Selain makan bakso, hobiku adalah tidur. Aktivitas remeh yang harganya mahal sekali untuk hamba udara sepertiku. Sayang sejuta sayang aktivitas mahalku semalam harus ditebus dengan badan menyakitkan pagi ini. Aku bangun dalam kondisi pegal linu karena jatuh dua kali dari sofa. Sudah kubilang kalau aku butuh tempat luas kalau tidur.
Ribi nggak tahu aja kalau tidurku mirip trenggiling, gampang nggelinding. Habis aku semalam mimpi gebukin orang jadi gesturku tidak terkontrol. Andai doi tahu, boleh dong aku minta kewelasan hati dengan tidur di ranjang king size itu. Sangsi juga sih karena siapa tahu malah diajak tidur dengannya. Hii, ogah!
“Udahlah, packing aja!” putusku sambil menarik koper di sebelah sofa berantakan yang belum sempat kurapikan.
Jadi begini, ruang tengah vila ini sudah mirip kamar keduaku. Di hari kedua mendiami tempat ini, aku sudah berhasil mengubah semua fungsi ruang. Ruang keluarga jadi kamar tidur, ruang makan jadi tempatku merias diri, dan dapur jadi tempatku naruh cucian kotor. Semua gara-gara Ribi menguasai kamar utama dan kamar mandinya.
“Mana lama banget pakai kamar mandinya, masa aku mandi di luar lagi?” gumamku sambil menatap pintu kamar yang masih tertutup.
Kenapa sih dia milih tipe kamar honeymoon yang mengharuskan dua orang selalu berpasang-pasangan ke mana-mana? Jadinya, sekarang ribet sendiri. Pengelola vila nggak tahu aja kalau pasangan yang menyewa tempat ini nggak normal, sebut kami.
“Ya udahlah bodo amat!” gerutuku lagi memutuskan memasukkan semua baju yang acak-acakan ke dalam koper. Keahlianku memang packing, tapi sekarang lagi malas.
Akibat berantakan, koper jadi susah ditutup. Aku pun harus menindihnya dengan badan supaya muat. Beres, siap pulang! Meski sebal, aku bahagia karena sebentar lagi pulang ke Malang. Walaupun tidak tahu bakalan tinggal di rumah siapa, aku berharap tidur di kamarku sendiri nanti malam. Malas berurusan sama Ribi lagi, swear!
“Wow, kamu kuat juga, ya!” buyar Ribi yang ternyata sudah berdiri sombong di depan pintu kamar. Sok keren dengan melipat kedua tangan ke dada dan tampak gagah dengan kaos lengan panjang abu dan celana panjang khaki. Rambutnya basah karena habis keramas, demi apa aku kok malah ngamati ini!
“Udah biasa packing gini kok,” timpalku pendek.
“Ruang ini baru kena angin ribut,” sindirnya berjalan cuek.
Aku merengut dengan terus memukul-mukul badan koper, nggak tahu seru aja. “Udah selesai pakai kamar mandinya? Aku mau pakai.”
“Pakai aja di luar,” ujarnya pendek yang langsung kubalas gelengan.
“Nggak mau, maunya yang ada air hangatnya. Dingin nih, Kak. Mana pegel tanganku habis jatuh,” keluhku panjang terus memburu tubuhnya yang sekarang sibuk membuka kulkas. Freezer ikan ini malah asyik mengambil air es dan meminumnya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Es Balok (TAMAT)
RomanceRated: 21+ Please, yang di bawah umur itu jangan baca! Jangan nekat! Saya tdk bertanggung jawab atas risiko yang timbul di kemudian hari. Source Pic Cover: Pinterest Edit by Canva Design by Nayla Salmonella Cover #2 By Kak Niaratika DILARANG PLAGIA...