52. Pembalasan

10 0 0
                                    

"Lama menghilang bukan artinya gw nyerah. Gw balik dengan membawa sebuah pembalasan."

Happy reading...

Hari hari yang selalu dihiasi oleh rasa sakit yang menusuk. Aji menatap nanar dirinya di hadapan cermin, terduduk lemah di atas kursi roda dengan badan yang sudah lebih kurus dari badan asalnya. Menyedihkan.

Lagi dan lagi Aji mengambil langkah yang salah. Terjebak hubungan palsu dengan Tiara dan kehilangan sahabat kecil sekaligus orang yang paling dia cintai. Tiara yang makin hari makin seenaknya dengan dirinya dan Silla yang sudah lama tidak menghubungi dirinya. Jujur, Aji merasakan se-berpengaruh itu Silla dihidupnya. Sekarang apa yang ia rasakan? Sebuah penyesalan dan kekosongan.

Akhir-akhir ini Aji sering sekali melihat Silla pergi bersama dengan Ello. Di sekolah pun seperti itu, Silla benar benar menjauh dan menjaga jarak dari dirinya. Silla lebih sering terlihat bersama Ello, ke kantin, perpustakaan, pulang dan pergi bersama. Sakit rasanya melihat orang yang sebenarnya sangat ia cintai.

"Bertahan dikit lagi ya Ji. Gw tau lo kuat." Ucapnya pada pantulan dirinya  di cermin.

"Rencana lo berhasil Ji. Walaupun lo yang akhirnya menerima sakitnya. Lo yang merasa kesepian." Aji menjeda kalimatnya karena merasa tenggorokannya tercekat.

"Ini yang lo mau kan? Lo sendiri yang mau Silla jauhin lo. Lo yang mau semua ini kejadian biar lo ga liat Silla sedih." Ucap Aji gemetar.

Aji berjalan menuju balkon kamarnya. Menghirup aroma petrichor di sore hari yang baru saja reda hujan dan matahari yang mulai tenggelam. Aji menghirup dalam dalam udara segar itu. Suasana ini... Apa bisa Aji rasakan lagi? Apa bisa Aji menghirup udara sesegar ini? Apa bisa melihat langit sore seindah ini? Apa bisa?

Aji menghela nafas berat. Ia tiba-tiba merasa rindu seseorang. Silla.... Aji merindukan gadis itu. Aji merindukan setiap momen bersama Silla. Tingkah polosnya, manjanya, senyuman manisnya, tawanya yang menghangatkan dan pelukan yang membuatnya merasa nyaman. Tapi, kini semuanya berubah karena perbuatannya sendiri. Aji seperti menjebloskan dirinya sendiri ke dalam kandang singa.

Tinggg....

Suara notifikasi chat masuk

0877******

Cantik, pengen deh gue jadiin korban pertama setelah keluar dari penjara ini

HAHAHAHAHAHA

Aji kaget melihat foto yang dikirimkan oleh nomor tidak dikenal tersebut. Tapi, Aji sudah tau siapa pelakunya. Perasaan kesal sekaligus marah menyelimuti Aji. Aji langsung menelpon nomor tersebut. 

"Halo." Ucap Aji saat telponnya diangkat oleh pemilik nomor yang dituju.

"..."

"Ga usah basa-basi! maksud lo apa? Lo mau apa hah?!" Ucap Aji dengan emosi yang makin memuncak, Aji mengepalkan telapak tanagnnya dengan kuat untuk melampiaskan amarahnya

"..."

"Masalah lo sama gua anjing! ga usah lo seret Silla sebagai senjata lo!"

"..."

Mendengar jawaban dari sebrang telpon sana, Aji semakin emosi.

"Oke, gue kesana."

Aji langsung berdiri dari kursi rodanya. Rasa sakit dikepalanya dan lemas sekujur tubuh ia hiraukan karena sudah terbalut oleh emosi. Aji bergegas mengambil jaket dan langsung memakainnya sambil berjalan keluar rumah dan mulai menaiki motornya. Aji langsung menancapkan gas ke lokasi yang tadi di sebutkan.

Antara Kita¿?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang