Harapan

149 21 0
                                    

~Endless Love~

Dua hari berlalu. Benar-benar terasa sunyi dan hampa selama kepergian Yoona, yang membuat Jimin merindu begitu dalam. Ingin bertemu namun masih belum mempunyai waktu karena banyaknya pekerjaan yang harus di selesaikan.

Park Jimin menatap dirinya di pantulan cermin. Biasanya setiap pagi akan ada wanitanya yang membantu merapikan dasinya jika kurang rapi, atau bahkan bermanja saja. Mengingat itu, jiwa merindunya menggebu ingin rasanya cepat bertemu lagi lalu memeluknya.

Dua hari ini juga Jimin tidak menemukan bukti apapun mengenai kehamilan Gaeun. Ada rasa takut pada diri Jimin sebenarnya, takut jika semuanya tidak terbukti dan malahan lagi yang ada di dalam rahim Gaeun memanglah darah daging nya. Membayangkan nya saja Jimin tidak sanggup apalagi menjalaninya.

Selesai dengan pemasangan jas. Jimin keluar kamar dan saat itu juga suara bel berbunyi. Memang seperti kebiasaan, bel berbunyi di pagi hari dalam suasana yang tidak tepat pula.

Jimin berlalu membukakan pintu, menatap siapa datang membuat Jimin menghela nafas cukup kasar. Dia begitu muak meski hanya sekedar berbicara pada wanita itu, Gaeun.

"Morning, Park Jimin," sapanya dengan manis, namun si pria merasa muak mendengarnya.

"Ada apa lagi?" Jimin melihat arloji miliknya kemudian melanjutkan berseru,"aku hanya memiliki waktu lima belas menit untuk bicara dengan mu, jadi segeralah bicara dan jangan berbasa-basi."

Gaeun masuk, lalu duduk di sofa tanpa disuruh sedikitpun. Mau tidak mau Jimin juga mengikutinya yang kini duduk berhadapan dengan wanita itu.

"Baiklah. Akan aku mulai, ini mengenai pernikahan kita. Aku sepakat akan memajukan tanggal pernikahan kita tepat satu minggu lagi."

Jimin terkaget, apa Gaeun sudah gila memutuskan nya sepihak begini tanpa adanya pembicaraan terlebih dulu dengan nya."Kenapa jadi di percepat begini? Bukankah kita sudah sepakat akan menikah satu bulan lagi?" Jimin tentu keberatan. Bagaimana bisa begitu, dia saja belum menemukan bukti apapun mengenai kebenaran yang sesungguhnya.

"Lebih cepat, maka akan jauh lebih baik. Aku sudah memutuskan nya dan membicarakan nya dengan Ayah ku. Lagi pula, tidak ada yang membuatmu repot 'kan?" sahutnya,"mengenai Yoona, aku harap, kau sudah memutuskan nya karena aku tidak mau calon Suami ku berhubungan dengan wanita manapun terkecuali aku, calon Istrimu."

Calon istri? Gaeun memang sudah percaya diri sekali menyangkut masalah beginian. Nyatanya, Jimin tidak pernah menginginkan ada ikatan di antara mereka karena si pria sudah jelas tidak mencintai Gaeun meski hanya secuil. Yang dia cinta hanya Yoona, hanya wanita itu yang Jimin inginkan.

"Aku tidak setuju," protes Jimin, dia juga berhak atas pernikahan nya.

Gaeun berdiri."Aku rasa waktu ku sudah habis, Park Jimin. Bukankah tadi kau hanya meminta aku untuk bicara lima belas menit?" Lalu Gaeun pergi begitu saja meninggalkan Jimin yang sekarang mengepalkan tangan nya karena geram.

Jimin tentu tidak setuju dengan keputusan Gaeun yang sepihak. Bagaimana jika nanti mereka beneran menikah? Maka bukan hanya wanitanya yang hancur, semua rencana Jimin juga ikut hancur dan itu tidak akan Jimin biarkan.

"SIAL!" maki Jimin saat Gaeun sudah pergi.

Satu minggu adalah waktu yang sangat singkat sekali, mana bisa dia mendapatkan bukti secepat itu. Jika dia belum menemukan bukti apapun, maka sudah dipastikan bahwa dirinya dan Gaeun akan resmi menyandang sebagai seorang pasangan.

Bagaimana dengan wanitanya, Kim Yoona? Nyatanya Jimin tidak akan pernah bisa meninggalkan nya. Jangankan meninggalkan, di tinggal dua hari saja Jimin sudah dalam kondisi begini, hampa tanpa semangat hidup. Semangat nya ada pada Yoona, bahkan semuanya yang Jimin butuhkan ada pada wanita itu.

Bagaimana pun juga, dalam satu minggu ini ia harus membuktikan bagaimana pun caranya, dan Jimin bertekad akan itu.

***

Di kediaman Taehyung. Nampak tidak terlalu sepi lagi karena kehadiran Yoona yang menjadikan suasana menjadi terlihat berwarna. Apalagi tingkah Jeon yang selalu membuat Taehyung kesal, dia adalah sosok pria dewasa yang terkadang bersifat seperti anak kecil.

"Noona. Hyung, mau kemana?" tanya Jeon yang masih saja asik bermain dengan Sely seraya memberikan nya makan.

"Kami mau pergi. Kau dirumah saja," sahut Taehyung.

"Yaa! Aku ikut saja ya? Aku bosan dirumah," keluh Jeon memalas dengan wajahnya yang terbilang menggemaskan sekali.

"Tidak. Kau dirumah dengan sely saja."

"Noona, Jeon boleh ikut 'kan?" rengek Jeon seperti anak kecil saja.

Yoona menatap ke arah Taehyung sebentar, kemudian menatap Jeon dengan wajahnya yang masih menunggu keputusan, menggemaskan sekali."Aku terserah Taehyung saja."

"Dan aku tidak akan mengajak mu."

Jeon kembali memalas."Jahat sekali kau ini hyung."

Lantas Taehyung berdecak, tidak tega juga jika Jeon dibegitukan olehnya."Yasudah, tapi jangan minta yang aneh-aneh."

Jeon mengulas senyum manis bak madu beruang itu kemudian lekas mengangguk.

Sely kembali di taruh di kandang nya, kemudian Taehyung dan lain nya masuk menuju sedan. Ada kejadian yang membuat Taehyung tidak berhenti jengkel kepada Jeon, dia sudah berani mengambil tempat duduk Yoona yang sudah dipersilahkan Taehyung, jika wanita itu akan duduk di sebelahnya. Namun Jeon, malah jauh lebih dulu masuk dan pada akhirnya, Yoona duduk sendiri di bagian kursi belakang.

Taehyung menatap pantulan kaca depan nya, mengarah pada wanita cantik itu yang kini nampak merenung. Dia tau, Yoona pasti memikirkan nasib hubungan mereka yang sekarang sudah di ambang perpisahan jika saja mereka tidak mendapatkan bukti.

Yoona sendiri terus saja berdoa agar keajaiban datang menemui dan berpihak padanya. Yoona tidak mau kehilangan pria yang sangat dia cintai.

"Noona," seru Jeon membuat Yoona menoleh,"you, okey 'kan?"

Tidak akan ada yang baik-baik saja di dalam posisi ini, namun Yoona mengangguk sebagai jawaban seraya tersenyum tipis.

"Kita pasti bisa menemukan bukti," semangat Jeon. Dia merasa tidak tega melihat wanita yang sudah di anggap sebagai noona nya itu bersedih berkepanjangan begini.

Kuncinya hanya perlu sabar untuk saat ini. Tuhan sedang menguji, dan Yoona harus sabar menjalani, yakin pasti akan ada suatu keajaiban yang akan segera datang.

"Aku selalu berharap akan itu," bisik Yoona lalu kembali menatap jalanan kota yang ramai namun dengan tatapan kosong nya.

***
Bersambung 9:31 PM.

Hai Readers😊
Teruntuk buat kalian yang udah mau baca cerita ini, terima kasih banyak. Makasih juga yang udah mau ngevote.

dan jangan lupa untuk follow aku ya.❤

Endless Love (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang