Bab 39 Se-uwu-nya Cinta

10.1K 1K 144
                                    

Notes: Editan versi pertama, jadi masih kasar sekali. Maaf kalau kurang rapi.

Udah, ya, komen dibalas satu2. Saya sambi libur seminggu, semoga bisa menamatkannya dengan baik. Matur-Thankyou :*

**************************************************************

Precious time bagi seorang wanita karier adalah hari liburnya. Di hari tak bekerja itulah seorang wanita bisa menggenapi tugasnya yang terbengkalai selama bekerja. Saking berharganya waktu libur mungkin berpuluh mangkok bakso terenak mana pun tak bisa membayarnya. Aku harus mengisinya dengan banyak hal berguna hari ini.

Kata Mama seorang wanita harus terbiasa bangun pagi. Kalau bisa sebelum ayam jago berkokok. Berhubung aku nggak pernah nanya si ayam bangun jam berapa, jadi aku bangun jam 4 pagi saja. Aktivitas pertama yang kulakukan di pagi hari yang menyenangkan ini adalah mencelupkan benda tipis ke air seni. Yaps, bermain testpack sudah menjadi rutinitasku saban pagi jika aku sering bertemu Kangmas Ribi.

Memang aku belum terlambat mens, tapi lebih baik mengetahuinya lebih dulu daripada terlambat. Lagipula sudah terlanjur beli testpack satu pak di olshop. Sayang kalau nggak dipakai, keburu expired. Fine, satu garis merah dan itu berarti negatif. Ya iyalah, aku baru beres menstruasi dua minggu yang lalu dan itu artinya aku sedang ... masa subur! Oh God, semalam kami berbuat apa?

Alamak, kayaknya rutinitas gaje-ku ini akan terus berlangsung selama beberapa bulan ke depan! Hiks, semoga bulan depan aku tak histeris atau apa. Serius, meski sudah mengiakan akan mengandung buah hati kami, tapi jauh dalam lubuk sanubari aku belum siap. Belum ketemu tempat untuk menggantung sayap. Melepas pekerjaan yang teramat kusukai adalah mimpi buruk.

"Nggak!" kugelengkan kepala kuat untuk mengaburkan otak yang mulai ruwet, sibuk sendiri.

Gegas kupandangi lagi alat tes kehamilan itu seraya memasukkannya ke dalam plastik dan membuangnya ke tempat sampah. Jangan sampai dia tahu kalau aku masih melakukan rutinitas ini. Bisa makin semangat membuatku melendung nanti, doh! Sudahlah, gegas membangunkannya saja. Si Pangeran Keajaiban juga harus mandi dan salat Subuh. Jangan sampai kelewatan karena dia pasti badmood seharian.

Namun ..., "Hah!" teriakku kaget saat melihat tubuh tingginya sudah berdiri di depan kamar mandi. Wajah ngantuknya sudah suntuk dengan dua tangan terlipat ke dada. Morning kiss, apa itu? Opkang lebih suka manyun sembari mempersiapkan omelan.

"Bangunin dari tadi kek!" omelnya saat mulutku belum terkunci.

Kucebikkan bibir sebal. "Bukannya cium istri, malah ngamuk. Aku tuh nggak tega bangunin Kakak karena tidurnya nyenyak sekali. Barusan mau kubangunin, eh udah ngomel depan pintu."

"Pegang apa kamu?" Dahinya berkerut sembari menelisik benda yang kusembunyikan di belakang punggung.

Aku menggeleng kuat. "Nggak ada," ujarku bohong.

"Apa, ngaku deh! Kamu simpan surat cinta?"

Eciyeh, cemburu di pagi buta nih.

"Ck, enggak! Mana ada, doh!" keluhku setengah bahagia, setengahnya lagi dongkol.

"Ya udah lihat!" paksanya.

"Udah sana mandi ih! Kelewat Subuh kapok lho!" hindarku sembari mendorong halus badan besarnya masuk ke kamar mandi.

Daripada bikin peperangan di pagi buta dengan manusia yang cuma pakai boxer ini, mendingan disuruh mandi besar, 'kan? Siapa tahu sisa keliaran semalam terbilas bersih tak bersisa sehingga hanya tersisa kewarasan bahwa hari yang indah ini baru saja dimulai. Yeaps, abaikan Kangmas yang menghabiskan sabun mandiku dengan ceria itu dan mulai merapikan kamar.

Menikah dengan Es Balok (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang