Happy Reading...
Hari berganti. Kabar Aji sudah sadar dari masa kritisnya sudah menyebar walaupun keadaan Aji masih lemah dan belum bisa beraktivitas banyak. Aji sudah di pindahkan ke ruang rawat, dan beberapa alat medis yang kemarin malam terpasang di tubuhnya sudah ada beberapa yang dilepas.
Silla sedari tadi pagi sudah berkunjung ke rumah sakit. Tentu saja Silla tidak sendiri, Tiara ikut bersama dengannya.
Saat ini di dalam ruang rawat Aji hanya ada mereka bertiga. Bang Rafa pamit karena ada jadwal mata kuliah. Suasana canggung antara Aji, Tiara dan Silla menyelimuti. Silla duduk di dekat brankar Aji dan Tiara berdiri di sebelahnya.
"Aji apa yang Aji rasain sekarang?" Tanya Silla.
"Gw udah mendingan." Jawab Aji seadanya.
"Aji mau apa? Kalo Aji butuh apa-apa bilang ke Silla aja ya." Ucap Silla dengan rasa bahagia dan khawatir yang masih ada.
"Udah Sil, lo diem aja. Disini ada pacar gw juga'kan. Gw bisa minta tolong dia." Ucap Aji sambil menatap dan melempar senyum tipis ke arah Tiara.
Silla tersenyum kecut. Ya, Silla lupa akan status Aji dan Tiara sekarang. "Oh iya Ji."
Hati Silla sakit saat mendengar kata 'pacar' yang Aji tujukan pada Tiara, membuat Silla merasa bahwa posisi prioritas Aji sekarang bukan dirinya lagi, melainkan Tiara.
"Eum Ra. Temenin gw ke taman rumah sakit yu. Gw bosen." Ucap Aji.
"Ayo. Lo juga butuh udara segar." Ucap Tiara. Tiara pun membantu Aji untuk turun dari brankarnya.
"Silla bantu ya?"
"Gausah Sil. Udah ada Tiara." Tolak Aji.
"O-oke."
Silla melihat bagaimana Tiara membantu Aji bangun, memapah Aji dan membantu Aji duduk di kursi roda. Ada rasa iri yang terbesit dalam benak Silla. Tapi Silla sadar diri, dirinya siapa dan Tiara saat ini siapa. Tiara yang lebih berhak atas Aji. Silla tidak ada hak untuk melarang bahkan tidak ada hak untuk memiliki rasa cemburu.
"Lo tunggu disini aja Sil. Siapa tau nanti ada mamah atau temen-temen kesini, tapi ruangan kosong." Ucap Aji sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruang rawatnya.
Sendirian. Silla ditinggal sendirian di dalam ruang rawat Aji. Silla senang Aji sudah sadar, tapi Silla sedih akan sikap Aji tadi. Rasanya dirinya seperti di buang secara terang-terangan oleh Aji. Dirinya di dorong untuk mundur oleh sikap Aji.
***
"Ra..." Panggil Aji.
"Hm?"
"Silla gatau soal penyakit gw'kan? Dia ga tau gw punya penyakit hati'kan?" Tanya Aji was-was.
Tiara berjongkok di sebelah kursi roda Aji. "Nyokap lo cuma bilang kalo lo kurang istirahat dan tekanan darah lo rendah. Diantara gw, nyokap lo dan abang lo ga ada seorang pun yang bocorin tentang penyakit lo ini."
"Bagus deh."
"Tapi lo harus tau Ji. Kemarin Silla beneran ketakutan. Dia nangis sampe ga bisa tidur karena khawatirin lo Ji. Dia kepikiran lo terus." Ucap Tiara menceritakan keadaan Silla saat tau kabar Aji yang masuk rumah sakit.
"Dari cerita lo itu. Gw makin yakin untuk buat Silla ngejauhin gw." Ucap Aji sambil menatap kosong lurus ke depan. "Gw udah cape buat nahan rasa sakit ini Ra. Gw mau nyerah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita¿?
Teen FictionSahabat jadi cinta Cinta jadi benci Benci jadi cinta Lucu, cinta serumit itu ternyata. Tapi dari cinta banyak pelajaran yang bisa diambil. Persahabatan yang sudah terjalin dari kecil, harus hancur begita saja karena timbulnya rasa ingin memiliki leb...