Heiress - Chapter 29.1

222 15 0
                                    

________________________________
____________________

C29.1 : The hurricane of chaos in paradise

____________________
________________________________

Playlist : Lauren Daigle - Rescue

Playlist : Lauren Daigle - Rescue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

Orang-orang berpakaian serba hitam. Langit sangat gelap sementara hujan salju semakin deras. Suasana seperti ini membuat cahaya seolah tidak pernah ataupun akan menerangi daratan ini. Seolah kota yang terletak di pinggir lautan ini bukan kota yang dipenuhi turis sepanjang musim panas untuk menikmati sinar matahari.

Bahkan langit pun berduka atas perginya Trisha Aguillard.

Aku mengedarkan pandang di beranda mansion, atau yang lebih cocok disebut sebagai vila. Banyak yang menangis, tapi banyak juga yang menampakkan ekspresi 'sedih formalitas'. Keadaan ini, situasi ini, memberiku déjà vu. Aku pernah ada di posisi ini, di tengah-tengah acara pemakaman. Sekitar empat tahun lalu, saat Paman Michael—adik ayahku, meninggal.

"Saya turut berduka cita, Tuan Aguillard." Ungkapan bela sungkawa ayahku menyadarkanku. Membuatku secara otomatis keluar dari hari itu. "Ayahku menitip salam."

"Terima kasih, Tuan Clarke. Salam kembali untuk—" Connor Aguillard, ayah Rhysand, menghentikan ucapannya sendiri, seolah teringat sesuatu. "Tuan Besar Clarke." Dia tersenyum simpul yang tidak sampai ke mata. Lalu dia menoleh ke arahku. "Kau pasti Skyla."

Aku balas tersenyum, mengangguk singkat. "Turut berduka cita, Tuan Aguillard. Trisha wanita yang sangat baik."

"Terima kasih. Dia mengatakan padaku bahwa dia bertemu dengan teman Rhys di Jepang." Katanya. Rambutnya, matanya, struktur wajahnya, mirip sekali dengan Rhysand. Kecuali bentuk matanya. Aku tahu Rhysand mewarisi bentuk mata ibunya. Dan berbeda dengan saat bertemu Trisha, aku sama sekali tidak merasakan aura kelembutan dari pria setengah baya ini. "Rhys dan teman-temanmu yang lain ada di dalam, Skyla."

Lagi, aku mengangguk. "Kalau begitu, saya permisi, Tuan Aguillard." Lalu aku menoleh pada ayahku. "Dad, aku masuk dulu."

Tempat ini tidak sebesar mansion-mansion yang pernah kudatangi. Sangat pas dijadikan tempat peristirahatan. Hangat dan nyaman. Seperti kesan yang Trisha tinggalkan.

Mudah sekali menemukan para sahabatku. Mereka berkumpul di ruang tengah. Duduk di kursi-kursi yang telah disediakan bersama pelayat lain. Semuanya. Kecuali Nichole yang mungkin masih dalam perjalanan mengingat dia dari Cina, Rhysand, dan Navhaniel.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang