Rasa takut

143 24 0
                                    

~Endless Love~

Pagi ini, hari Yoona sedikit berwarna karena hadirnya sang pria yang beberapa hari ini sangat-sangat dia rindukan. Wajah tampan nya ketika bangun tidur, senyuman manis yang mengulas, juga sifat manja nya yang biasanya tidak membiarkan dia beranjak jauh lebih dulu tatkala Yoona ingin beranjak dari kasur. Itu adalah sebuah momen yang tidak akan bisa digantikan oleh apapun.

Iris Yoona memperhatikan kamar yang luar biasa berantakan nya. Sampai dia terperengah akibat kejadian tadi malam yang sungguh panas membuat diri hilang kendali bahkan kamar orang dibuatnya seperti kapal pecah.

Yoona melilitkan selimut pada tubuh polosnya kemudian hendak berlalu mandi namun lagi, langkah nya di cegat oleh Jimin yang melingkarkan tangan nya di perut Yoona.

"Jangan beranjak dulu, sayang. Aku masih merindukan mu," eluhnya dengan suara berat khas bangun tidur.

"Sayang. Ini sudah pagi, tidak enak dengan Taehyung jika kita hanya di kamar saja." Bukan bermaksud untuk menghindari kebersamaan, seperti berpelukan atau yang lain nya, masalahnya ini ada dirumah Taehyung. Tidak enak sekali jika hanya berdiam diri di kamar begini.

Terburu Jimin merebahkan tubuh Yoona kembali kemudian memeluknya semakin erat, dengan kepalanya yang di tenggelamkan pada ceruk leher Yoona seraya mengendus juga menciuminya dengan iris yang masih terpejam.

"Jim, hentikan!" pinta Yoona.

Seakan tuli, Jimin malah menggigit leher Yoona dengan gemas."Aku rindu. Apa tidak bisa seperti ini dulu, hm?"

"Tidak enak dengan Taehyung," sahutnya,"kau harus ingat kita ini dimana."

Jimin menghela nafasnya, sampai Yoona dapat merasakan sapuan hangat pada lehernya."Dia akan mengerti." Jimin masih saja nyaman dengan posisi nya yang melingkarkan tangan nya di atas perut si wanita.

Yoona menghela nafasnya, mengalah dan membiarkan Jimin berlaku semaunya. Sebelum besok sebuah hari akan mengubah segalanya. Besok adalah hari dimana Jimin dan Gaeun akan melakukan pengucapan janji suci mereka. Tidak terbayangkan bagi Yoona, jika bersanding bersama Park Jimin bukanlah dirinya, melainkan wanita lain.

Tidak terasa, buliran air mata menitik yang langsung di hapus oleh Yoona. Dadanya terasa sesak, jika mengingatnya terus menerus, nyatanya memori akan itu selalu berputar menjadi rasa takut yang tak dapat Yoona hilangkan.

"Sayang," lirih Jimin tatkala merasa ada buliran air bening yang mengenai pipi nya.

Jimin melonggarlan pelukan, menatap wajah wanitanya yang sedang menangis dalam diam. Jimin yang tidak bisa melihat air mata itupun segera mengusap nya begitu lembut."Kau masih memikirkan tentang itu, hm?" Jimin menatap cemas serta khawatir.

Yoona menggeleng lirih, tersenyum tipis kemudian memeluk tubuh Jimin begitu erat. Takut rasanya jika tubuh ini tidak dapat di peluk nya lagi, takut sekali.

"Aku takut Jim."

"Stt! Percayalah, semuanya akan baik-baik saja dan kita akan kembali lagi seperti dulu," sahut Jimin memberikan ketenangan, dia juga takut sebenarnya.

Pelan Jimin mengurai pelukan, kembali mengusap air mata yang masih saja membekas, dikecupnya mata indah Yoona kemudian mengecup pipi kanan dan kirinya dan terakhir, bibirnya. Melumatnya dengan perlahan juga iris mereka sama-sama saling memejam, merasakan hisapan pada bibir masing-masing. Terakhir sebelum melepaskan kembali, Jimin menggigit bibir wanitanya sampai jembatan saliva mereka terjalin tanpa teputus.

Terangkat jemari Jimin untuk mengusap bongkahan kenyal itu."Kita harus yakin, tidak akan ada yang bisa memisahkan Park Jimin dan Kim Yoona. Tidak akan terkecuali maut. Bahkan jika Tuhan mengabulkan doaku, aku ingin kita bersama-sama sampai menutup mata dalam satu dekapan dengan rasa cinta kita yang juga ikut menyatu," ungkapnya,"Alwasy with you."

Endless Love (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang