23. Permen Kapas

14 3 0
                                    

"Manis." -Ello

Happy Reading ;)

Sore berubah menjadi malam. Aji dan Tiara masih berada di tempat yang banyak menyimpan kenangan untuk Aji, Silla, Raqil dan Faiz.

Entah apa alasan Aji membawa Tiara kesini. Tapi yang pasti, sedari tadi Tiara hanya mendengarkan Aji yang bercerita tentang masa lalunya. Karena cerita Aji ini, Tiara menjadi ragu untuk menjalankan misi yang disuruh oleh sepupu tirinya itu. Misi pembalasan dendam sepupu tirinya pada Aji. Sepupunya tidak memberi tahu alasan dendamnya selama ini apa.

Tapi, dari cerita Aji tadi, Tiara dapat menyimpulkan masalah utamanya. Tiara memiliki ide. Dia akan mendekati Aji dan Silla, bukan untuk balas dendam tapi untuk memperbaiki semuanya sebelum terlambat. 

***

Hari semakin malam. Pasar malam pun semakin ramai. Silla dengan antusias menikmati bermain di pasar malam. Karena ini untuk pertama kalinya untuk Silla, ia tidak berhenti berlarian kesana kemari, memainkan berbagai permainan. Mulai dari kincir ria, kora-kora, melempar gelang pada botol, dan masih banyak lagi.

Bagaimana dengan Ello? Ello sedikit menyesal sepertinya membawa Silla kesini. Karena Silla terus saja menarik Ello kesana kemari. Tapi, Ello juga senang karena dia bisa membuat Silla bahagia malam ini.

"El... Silla cape," keluhnya, "mau makan. Cacing peliharaan Silla udah demo disini." Lanjutnya sambil mengusap perutnya.

"Mau makan apa?"

Silla mengedarkan pandangannya mencari penjual makanan.

"Silla mau itu." Ucapnya sambil menunjuk kearah salah satu penjual baso cuanki.

Ello hanya mengangguk dan mengikut saja apa yang Silla inginkan.

"Pak mau dua ya." Ucap Ello pada pria tua penjual baso cuanki itu.

"Pak itu namanya apa?" Tanya Silla sambil menunjuk yang ada di dalam panci.

"Itu siomay neng."

"Siomay itu terbuat dari apa pak?"

"Dari ikan neng. Tapi ada juga yang dari ayam."

"Ouhh gitu." Balas Silla sambil mengangguk. "Silla nunggu disana ya pak sama temen Silla."

"Muhun mangga neng." (Iya silakan)

Silla pun tersenyum pada bapak itu, dan berjalan menghampiri Ello yang sudah duduk lesehan diatas rumput hijau yang mengarah langsung pada danau yang ada disana.

"Udah ngobrol sama bapanya?" Silla hanya menganggu dan ikut duduk disebelah Ello.

"El... ternyata banyak ya yang hidupnya lebih berat dibanding kehidupan Silla." Ello masih menyimak apa yang dikatakan Silla.

"Disana," tunjuk Silla pada anak lelaki penjual tisu. "Dia harus jualan tisu dulu buat makan. Kakek tadi harus bawa dagangannya di pundaknya. Pasti berat."

"Mereka kuat ya El."

Ello mengangguk. "Kuat banget Sil, bahkan kita ga tau dibalik senyum mereka yang ditunjukkan pada orang-orang pasti ada luka yang besar pada kehidupannya."

Antara Kita¿?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang