Princess - Chapter 8.1

393 23 1
                                    

________________________________
____________________

C8.1 : Far Away From Control

____________________
________________________________

Playlist : Demi Lovato - Heart Attack

Playlist : Demi Lovato - Heart Attack

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

"Libatkan aku."

"Tidak."

"Ayolah, Sky."

Aku hanya menatap iris biru gelapnya tak gentar. Bersikukuh dengan keputusanku yang tidak akan menyetujui keinginan Navhaniel untuk ikut dalam rencanaku meskipun dia telah bersikeras memintanya selama lima menit terakhir sementara aku menghabiskan supku.

Lagipula, untuk apa Navhaniel mengurusi masalahku? Apa dia tidak memiliki pekerjaan lain? Demi Tuhan! Dia saja baru mengetahui keberadaanku di dunia ini. Kenapa dia peduli?

"Bukankah akan lebih mudah jika kau memiliki aku di belakangmu?" Bujuknya lagi. "Aku ini Grayson. Aku bisa memberimu akses tanpa batas."

"Ck! Tanpa kau pun aku bisa."

"Kau ini keras kepala sekali."

"Karena itu menyerahlah."

Navhaniel yang tadinya duduk tegak kembali bersandar di kursi. Tangannya terangkat untuk memberikan kode pada pelayan laki-laki di dekat meja kami yang dengan sigap langsung menghampirinya lalu membungkuk penuh hormat.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?" Tanya pelayan itu sopan setelah kembali tegak.

Sang Tuan Muda menoleh padanya, acuh tak acuh. "Siapa namamu?"

"Benjamin, Tuan Muda."

"Nah Benjamin," Navhaniel menggantung ucapannya. Matanya kembali padaku dengan sorot yang tak terbaca. "sekarang kelanjutan karirmu ada di tangan Tuan Putri di hadapanku ini."

"Apa?!"

"Terserah padanya ingin menerima permintaanku atau tidak." Lanjut Navhaniel santai. Sepenuhnya mengabaikan protesku. "Kau punya waktu satu menit, Sky."

Demi ketenanganku yang sangat berharga! Aku sungguh-sungguh tidak mau menyetujui permintaan Navhaniel. Sedikitpun tidak. Dengan melibatkannya dalam rencanaku, sama saja dengan mengkonfirmasi bahwa ada sesuatu diantara kami.

Tapi bagaimana dengan nasib Benjamin? Navhaniel tidak serius bukan? Mengingat dia memiliki kuasa penuh akan hal ini...aku tidak boleh mengambil resiko. Jika aku bisa, aku sudah pasti memilih tidak peduli dengan Benjamin.

"Saya mohon, Nona." Nada suara Benjamin sangat memelas. Tatapan matanya saat bertemu dengan mataku terlihat ketakutan. "Saya baru bekerja disini selama sebulan."

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang