Royals - Chapter 12.1

317 20 0
                                    

________________________________
____________________

C12.1 : Power Holders

____________________
________________________________

Playlist : Halsey - Without Me

________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

"Kudengar kau tidak suka basa-basi." Kata yang berambut hitam. Sorot mata birunya tajam. Serasi dengan wajahnya yang terlihat keji. "Jadi aku akan langsung ke intinya saja."

Aku melipat kedua tanganku di depan dada dengan satu alis terangkat. "Dan apa itu?"

"Jadikan aku AFSR Queen." Jawabnya.

"Kau bercanda?" Hampir saja aku tertawa mendengar permintaannya. "Tidak bisa."

"Apa katamu? Kau berani menolakku?"

"Kenapa aku harus tidak berani?"

Dia dan teman-temannya ternganga menatapku selama sepersekian detik sebelum kembali dengan raut tak berperasaan mereka. Jika mereka kira aku akan merasa terintimidasi dengan tatapan dan posisi mereka yang seakan mengurungku, mereka salah besar. Berarti mereka tidak mengenalku seperti aku juga tidak mengenal mereka.

Alih-alih si rambut hitam, gadis pucat berambut pirang dengan gaun merah muda yang mengingatkanku pada Putri Aurora dari film Maleficent menyahut. "Jaga nada bicaramu di hadapan kami."

"Sudah. Sudah." Belum sempat aku mengatakan apapun, si rambut hitam kembali berbicara. "Kita tidak ingin ada keributan, Daniela." Ujarnya dengan senyum yang tidak sampai ke mata. "Untuk itu, kau hanya perlu menjadikanku AFSR Queen dan kita bisa kembali menikmati pesta ini dengan damai."

"Tetap tidak bisa." Tolakku begitu saja. Tanpa berpikir sama sekali. "Kau tidak memiliki kriterianya."

"Kalau begitu masukkan Bianca ke dalam kriteria." Kata si gadis rubi yang kata Malika bernama Nadia. "Apa susahnya?"

"Dipaksapun, Bianca tidak bisa." Aku terang-terangan menatap gadis yang baru kuketahui bernama Bianca dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kalung bertahtakan batu safir, anting dan gelang yang serasi, gaun semerah darah, clutch Celine keluaran terbaru, serta heels hitam Christian Louboutin. "Kriterianya adalah penampilan, kecantikan, dan..." Tanpa bisa kutahan, aku tersenyum samar. "Otak."

Jika tadi mereka menatapku menganga selama sesaat, kali ini aku membuat mereka seratus persen tercengang hingga tidak ada satupun dari mereka yang berbicara saat aku berkata, "kalau begitu, aku rasa urusan kita sudah selesai. Selamat kembali menikmati pesta." Lalu aku berbalik pergi meninggalkan mereka.

Aku baru setengah jalan melewati kerumunan orang-orang yang sedang menari untuk kembali ke para sahabatku saat seseorang menarik sikuku kasar. Memaksaku menghadap kearahnya. Bianca menatapku dengan sorot pembunuh. Lebih dingin dari tatapannya tadi.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang