5. Rindu

58 6 0
                                    

"Satu hal... Masa lalu tidak akan pernah bisa diulang kembali. Jika ada kesalahan di masa lalu maka, perbaiki di masa yang akan datang."

Happy reading:)

Suasana menenangkan dari senja yang menemani Silla dan Aji pada sore ini. Hembusan angin menerpa keduanya yang kini tengah berbaring di atas rerumputan hijau, dipinggiran danau. Mengingat semua kenangan masa lalu antara persahabatan mereka yang kini hanya tersisa mereka berdua. Semuanya berubah sejak kejadian itu.

Silla yang berharap mereka berempat akan bersama lagi dan berharap Aji bisa menghapus dendamnya pada Raqil. Silla ingin semuanya kembali seperti dulu, walaupun sulit untuk melakukannya.

"Ji..." Aji menoleh ke arah Silla, "Silla pengen kayak dulu, dimana kita berempat deket. Kalian semua udah Silla anggap kakak Silla sendiri. Silla pengen Raqil dan Faiz disini lagi bareng kita." Ucap Silla sambil menatap kedua manik mata Aji dengan penuh harapan.

"Kalo buat Faiz... Aji bakal usahain. Tapi... Buat Raqil ga bisa." Balas Aji.

Mendengar jawaban Aji tadi membuat Silla sedih, tapi sebenarnya Silla yakin pasti Aji akan menjawab seperti itu.

Aji pun berdiri dari tidurnya, dan berjalan menuju motornya yang terparkir dekat sebuah pohon besar. Melihat tindakan Aji tersebut Silla langsung mengikuti Aji.

"Ajii tungguin ihh... Cepet banget jalannya." Teriak Silla yang kesulitan untuk menyusul Aji.

Aji pun berhenti tepat di dekat motornya. Aji menaiki motornya dan sudah siap untuk pergi.

"Makannya buruan cantik... Jangan lelet. Kalo lelet Aji tinggal." Ucap Aji yang sudah berada di atas motornya.

Silla yang melihat Aji sudah memakai helm di atas motornya itu, Silla langsung berlari ke arah Aji. Dan...

Bughh...
Silla terjatuh karena ia tidak memperhatikan jalannya.

Aji melihat Silla terjatuh bukan menolongnya tapi Aji malah menertawakan Silla. Aji tak kuat menahan tawa karena melihat wajah Silla yang kotor belepotan. Ya... Silla terjatuh tepat di kubangan air

Silla yang melihat Aji hanya menertawakannya yang terjatuh di kubangan, Silla hanya bisa pasrah atas nasibnya hari ini.

"AAAA AJI BANTUIN SILLA, BUKAN MALAH NGETAWAIN." Teriak Silla yang masih anteng duduk di kubangan air itu.

"HAHAHAHA... Ga mau, manja banget sihh... Berdiri sendiri." Ucap Aji yang masih tak bisa menahan tawanya, "Cepetan berdiri atau bakal Aji tinggal." Lanjutnya.

Silla yang mendengar kalimat itu keluar dari mulut Aji, ia langsung berdiri dan berlari ke arah Aji.

Silla langsung menaiki motor Aji dengan buru buru, karena ia takut ditinggal. Padahal Aji tidak mungkin melakukan hal itu kepada Silla. Perempuan kedua yang Aji sayang setelah mamahnya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, Silla dan Aji asik berbincang sampai tertawa lepas sore itu. Tangan mulus memeluk pinggang Aji dengan penuh kenyamanan. Dagu yang Silla topang'kan di bahu kanan Aji membuat kesan yang romantis.

"Sill tau ga." Ucap Aji saat mereka berada di stopan lampu merah.

"Apa?" Tanya Silla.

"Kita kayak orang pacaran tau." Jawab Aji.

"Tapi kita ga pacaran." Balas Silla datar.

"Aji ga mau nyakitin Silla dan ga mau pisah dari Silla. Karena kalo pacaran pasti ada ributnya yang bakal berujung putus dan asing." Timpal Aji.

Antara Kita¿?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang