Princess - Chapter 8.2

357 23 1
                                    

________________________________
____________________

C8.2 : Life's Intruder

____________________
________________________________

Playlist : Lauv - I Like Me Better

Playlist : Lauv - I Like Me Better

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

Aku menatap pantulan diriku di kaca ruang ganti. Tampak menyeramkan. Kantung mataku terlihat jelas jika diperhatikan berkat tidur yang menolak menghampiriku semalam. Aku seakan bisa mendengar tubuhku yang menjerit kelelahan setelah demo ekskul voli kemarin dan berenang tadi.

Tapi aku senang. Aku tidak merasa perlu mengeluhkan apapun pada siapapun. Aku menikmati semua yang kujalani dengan sepenuh hati.

Hari ini aku tidak berniat pergi kemana-mana sehingga aku memilih untuk mengenakan celana panjang berbahan sutra dan kaus. Setelah banyaknya kegiatan yang kulakukan, aku memang berjanji pada diriku sendiri untuk selalu menyisihkan satu hari yang dikhususkan untuk beristirahat. Dan aku sudah sangat tidak sabar untuk tiba di kamar dan membaca buku atau menonton film.

Dengan cepat aku mengenakan krim tabir surya di wajah dan lenganku, menyemprotkan minyak wangi, lalu kupoleskan lipbalm ke bibirku yang kering sebelum kemudian membereskan barang-barangku dan keluar dari ruang ganti.

"Skyla?" Suara yang riang terdengar saat aku baru saja melewati pintu kolam renang.

Aku berhenti dan langsung menoleh pada asal suara. Mendapati seorang laki-laki bermata hijau gelap yang berperawakan ramah sedang tersenyum padaku. Tubuhnya yang tidak terlalu tinggi bersandar dengan santai di pilar. Jika dibandingkan dengan semua teman-temanku, penampilannya bukan apa-apa. Tetapi ada sesuatu darinya yang memberikan kesan tersendiri. Aku tahu dia siapa. "Kau... Arthur?"

"Arthur Bowen, Yang Mulia." Katanya sembari membungkukkan badan yang dibuat-buat.

"Ck! Kau ini berlebihan sekali." Aku mengibaskan tangan sekilas. "Katakan, ada perlu apa kau denganku? Bukankah biasanya kau hanya berurusan dengan para laki-laki?"

Ini bukan pertama kalinya aku bertemu Arthur. Dia salah satu teman laki-laki para sahabatku. Bisa dikatakan dia adalah anggota para elite laki-laki sekolah ini. Dan sejauh yang kutahu, Arthur hanya pernah berurusan dengan satu perempuan yaitu Malika untuk bertukar informasi. Dari rumor yang beredar, dapat kusimpulkan bahwa Arthur gemar mengumpulkan data tentang seseorang. Entah untuk apa.

"Aku hanya ingin memberikan ini." Arthur menyodorkan sebuah rangkaian bunga anggrek cantik berwarna putih kepadaku. Aku bahkan tidak sadar dia membawanya. "Tenang saja. Ini bukan dariku."

"Lalu?"

"Begini, sebelum kau membuang bunga itu dengan kejam, seseorang memintaku untuk memberikannya padamu." Jelasnya dengan lancar. Seolah Arthur sudah sangat berpengalaman dalam hal berbicara. "Aku tidak tahu apakah dia ingin kau mengetahui identisanya atau tidak. Tapi aku tidak berani mengambil resiko."

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang