Royals - Chapter 11.2

315 23 1
                                    

________________________________
____________________

C11.2 : A shred of Moment and Moonlight

____________________
________________________________

Playlist : Hailee Steinfeld, Grey - Starving ft. Zedd

________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

"Aku tidak memakai barang bekas." Tolakku.

"Tenang saja. Ini baru diimpor dari Swiss. Kau pikir aku mau memakai barang murah? Terlebih bekas?"

Selama sesaat, aku hanya diam menatap sepatu kulit berwarna putih bersih itu. Ragu. Tapi setelah mendapati tatapan bingung Navhaniel, aku akhirnya menerimanya. Duduk dan memakainya tanpa melirik sedikitpun pada si mata biru.

"Sudah selesai?" Tanya Navhaniel yang sudah berdiri di hadapanku. Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

"Ya." Aku menerima uluran tangannya. Menggenggamnya erat. Kesulitan saat berjalan menuju es.

Baru selangkah aku berada di atas es, aku berhenti. Semakin mengeratkan peganganku pada Navhaniel. Demi Tuhan! Aku tidak tahu sama sekali bagaimana caranya melakukan ice-skating!

"Tidak. Tidak. Tidak." Aku menggeleng cepat. "Aku mau kembali ke kamar."

"Huh?" Navhaniel menatapku heran. "Kembali ke kamar?"

"Kau tuli?"

Satu alis Navhaniel terangkat. "Kenapa tiba-tiba kau ingin kembali?"

"Aku tidak mau jatuh!" Jawabku kesal. Persetan dengan egoku. "Aku tidak bisa melakukan ini!"

"Ice-skating?"

"Tidak. Berenang!"

Navhaniel terkekeh geli. "Skyla Clarke, ratu di sekolah ini, tidak bisa ice-skating? Kau bercanda?"

Aku berdecak mengalihkan pandangan. "Dulu, setelah berpisah dari Rhys, aku pernah dekat dengan salah satu ice-skater terbaik Spencers atas bujukan Malika. Hanya seminggu. Dia sudah lulus satu tahun yang lalu. Laki-laki sialan itu mengajariku sedikit, tetapi dia melepaskan pegangannya padaku saat kami berada di tengah es." Kejadian itu terlintas di kepalaku sedingin es yang menghantam tubuhku saat itu. "Lalu aku jatuh. Kakiku terkilir dan tidak bisa berjalan selama empat hari." Aku menghembuskan napas, kembali menatap Navhaniel. "Aku tidak bercanda."

"Maaf." Katanya. Navhaniel mengulurkan sebelah tangannya lagi padaku. "Aku bersumpah tidak akan membiarkanmu jatuh. Apalagi terluka."

Meskipun sempat ragu, aku akhirnya menerima uluran tangan Navhaniel. Dia menggenggam kedua tanganku erat. Perlahan bergerak mundur. Membawaku semakin ke tengah. Tidak ada yang berbicara di antara kami. Aku sibuk memperhatikan es di bawah kakiku. Tertawa pelan setiap kali aku hampir terpeleset meskipun jantungku berdetak seribu kali lebih cepat.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang