Bab 13 Saya Terima Nikah dan Kawinnya = Aku Berhak Mengaturmu!

11K 1.1K 416
                                    

Hulalahuuu, berjumpo lagi denganku ehehe. Aduhh mbok yang sabar Temanssss, saya juga punya kehidupan 😭
Ya udh kuy dibaca aja🥲
Yang udah nagih² jangan lupa bom komen yang buanyak! Awas nggak baca!😘

==================================

Ribi hanya melirik aneh istri imut di sampingnya itu. Gadis yang 7 tahun lebih muda darinya itu sedang bertindak aneh, memilin-milin sedap malam hiasan kuade lalu menciumnya. Tak peduli, Ribi akhirnya memandang dingin suasana di hadapannya. Ballroom Savannah Hotel itu ramai dengan kedatangan para rekannya dan rekan Bulan yang kebetulan sedang RON di Malang. Semua ekspresi sama, bahagia dan tidak menyangka bahwa pria sedingin Ribi berhasil menikahi gadis secantik Bulan. Pun dengan Bulan, bidadari imut kesayangan maskapai berlambang bendera merah putih itu tiba-tiba saja melepas masa lajang tak lama setelah putus dari pilot bar tiga.

Ah, mereka tidak tahu saja kalau pertemuan mereka adalah hasil dari pencocokan alias perjodohan.

Kalau ketemu karena cinta, tidak mungkin ekspresi wajah Ribi sedatar itu. Pasti tukang foto tidak akan sampai lelah menyuruhnya tersenyum saat difoto. Memang wajah Ribi mirip kanibal berhati panas saat masuk ke sesi foto, tanpa senyum. Padahal kata Ribi, kalau pakai seragam PDU 1 macam ini emang nggak boleh cengengesan. Kang foto tahu apaan seh?

Kang foto sudah menyerah dan pasrah. Pengantin lelaki akhirnya dibiarkan bebas mau pakai gaya apa, sakarepmu wis! Sebab musababnya jelas, si pengantin wanita pun sama, merengut juga. Malah sekarang tingkahnya agak mistis, senyam-senyum sendiri sembari menciumi bunga sedap malam yang sudah ludes di sebelah duduknya. Barusan dicolek “penghuni” hotel apa gimana?

Mereka tidak tahu aja, Bulan sedang menghibur diri dengan bunga kesukaannya. Sedap malam alias tuberosa. Nggak salah nih, bukan mawar atau lili gitu? Enggak, Bulan memang penyuka kembang yang identik dengan magic itu karena suatu alasan. Pas ada acara nikahan sepupunya di kampung dulu, rerata bunganya sedap malam. Sejak itulah si Bulan selalu jadi pemburu sedap malam di setiap pasar dan kondangan.

Seleranya yang aneh itu tentu saja menimbulkan pikiran buruk dari benak sang suami, Kangmas Ribi. Karena muak, dia akhirnya menyenggol lengan si Bulan dengan cuek. Rasanya Bulan harus menjaga sikap karena sebentar lagi prosesi salam-salaman dengan para tamu akan dimulai. Well, mereka memang baru saja rampung tradisi pernikahan militer, pedang pora.

“Jaga sikap! Aneh kamu,” kutuk Ribi jutek yang dibalas Bulan dengan cibiran kecil dari bibir tipis mungilnya.

“Usil aja ngurusin aku!” balas Bulan pelan. Ribi hanya memandangnya datar. Mungkin di mata para tamu, kedua pengantin itu sedang membicarakan agenda intim sebentar malam. Hu, kata siapa?

“Mikirin apa sih kamu?” Ribi makin jutek, tapi Bulan malah membuang kuntum sedap malam yang sudah lecek ke atas lantai kuade dengan hati sebal. Tanpa sadar manyun dan bikin Kangmas Ribi agak gemas. Pikirnya, Bulan paling cantik kalau sedang memasang wajah itu. Ciyeh, sudah mulai ada benih kecambah di hatinya.

Andai saja Kangmas Ribi paham apa yang sedang dipikir Dik Bulan. Istri yang belum dicintainya itu sedang gundah gulana. Galau karena merasa termakan omongan sendiri. Kualat karena pernah mendoakan Bintang yang jelek-jelek dengan dalih dirinya teraniaya. Eh, malah sekarang doanya berbalik ke diri Bulan sendiri. Terkabul sih, tapi untuk Bulan.

Bulan menyesal, sangatlah. Inginnya pergi meninggalkan Ribi dan semua kegilaan ini, tapi sudah terlanjur memakai cincin emas putih 4 gram bertahta berlian kecil yang tadi dipasangkan tangan bersarung putih milik Ribi. Semua sudah terlambat, nasi sudah menjadi lontong. Yang harus Bulan lakukan sekarang hanyalah menambah sayur dan kerupuk agar senikmat lontong sayur.

Menikah dengan Es Balok (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang