❝FOR THOSE WHO LOOK UP TO THE SKY.❞
____________________________________________
SKYLA ALEA CLARKE, cucu perempuan pertama dari keluarga pemilik perusahaan senjata nomor satu dunia. Cantik dan cerdik. Posisinya sebagai ratu di sekolah swasta paling...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
________________________________
Hampir satu tahun yang lalu, aku berusaha membohongi seorang gadis cantik dengan mengatakan bahwa aku tinggal di unitpenthouse di depan unitnya. Tentu saja gadis itu tidak percaya. Jadi aku harus membeli gedung ini agar aku tidak terlihat bodoh dan dicap sebagai pembohong.
Siapa sangka hanya dengan mengeluarkan beberapa juta dolar, aku dapat menghabiskan lima hari bersama Skyla Alea Clarke. Dan jika aku bisa mengulanginya lagi, aku rela mengeluarkan berkali-kali lipat.
"Apa Nona Clarke ada di unitnya?" Tanyaku pada salah satu resepsionis.
Wanita itu tersenyum ramah, mengangguk sebelum berkata, "Nona Clarke mengatakan bahwa dia sedang tidak ingin diganggu, Tuan Muda."
Mengabaikan apa yang dikatakan sang resepsionis, aku melangkah menuju elevator. Yang kupedulikan hanya konfirmasinya bahwa Skyla ada di sini.
Kesunyian menyapaku saat aku memasuki elevator, berjalan melintasi lorong, dan akhirnya berhenti di depan pintu ganda yang menyembunyikan unitpenthouse Skyla.
Pintu ganda di hadapanku terbuka setelah aku memindahkan sidik jariku. Gelap. Cahaya bulan tidak cukup menerangi tanpa bantuan chandelier serta lampu-lampu lain.
Pecahan kaca berserakan. Vas bunga dan bingkai foto tergeletak hancur. Bahkan gelapnya malam tidak dapat menyembunyikan betapa kacaunya tempat ini.
Namun semua itu tidak menggangguku. Fokusku terpaku pada tubuh seorang gadis yang berdiri tegak di balkon memunggungiku, menatap lampu-lampu kota yang bersinar bagaikan bintang.
Aku masih belum mengatakan apapun. Langkahku yang setenang kucing sama sekali tidak mengusiknya. Bahkan hingga aku berdiri di sisinya, Skyla tetap tidak bergeming.
"Ini bukan pertama kalinya." Setelah beberapa menit berlalu dalam hening, Skyla berbicara dengan suara sedingin angin malam yang mengelilingi kami saat ini. "Serangan di mansion Opa dan Oma." Lanjutnya. "Dulu Uncle Michael. Dan sekarang Opa." Kekehan miris Skyla mengahancurkan perasaanku. "Tidak. Tidak. Seharusnya aku yang dulu menjadi korban."
"Sky..." Aku menatap sisi wajah Skyla lekat.
"Kau tahu, Navhaniel? Rasanya menanggung beban nyawa seseorang selama bertahun-tahun? Bahwa kau bertanggung jawab atas kematiannya?" Mata abu-abunya akhirnya balas menatapku. Hancur. Aku tidak pernah melihatnya sehancur ini. Bahkan tidak di setiap kali aku menyaksikannya terbangun dari mimpi buruk. "Seseorang harus merasakan penderitaan yang keluargaku dan aku rasakan."