40. trying

1.5K 163 5
                                    

Cek dulu.

Masih pada hadir gak nii?

Enjoy
•••

"gue mohon bantu gue bang. "

Doyoung memutar matanya," iyaa bawel. Pasti lah gue tolong elu. Dah, benerin dulu tuh muka. "

Jaehyun mengusap wajahnya kasar. Saat saat kayak gini, masih sempet sempetnya Doyoung bercanda.

"dari yang gue perhatiin, kayaknya mereka yang nyulik Rose itu ada sangkut pautnya sama lo. " tunjuk Doyoung pada Jaehyun.

"maksud om? " tanya Jeno. Si kembar juga dari tadi berada disana.

"ada sangkut pautnya sama masa lalu ayah kalian. Mungkin dendam yang berkepanjangan. "

Ketiga pria yang ada disana hanya diam. Terlarut dalam pikiran masing masing karena pernyataan Doyoung tadi.

"terus gimana? " tanya Jaemin.

"kayak yang Jaehyun bilang, kita bisa lacak Rose dari gps yang ada di cincinnya. Nah, sekarang om minta, kalian tenang dulu. Kita pasti bisa nemuin bunda kalian. "

Doyoung berjalan mengambil laptopnya. Dia duduk di sofa bergabung dengan ketiga lelaki itu.

Ketiganya juga menatap laptop Doyoung dengan perasaan campur aduk.

"ketemu! " pekik Doyoung.

"dimana?! "

"bangunan Sanjaya. " jawab Doyoung.

Mendengar itu, Jaehyun mengernyit," Sanjaya? Tapi bangunan itu udah lama tutup."

"exactly. Bangunan itu kosong. Bisa jadi mereka nyekap Rose disana. "

"yaudah ayoo.. Kita harus cepet selamatin bunda! "

"jangan gegabah dulu! Kita harus perlahan tapi pasti. Pikirin juga keselamatan Rose disana. "

•••

"makan! "

Si pria itu. Pria yang kemarin menunjukkan dirinya. Pria yang berhasil buat Rose takut.

"makan! Saya tidak mau kamu mati secepat itu. Saya masih mau bersenang senang dengan si sombong Jaehyun. " tawa pria itu menggelegar di ruangan yang cukup gelap itu.

Badan Rose bergetar. Tentu saja, selama hidupnya, tidak pernah ada yang berkata kasar padanya seperti ini.

Rose menatap piring yang berisi makanan itu. Hanya berisi nasi tahu goreng dengan kecap diatasnya. Bukan masalah makanannya, Rose bisa saja memakan makanan itu dengan lahap.

Tapi itu adalah pemberian pria gila di hadapannya ini. Dia takut makanan itu mengandung sesuatu.

"jangan tatap saya seperti itu. Wewenang kamu tidak berlaku disini nyonya Johan," pria itu tersenyum remeh pada Rose.

Rose menutup matanya, mencoba untuk tenang. Dadanya terasa sedikit nyeri. Gak tau kenapa.

"cepat makan makanan itu! Jangan khawatir nyonya Johan. Tidak ada apapun di dalamnya. " setelah mengucapkan itu, si pria gila itu pergi keluar ruangan.

Happiness | JaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang