Bab 17 Love, Your Head!

9.9K 1.1K 468
                                    

Wowww, kalian spektakuler sekali Temansss. Membanjiri kolom komentar sampai 400+ 😭😭😭😭 saya terharuu dan mohon maaf kalau ada komen yang belum saya balas. Anyway terima kasih buanyak sudah mendukung karya ini. Semoga Kalian tidak menyesal dan bisa mengambil sedikit manfaat dari sini. Aamiin.

Intinya, saya senang bisa bertemu kalian sehingga tulisan ini terbaca. Terima kasih sekali lagi.

Lafyu so much ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
©©©©©©©©©©©©©©©©©©©©©©©©©

Sesuatu yang dilakukan dengan terburu-buru biasanya berbuah sesal. Seperti aku yang menyesal karena terburu-buru meletuskan kata cinta pada es balok dikasih nyawa itu. Sekarang malah aku malu pada diri sendiri, pernah meleyot cuma gara-gara dia memanggilku “Sayang”. Mana sekarang aku terbius untuk memakai cincin nikah darinya pula, hmmm. Hei, itu nggak sederhana.

Masalah terbesarnya, apa yang membuat seorang Ribi tiba-tiba melakukan itu? Sekedar usil, kesal padaku, atau mulai melancarkan aksi rayuan nackal? Gimana-gimana hari makin beranjak malam dan cuaca dingin ini sangat potensial untuk mengaduk benih. Woops, sungguh lancang mulutku berucap. Seketika menyadari seluruh bulu roma telah berbaris sempurna, takut.

Sumpah, aku menyesal! Dengan berat hati harus menambahkan label Ribi menjadi misterius. Pemilik lesung pipi yang imut itu memang menakutkan, bahkan cuma bayangannya saja mampu membuatku bergidik. Sikapnya labil, sebentar A lalu Z, dan bisa A lagi. Setelah memanggilku “Sayang”, dia kemudian sengaja menunjukkan foto cewek lain di layar ponselnya. Itu meaning-nya apa, punten?

Dia itu menyebalkan, edan, kaku, mesum, dan misterius. Banyak hal tentang Ribi yang bisa kugambarkan sejauh ini, padahal kami baru bertemu dalam hitungan minggu. Namun, aku seperti sudah mengenalkan berabad-abad. Mungkin karena kami bertemu karena masalah, bukan dengan cara yang normal.

Contoh, aku tahu tanggal lahir kami sama akibat dia fitting kebaya sama Bintang waktu itu. Aku tahu bahwa di ponsel yang selalu lengket di tangannya itu foto cewek lain saat masalah kami masih pelik. Kuanggap masih ada masalah, ya! Akibat dia yang tiba-tiba memanggilku “Sayang” sore ini. Ya ampun, ini kenapa sih?

Mobil berdecit karena Ribi menginjak remnya Harry. Pukul 19.30 kami kembali sampai di vila. Tanpa cingcong, Ribi menyuruhku turun. Aku disuruh mandi pakai sabun yang banyak karena bauku mirip lemari nenek-nenek. Dasar belalang sembah, kapan aku bisa selamatin itu mulut pakai jenang abang. Kelihatan pendiam, tapi nyablak kek rawit gorengan.

By the way, aku didorong ke kamar mandi di bagian luar vila karena dia nggak mau ruangan vila kena bau prengusku. Sunggul sial, sekarang aku disamakan dengan embek. Entah dapat dari mana, Ribi melempar tas mandiku. Kemungkinan besar dia sudah mengacak-acak isi koperku. Jadi, dia pun sudah membolak-balik tas pakaian dalamku dong! Hiks, aku kembali dilecehkan.

“Sebenarnya hal aneh apa aja yang udah dilakukannya, Tuhan?” gumamku sedih setengah melayang saat menuangkan sabun aroma mango lily ke tangan dan badan. Bau segar mangga dan bunga lili langsung melapisi kulit putihku ini.

Setengah melamun, aku menyampo rambut dengan aroma buah. “Disaster, aku pakai cincin dia lagi, help!” Kupandangi di bawah lampu cincin emas putih yang masih berkilau itu.

“Apa dia sudah mengacak-acak dalamanku, semua bajuku?” Aku mewek sambil mengguyur rambut dan badan di bawah shower. Udah mirip orang desperate, nggak tuh?

Sepertinya semua masalah akibat Ribi menggiringku pada kegilaan jenis baru. Lama-lama aku edan kalau bersanding terus dengan pria itu. Semua tentangnya tidak ada yang menyenangkan, kecuali suka nraktir bakso. Apa maksudnya panggilan itu? Siapa wanita itu? Mantan atau mungkin … masih pacarnya Ribi!

Menikah dengan Es Balok (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang