Bab 34 Lagi Sibuk, Jangan Diganggu!

7.4K 1K 315
                                    

Mohon maklum ini editan kasar, saya tidak baca ulang. Karena saya nyambi ngetik, tapi pengen update lagi. Hwehe. Jadi, kalau ada kesalahan, pleasee dimaklumi dan ditandai saja. Okay?

Tinggalin komen yang buanyak, Temansku ...

InsyaAllah besok update lagi. Yay!

Terima kasih sudah mampir, love yuuu :)

======================================================

Hawa dingin masih tersisa meski jam sudah menunjuk angka 8 pagi. Agaknya kota Malang sudah kembali ke kodratnya sebagai Kota Dingin – julukannya. Suhu yang rendah tak lantas membuat warga di sebuah pangkalan militer menjadi malas gerak. Justru mereka makin semangat lari-larian, aerobik, atau sekedar berjalan santai di area kesatrian.

Bulan Juni ini, Malang memasuki musim kemarau dan muncul fenomena yang disebut Bediding. Adalah fenomena suhu dingin yang ekstrim antara 19-15 derajat Celsius sebab matahari berada di posisi terjauh. Tubuh akan terasa lebih kedinginan dari biasanya. Suhu dingin itu bisa menurunkan imun tubuh dan sangat berisiko bagi para lansia di atas 55 tahun dan bayi. Mungkin itu yang membuat para warga asrama berlomba mandi sinar matahari. Bahkan, para tentara apel di bawah guyuran matahari yang mulai meninggi, hangat.

Kalau para warga lain sedang sibuk beraktivitas macam memasak, membersihkan rumah, menyuapi anak, mencuci baju, dan berbincang hangat dengan tetangga; wanita ayu bernama Bulan justru beda. Memang sejak pagi dia umek di dapur mengaduk kulkas dan memasak kudapan sederhana untuk sang suami, tapi sayangnya dia hanya menghasilkan telur rebus. Alhasil Kangmas Ribi hanya sarapan dengan nasi merah dan telur rebus dua butir yang dicocol garam dapur.

Keapesan pertama Bulan terjadi karena pakde sayur kesayangan buibu asrama tidak lewat. Menurut kabar burung, si Pakde sedang menyunatkan anak keduanya. Okay baiklah, otak Bulan makin berputar sibuk. Mau memasak ala-ala Aircraft Breakfast, tapi nggak ada bahan. Ya itu tadi, muaranya ke benda kesayangan sejuta ibu di dunia ini, telur. Karena dia pilih aman, maka telur itu cuma direbus tanpa diberi lauk tambahan.

Kangmas Ribi yang sudah buru-buru ketemu Bapak Komandan hanya memandang jutek hasil kreasi sang istri. Mau marah itu terlalu sayang, dibiarin kok gemas. Kapan sih Nduk Bulan menggelorakan effort sedikit gitu untuk menghidupinya? Namun, ya sudahlah, mungkin Nduk Bulan memang nggak bakat di dunia masak. Mas Ribi hanya berangkat sembari geleng-geleng kepala, tak lupa menyetempel bibir sang Bulan dengan eratnya.

Sepeninggal Mas Ribi jangan kira Bulan langsung leha-leha, makan telur sembari nonton Netflix di TV hasil rampasannya dari Ribi. Bulan justru sibuk mencuci piring dan peralatan dapur yang keluar semua meski dia cuma masak telur rebus. Tak cuma itu, dia sempatkan menyapu sambil lari karena jam setengah 9 dia sudah janji mau ngadap ke Bu Marinka Restu Hutabarat alias ibu komandan. Nggak boleh terlambat meski setengah detik karena si Ibu sedang dalam mode marah.

Nggak usah dijelasin karena apa karena kemarin sempat dibahas bareng Ribi. Kemarin sore, Bulan sudah menelepon dan akhirnya disuruh datang ke rumah komandan jam 8.30 pagi ini. Menyapu dan mengepel selesai, tinggal cucian numpuk yang perlu dicuci, nanti saja pikir Bulan. Gegas dia masuk ke kamar, ganti baju yang sopan dengan atasan blus lengan pendek dan bawahan rok selutut warna krem. Pakai riasan tipis-tipis supaya nggak bantal banget gitulah, akibat dingin Bulan mandi bebek tadi. Kalau nggak karena hadas besar, dia juga ogah mandi.

Hosh-hosh, Bulan setengah berlari saat mengunci pintu rumah sederhana ini. Sekali lagi dia merutuk Ribi yang mendadak harus berangkat cepat. Ingkar janji, katanya mau dibarengi sekaligus dianterin tadi. Kalau begini, Bulan setor nyawa sendiri ceritanya. Mungkin itu yang bikin wajah cantiknya tegang seperti mau ujian negara. Karena dingin, Bulan tak bisa keringetan padahal kedua tangannya tremor sembari memegang paper bag berisi oleh-oleh khas Jepang. Mungkin aroma sabun wangi khas Jepang ini bisa menyusut emosi bu Komandan dalam menghadapinya.

Menikah dengan Es Balok (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang