6. Mengingat masa lalu

48 5 0
                                    

"Ji... Kamu kenapa ji?" kini jarak mereka begitu dekat, sampai hembusan nafas mereka pun bisa dirasakan.

Suasana tegang yang Silla rasakan, semakin membuat tempo jantungnya berdetak lebih cepat. Pikiran Silla mulai kemana mana dan mulai overthinking.

Aji hanya diam dan terus mendekat ke arah Silla dengan tatapan yang terkunci pada mata hitam Silla. Aji mulai menyelipkan salah satu tangannya ke tengkuk Silla dan mampu membuat Silla ketakutan.

"Ji Silla mohon ji... Silla ga mau punya anak sebelum lulus SMA." Ucap Silla sambil menutup matanya kuat kuat, karena ketakutan.

Aji mulai memajukan kepalanya tanpa memutuskan pandangan dari Silla.

"Nanti Aji mau nginep disini ya." Bisik Aji.

Silla yang mendengar itu langsung membuka kedua matanya kaget. Silla yang kaget akan penuturan Aji itu pun langsung mendorong bahu Aji supaya ada jarak antar mereka berdua.

Aji merasa puas karena berhasil membuat Silla tegang. Aji memang berniat untuk usil, ia ingin mengetahui bagaimana reaksi Silla saat Aji melakukan hal yang tidak diinginkan.

"Ji sumpah kirain kamu mau lepas keperawanan Silla malem ini." Ucap Silla polos dengan napas yang tersengal-sengal.

"Anjir... Ternyata Silla ga sepolos yang Aji kira." Balas Aji sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.

Siapa sangka seorang polos seperti Silla tiba-tiba berbicara seperti itu. Saia sendiri pun tidak percaya.

"KAK TURUN CEPET MAKAN." Teriak Lina dari bawah sana.

Silla yang mendengar itupun langsung berlari menuruni tangga, disusul juga dengan Aji tepat di belakang Silla.

"Malam om, tante." Ucap Aji dan mampu seisi ruangan terkejut akan kedatangan Aji yang secara tiba-tiba. Karena mereka tidak tahu Aji masuk lewat mana.

Semua mata yang ada di ruang makan terfokus pada Aji, tapi Aji... Malah cengengesan ga jelas.

"Sejak kapan kamu disini ji?" Tanya Akhsya.

"Tadi dia loncat dari balkon kamar dia ke kamar Silla yah." Jawab Silla, yang sibuk mengambil makanannya.

"HAH??? LONCAT??" Ucap seisi ruangan secara bersamaan. Mereka semua terkejut atas jawaban yang Silla berikan. Tapi Aji masih tetap tersenyum tanpa merasa salah.

"Iya om, tante, tadi Aji loncat dari balkon hehe.... Tapi tenang, Aji baik baik aja kok."

"Ada pintu kenapa harus loncat sih kak?" Tanya Mila, yang asik menyantap makanannya.

"Kan biar mempersingkat waktu Mil, bir lebih cepet nyampe." Jelas Aji.

"Jadi, sekarang mau makan atau mau sesi tanya jawab gini?" Timpal Silla.

"Makan dong pastinya." Balas Aji sambil menyerobot kursi kosong yang ada di sebelah Silla.

Tanpa basa-basi Aji langsung mengambil makanan dan langsung menyantapnya dengan lahap.

Malu-maluin? Emang.
Tapi Lina dan Akhsya senang melihatnya. Karena kalo tidak ada Aji makanan dirumah sering banyak yang tersisa dan akan basi, maka akan terbuang sia-sia.

Kedua orang tua Silla sudah terbiasa dengan keadaan ini. Aji yang keluar masuk rumah Silla tanpa izin, mereka sudah terbiasa. Mereka sudah menganggap Aji sebagai anaknya sendiri.

***

Hari baru datang kembali,
Sinar matahari menyapa semua orang dengan senyumannya. Ia membagikan kebahagiaan kepada semua orang lewat sinarnya.

Antara Kita¿?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang