Sedangkan para sahabat laki-lakiku kebanyakan sudah fasih dalam bahasa Spanyol. Dan Dylan yang seringkali satu kelas denganku dalam berbagai pelajaran tertarik pada bahasa Jepang.

"Bien clase, se acabó el tiempo. Continuaremos con la próxima reunión. Buenas tardes." (****) Señor Arias menutup kelas setelah bel yang kutunggu-tunggu terdengar.

Tanpa menunda satu detikpun, aku bangkit berdiri. Bergegas untuk keluar karena aku sudah sangat lapar. Bayangan daging medium rare yang diracik khusus oleh Nyonya Diana membuatku tidak dapat fokus pada apapun lagi.

Tetapi sebelum aku mencapai pintu, Señor Arias memanggilku. "Skyla, boleh aku berbicara padamu sebentar?"

Aku sontak menghentikan langkahku, berbalik menghadap Señor Arias, secara otomatis tersenyum sopan. "Tentu saja, Señor. Ada apa?"

"Sudah dua puluh tahun aku mengajar, dan dari pengamatanku, kebanyakan murid memilih pelajaran bahasa yang mereka tidak bisa." Kata Señor Arias. Dia melangkah ke meja guru dan aku mengikutinya. "Tetapi kau, kau sangat pandai dalam bahasa ini."

"Saya bukan kebanyakan murid, Señor." Aku mengamati gerakannya yang luwes saat membuka buku-buku tebal di atas meja—mengkoreksi tugas-tugas. Mungkin pengalamannya selama dua dasawarsa membuat hal-hal seperti ini semudah bernapas.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang