Royals - Chapter 17.1

294 19 0
                                    

________________________________
____________________

C17.1 : Sort of Gambling

____________________
________________________________

Playlist : The Chainsmokers & Coldplay - Something Just Like This

Playlist : The Chainsmokers & Coldplay - Something Just Like This

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

"Kau ingin aku membantumu, Sky?"

Aku berbalik. Mendapati Navhaniel sudah berdiri di belakangku dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celana. Mata birunya berkilat senang. Serasi dengan senyum samar yang terukir sempurna di wajah tampannya. Sebuah paket lengkap untuk bencana bagi kaum Eve—Sang Pendosa Asli.

"Sky?" Panggil Navhaniel karena aku tidak kunjung merespon tawarannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau ingin jawaban umum atau khusus?"

Apa laki-laki di hadapanku ini buta? Apa dia bodoh sehingga tidak menyadari bahwa suasana hatiku sedang tidak bagus untuk mengikuti permainannya? Alih-alih menjawab, aku melipat kedua tanganku di depan dada, mengangkat sebelah alisku.

"Baiklah. Baiklah. Tidak perlu marah." Kata Navhaniel geli. "Seperti yang kau tahu, aku adalah siswa di Spencers. Jadi aku ada di sini sebagaimana murid Spencers lainnya. Itu tadi jawaban umum. Dan untuk jawaban khusus, aku berdiri di sini karena aku ingin bersamamu." Jelasnya. "Itu saja."

Setelah mendengar penuturannya yang cukup panjang, aku mengedikkan bahu acuh tak acuh. "Oh."

"Oh? Hanya itu?"

"Kau ingin aku mengatakan apa?" Aku bertanya sembari kembali menyelesaikan ikatanku. "Bahwa aku sangat tersanjung karena Navhaniel Grayson ingin bersamaku? Bahwa aku juga ingin bersamamu?"

Navhaniel tiba-tiba mendekatkan wajahnya padaku. "Begitu lebih baik." Bisiknya pelan.

Mengabaikan detak jantungku yang tiba-tiba meningkat karena kedekatan kami, aku tersenyum yang sangat jelas dipaksakan. "Kau bisa berharap pada orang lain untuk itu."

"Kalau aku hanya ingin berharap pada kekasihku yang cantik, bagaimana?"

Sungguh. Aku tidak mengerti diriku sendiri kali ini. Kenapa aku bisa kehabisan kata-kata? Kenapa aku jadi gugup? Bagaimana bisa ini terjadi?

Tidak. Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku mendorong pelan Navhaniel agar menjauh. Berhasil. "Aku harus mengambil lentera di pos utama. Kau mau ikut tidak?"

Secepat tawaran itu keluar dari mulutku, secepat itu pula aku langsung merutuki diriku sendiri. Sial. Sial. Sial. Sebenarnya untuk apa aku mengajaknya? Bodoh. Tetapi belum sempat aku membatalkan pertanyaanku tadi, Navhaniel sudah menyambar tanganku, menggenggamnya erat, dan menarikku pergi.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang