Bab 59 Dunia Baru Bulan

19.2K 1.1K 177
                                    

Last Part, but, i always be with you. 😘😘😘
#####

Salwabulan Aurora Salim adalah wanita yang tangguh, dapat dibuktikan dari pilihan pekerjaannya yakni jadi pramugari. Meski masih menye-menye, nangisan, dan manja, Bulan memilih beradu risiko setiap harinya dengan menyapa langit dan ketinggian. Tidak peduli hatinya telah jadi kebun bunga karena ulah Kangmas Ribi, dia tetap bekerja demi mengumpulkan uang jajan. Setidaknya dia bisa beli bakso, nggak pakai abangnya, tanpa minta ke pak suami.

Bulan memang berani ambil risiko dari pekerjaannya, tapi yang terberani ternyata bukan itu. Melepas pekerjaan yang amat dicintainya itu, ya, melepasnya. Akhirnya, dia menyatakan selesai setelah sebelumnya alergi mendengar kata "resign". Semua karena seorang malaikat kecil nan lucu buah cintanya bersama Ribi bernama Air. Di ketinggian 34.000 kaki saat itu hatinya terketuk, betapa egoisnya dia meninggalkan Air di darat untuk bersenang-senang di langit.

Sudah sebulan dia menggantung sayapnya, total menjadi Nyonya Ribi dan Mama Air. Kini, tiada lagi suami yang kurang belaian saban hari. Yang ada adalah Ribi yang sesak akibat dikintilin Bulan sepanjang hari. Layaknya bayi kedua, Bulan selalu ingin dimanja-manja Ribi. Marah, tidak juga, Ribi malah bahagia meski kadang ngomel-ngomel juga. Impiannya untuk memiliki Bulan seutuhnya telah menjadi nyata. Doa suami soleh memang mudah diterima.

Sekarang pemandangan istri cantik dengan daster kembang-kembang menjadi santapan Ribi sehari-hari. Tak hanya perut, batin dan hatinya pun kenyang karena ada yg jadi curahan kasih sayangnya saban hari. Tak ada lagi batasan atau ketakutan-ketakutan akan perpisahan. Musuh terbesar mereka tersisa satu, waktu. Mungkin waktu yang akan membuat mereka jenuh dan itu harus bisa diatasi. Agar pernikahan mereka tetap langgeng dan bahagia.

Agaknya harapan indah Ribi beberapa waktu yang lalu yakni meledakkan rumah orang tuanya di Jakarta dengan kehadiran sang buah hati telah menjadi nyata. Air telah sehat dan Ribi pun memutuskan mengambil cuti tahunan. Dia memboyong anak dan istrinya berlibur 10 hari ke Jakarta demi menghibur hari tua kedua orang tuanya. Tak cuma itu, Lucia dan Vechia dipaksa Pak Hasan untuk tidur di rumah. Benar-benar ingin meledakkan kedamaian rumah itu dengan teriakan-teriakan mungil kebahagiaan.

Bulan yang sempat murung akibat ucapan dokter tentang sakit Air beberapa waktu lalu, kini mulai terhibur. Sempat dia sibuk sampai kelelahan memikirkan setiap proses dia memasak dan saat Air makan. Itu karena kemungkinan besar penyebab sakitnya Air adalah keracunan makanan/minuman. Bisa jadi dari makanan yang dimasaknya atau dari ASIP yang sudah buruk kualitasnya. Namun, semua telah berakhir karena Air telah mendapatkan air susu dari sumbernya langsung saat ini.

Dibanding aplikasi Flight Radar, sekarang Ribi lebih memilih memandangi wajah damai istrinya yang masih pulas di pagi buta. Di dekapannya ada Air yang masih dibuai mimpi indah, mungkin juga bahagia karena berada di dekapan ternyaman sedunia. Hati Ribi bak taman bunga nan mewangi saat membenarkan atasan Bulan yang tersibak akibat menyusui sambil ketiduran. Dia adalah wanita tercantik sedunia, bagi Ribi.

Pria itu tidak membangunkan sang istri karena takut mengganggu anaknya juga. Dia lebih memilih membelai Bulan untuk membuatnya terjaga. Tidak tega, tapi ini waktunya mendirikan Subuh. Menyapa Tuhan dan bersyukur karena telah dihidupkan lagi di hari ini. Tentu saja bersyukur, hari ini lebih baik dari hari kemarin. Sebab perpisahan bukan masalah besar saat mereka bersama. Bulan 'tlah puas berteman dengan angkasa luas. Kini saatnya dia terbang di langit yang baru.

Langit dunia ibu rumah tangga.

Seperti pagi ini, saat Air "direbut" ibu mertuanya dan dibawa ke kamar, pasutri kasmaran itu berhasil menguasai dapur. Menggeser tahta sang Nyonya rumah untuk sementara dengan memasak sarapan. Bulan maunya sarapan bakso malang yang sudah lama diidamkannya, Ribi maunya sarapan bubur seafood sekalian untuk para bayi. Berhubung keduanya beda pikiran, daripada debat, Bulan memutuskan memasak tom yam. Pengennya yang berbau kuah karena hawa Jakarta yang gerah, enaknya yang segar-segar.

Menikah dengan Es Balok (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang