HAII, HAPPY TO SEE YOU AGAIN, GESSSS!
I'M BACK, TAPI NGGAK LAMA-LAMA NICH. KENAPA, KARENA SAYA DADAKAN ADA TUGAS DARI ORGANISASI. SEPERTINYA NGGAK BISA SENTUH TULISAN UNTUK BEBERAPA MINGGU :(
YA, TUGASNYA JUGA DADAKAN, GESSS. CUMA BISA BILANG MAAF.
LIBURAN KEMARIN, SAYA BENERAN LIBUR KARENA MOOD BENERAN NGGAK BAGUS, HIKS. BURNING OUT GITULAH, ENTAH MUNGKIN BUTUH ME TIME YANG BANYAK, HEEE.
TAPI TETAP TENANG, INSYAALLAH SAYA SELALU BERUSAHA HADIR UNTUK KALIAN. KALIAN CUKUP DUKUNG AJA, OKAY SHIP :)
TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR.
211121
========================================================================Di sebelah jendela lebar sebuah rumah sakit tentara, ada seorang wanita muda yang sedang termangu. Kedua mata lemahnya menatap air mancur di tengah taman, sementara itu hatinya entah ke mana. Pikirannya melayang pada sebuah kalimat merdu yang pernah mampir ke telinganya, beberapa saat sebelum dia akhirnya sadar.
"... meski saya tidak berhak melakukannya, tolong hentikan ingatanmu tentang saya!"
"Lepaskan dan mulailah membuat kenangan baru. Dengan orang yang tepat dan tentunya dia terbaik untukmu. Berhentilah mengingat saya karena sudah cukup bagi saya, Lula. Wanita di sebelah ini sudah cukup melakukannya pada saya."
Alula menyeka air matanya saat suara merdu berisi kalimat menyakitkan dari Ribi kembali terngiang di benaknya. Memang menyakitkan, suara itu yang dirindukannya sekaligus yang membuatnya kembali ke titik sadar. Namun, hanya berisi kesakitan semata. Sebab Alula harus menerima kenyataan bahwa cinta Ribi bukan lagi miliknya. Lelaki itu telah mencintai istri dari pernikahan paksa, itu adalah sebuah kenyataan.
"Bagaimana bisa kamu melupakanku semudah itu, Danton? Katamu aku indah meski kita beda. Kenapa kamu nggak kasih kesempatan ke waktu untuk membuktikan tali asmara kita? Kenapa?" gumam Alula di tengah isakan air matanya. Kedua tangannya sampai mengepal saking emosinya.
"Ternyata kamu mencintai dia, Ndan? Ya, dia memang baik. Dia tidak membenciku meski aku pernah memilikimu. Sebaik itu sampai mau membawamu ke sini," imbuhnya lagi makin sesak.
"Kak?" bubar Maria yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Dia mengguncang tubuh ringkih kakak yang baru saja terbangun dari koma itu dan Alula pun membalas Maria dengan pelukan erat.
"Kenapa dia nggak bisa hilang dari kepalaku, Mar? Padahal aku telah tertidur tidak sadar, tapi masih saja di sini!" Alula menunjuk kasar pelipisnya yang membuat Maria mencegah kuat.
"Setop, Kak! Sudahlah jangan sakiti dirimu sendiri. Waktu akan menyembuhkanmu, aku percaya itu. Kita hanya bisa berserah, Kak. Okay? Hanya Tuhan yang bisa menyembuhkanmu. Jangan membenci atau menunggunya lagi, jangan pula berharap dengannya. Dia takkan datang, Kak." Maria berusaha menguatkan sang kakak. Gadis cantik itu memang sempat mengagumi hubungan Alula dan Ribi yang sempat terjalin, tapi kembali sadar dengan perbedaan mendasar mereka.
Dan rasa benci bukan hal yang bijak untuk akhir hubungan mereka. Maria sadar, apa yang dilakukan Ribi saat ini bukan benci. Namun, sebuah sikap tegas untuk menjaga perasaan halus Salwabulan. Maria kagum karena Ribi adalah seorang lelaki gentle karena bersikap setia hanya pada sang istri, meski si kakak kandung dalam posisi tersakiti saat ini.
"Bagaimana wajahnya saat itu, Mar? Apa dia terlihat sedih saat menemuiku? Apa dia terlihat masih punya rasa padaku?" tanya Alula kosong.
Maria menahan air mata dengan senyum lebarnya. "Tentu saja dia sedatar papan tulis, Kak. Mana pernah Kak Ribi senyum? Itu sikap yang bikin kamu cinta dia, 'kan? Sudahlah, dia telah bahagia dan kamu juga harus bahagia. Tuhan telah mengembalikanmu kembali ke kehidupan ini," pesan Maria bijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Es Balok (TAMAT)
RomansaRated: 21+ Please, yang di bawah umur itu jangan baca! Jangan nekat! Saya tdk bertanggung jawab atas risiko yang timbul di kemudian hari. Source Pic Cover: Pinterest Edit by Canva Design by Nayla Salmonella Cover #2 By Kak Niaratika DILARANG PLAGIA...