Royals - Chapter 13.2

290 19 0
                                    

________________________________
____________________

C13.2 : Fairytale, is it?

____________________
________________________________

Playlist : LORDE - Royals

________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

"Di sini kau rupanya." Kata Navhaniel sembari meminum jusku begitu saja. Membuatku berdecak sebal menatapnya. "Aku mencarimu."

"Apa kalian gila?! Memalukan!" Cecar Nichole saat mereka sudah duduk di meja kami. Meskipun meja ini merupakan meja paling panjang dan besar, tetap saja tidak cukup ruang. Nichole sangat anti jika keempat laki-laki yang bertelanjang dada ini mendekat. "Ugh! Kalau semua laki-laki seperti kalian, aku lebih memilih menjadi biarawati saja!"

Jonathan tertawa keras. Begitu pula denganku dan yang lainnya. Sementara Nichole mendelik jijik sembari meneguk air mineralnya hingga tandas. Kami semua tahu dia bersungguh-sungguh dalam mengatakan apa yang dikatakannya tadi.

"Biarawati? Kau serius lebih memilih dinikahi oleh seorang pastur dibanding salah satu dari mereka?" Tanya Jonathan geli seraya menunjuk Rhysand, Franz, Rafael, dan Navhaniel dengan telunjuknya.

Nichole mengangkat sebelah alisnya. Mengamati Franz dengan seksama. "Franz, sang Ksatria Lancelot. Tidak ada yang tidak mempercayainya. Hingga dia membawa kabur istri Arthur. Dan meskipun begitu, dia masih membuat kebanyakan orang berpikir bahwa apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang baik, suci. Semua demi sesuatu yang disebut cinta. Bahkan sampai harus menyakiti sahabatnya sendiri." Kata Nichole. "Dengan kata lain kau budak cinta."

Aku tersenyum miring pada Franz. Semua yang Nichole utarakan tepat sasaran. Tidak ada yang salah. Lalu mata sahabatku itu berpindah pada Rafael yang tersenyum cerah, tampak menunggu. "Rafael, Kapten Jack Sparrow. "

"Apa dia seseorang yang tampan?"

"Tidak ada yang bisa menolaknya." Emily menjawab pertanyaan penuh harap Rafael mendahului Nichole. "Aku sendiri sangat menyukai karakternya yang lucu dan menghibur."

"Ya. Tetapi dia bodoh, aneh, dan berantakan." Timpal Nichole. Setiap kata diucapkan dengan tajam. Membuat senyum yang tadinya terukir manis di wajah Rafael terkikis sedikit demi sedikit. "Ucapannya berantakan, selera humornya berantakan, cara berpakaiannya berantakan, bahkan—"

"Cukup. Cukup. Aku tidak bisa mentoleransi kebohongan lebih dari itu." Potong Rafael sembari menutup telinganya. Membuatku terkekeh pelan.

Nichole memutar bola mata malas sebelum kemudian menatap Rhysand dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Rhys, tentu saja kau Pangeran Tampan. Memiliki segalanya kecuali logika. Yang benar saja! Tidak bisa mengejar seorang gadis yang berlari menggunakan sepatu kaca dan gaun raksasa? Lalu mengandalkan sebuah sepatu untuk menentukan masa depannya? Ck!"

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang