57. Rival Basket

1.1K 45 0
                                    

💕happy reading💕

Saat semua akan pergi meninggalkan lapangan suara gadis mengintrupsi mereka untuk berhenti supaya tidak meninggalkan lapangan

"Apa maksud lo? Main ngusir ngusir" Ucap jaziya dengan berjalan mendekat pada atlaka. Sementara lelaki itu hanya menatap datar jazy

Setelah sampai di depan atlaka dengan jarak tidak terlalu dekat jaziya mendongak untuk menatap atlaka "gue mau pakek lapangan ini, paham?"

"Gak bisa!"

"Kenapa?"

"Karena kelas gue dulu yang pakek ini lapangan!"

"Gue pemilik sekolah ini, itu artinya lapangan ini juga milik gue"

"Oke, lo lawan gue main basket kalau lo menang lo boleh pakek ini lapangan, tapi kalau gue yang menang lo pergi dari sini dan gak cuma itu jam istirahat nanti lo harus minta maaf sama gue di tengah lapangan, gimana?" Atalaka mengepalkan tangannya dengan menatap tajam perempuan di depannya. Ia merasa di remehkan oleh seorang gadis kecil di depannya. Seandainya jika atlaka bisa memutar waktu kembali ia akan menarik ucapannya yang pernah bilang sayang pada jaziya, karena melihat kelakuannya yang tidak pernah baik padanya.

Basket? Udah biasa buat atlaka. Sesuatu yang selalu menjadi makanan setiap harinya, yang benar saja jaziya hanya menantang itu? "Gue Terima, tapi kalau lo yang kalah lo harus mau turutin semua permintaan gue!"

"Deal?" Jaziya menyidorkan tangannya bermaksud untuk menjabat tangan atlaka

"Deal!" Atlaka membalas uluran tangan itu dengan senyum smirk di wajahnya

Ojan berjalan ke arah mereka berdua "oke, kalau gitu gue jadi wasitnya, udah siap belum ni?". Semua siswa siswi yanga ada di lapangan menepi begitupun dengan keempat teman jaziya mereka merasa khawatir dengan sahabatnya karena kemampuan basket atlaka itu tidak bisa di remehkan.

20 menit berlalu mereka tetap memiliki skor yang sama 5-5. Air keringat yang mengalir dari rambut jatuh ke pelipis dan memenuhi wajah atlaka yang tambah membuat lelaki itu semakin tampan dan keren, begitupun dengan jaziya ia juga memancarkan aura yang berbeda dari cewek lainnya. Hingga waktu permainan berakhir mereka tetap memiliki sekor yang sama 10-10

Priiitttttt, suara pluit yang di tiup ojan menghentikan keduanya dengan angka yang seri. Keduanya saling tatap dengan Sengit. Jaziya berjalan ke pinggir lapangan untuk menghampiri keempat temannya dan meminum mineralnya

"Gila, gila lo sekeren itu, sejago itu lo main basket" Ucap mitha dengan berbinar

"Gak nyangka gue ternyata kemampuan lo bisa sebanding gitu sama atlaka" Sahut rani

"Ikut ekskul basket putri mau?" Tawar jani. Jaziya yang mendapat tawaran itu tentu dengan senang hati akan menerimanya

"Mau, kalau boleh" Jawab jaziya dengan semangat

"Nanti gue daftarin, tapi gak masalah kan kalau nanti partneran sama tim basket putra?" Tanya jani ragu

"Bisa perang tu ekskul basket!" Ucap sasa tiba tiba, jaziya hanya menatap temannya bingung

"Emang kenapa?, ya jelas gak masalah lah"

"Soalnya kapten basket putra atlaka!"

Jaziya langsung menggeleng keras "gak jadi mau kalau gitu!"

"Zy gimana sih!"

"Gak lagi berhubungan sama tu cowok"

"Ya udah kalau gitu, gimana kalau ikut ekskul dance?" Tawar mitha

"Gak deh makasih, gue gak bisa dance"

"Ya udah serah lo aja lah". Kelimanya akan melangkah menjauh dari lapangan, setelah sorakan dari siswa siswi mandala karena di gemparkan dengan kemampuan basket milik jaziya yang dapat sebanding dengan kapten basket seorang atlaka. Kembali langkah mereka terhenti karena di hadang oleh ketiga gadis yang berpakaian minim dan ber make up tebal

"Masih mau cari cara lagi buat dapatin hati nya atlaka bitch?" Tanya mona

"Bisa minggir!" Jawab jaziya

"Lo yang minggir, gue mau lewat jalang!" Mulutnya kembali mengeluarkan diskripsi tentang dirinya

"Jalang teriak jalang, kalau dasarannya aja udah jalang keturunannya juga ikut jalang!" Mona mengepalkan tangannya

Jaziya melangkah mendekat ke arah mona dengan mengeluarkan benda dalam tas bajunya, semua temannya was was dengan jaziya apa yang akan ia lakukan kali ini. Pasalnya jaziya akan membalas yang lebih dari sebelumnya. Sebuah pistol dengan peluru yang penuh siap melayangkan peluru ke arah mulutnya, keempat temannya hanya menatap kaget dengan itu, begitupun dengan mona hanya dapat diam dan susah menelan salivanya. Detik itu jaziya akan menekan pistolnya, namun seseorang menepis pistol itu hingga terjatuh ke lantai. Mungkin mona akan kehilangan pita suara atau nyawanya sekalipun kalau lelaki itu tidak datang tepat waktu. Dan itu membuat tembakan Jaziya melesat. Jaziya menatap lelaki itu kesal

"Ikut gue, gue mau ngomong serius!" Bisikan gallen dengan menarik pergi

Jaziya hanya mengikuti pasrah gallen, semua siswa siswi yang menyaksikan ikut bubar bersamaan dengan perginya gallen dan jaziya

"Gila gak sih, bawa pistol kesekolah?" Ucap ojan tiba tiba

"Gila banget sih itu menurut gue!" Jawab arden

"Makin yakin kalau dia bukan cewek biasa!" Lanjut ojan

"Jangan suudzon mulu lo, belum tau juga!" Sahut baben

"Cabut!" Perintah atlaka

Maaf baru bisa up ya❤
Tetap tinggalin jejak ya, vote dan comment. Buat semangatin aku🥰

Gandbate💕

JAZIYA (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang