"Akhirnya, kamu berani jujur juga..."
Perhatian yang awalnya tertuju semua pada Andro, kini justru mengarah ke Wiryo. Jika sedari tadi Andro menekuk wajahnya dan tidak berani menatap langsung kedua orang tuanya, kini dia justru mendongakkan kepalanya dan menatap langsung ke Wiryo. Perkataan Andro dan Wiryo kini membuat Gina semakin bingung. Otaknya susah mencerna, sebenarnya apa yang terjadi pada anak dan suaminya.
"Maksud ayah?" Tanya Andro singkat. Wiryo yang sadar jika dia sekarang yang menjadi pusat perhatian dari istri dan anaknya itu menghela nafas sebentar. Dia membutuhkan waktu sedikit untuk bisa dengan lancar mengatakan semuanya.
"Kamu pikir ayah tidak tahu apa yang sudah terjadi empat tahun lalu? Ayah bahkan sudah mengetahuinya sebelum kamu lulus SMA. Ayah tahu semua, bagaimana kelakuan kamu dan juga adikmu itu di sekolah. Kamu dan adikmu sama saja, sama-sama suka bully teman kamu yang kalian anggap lemah. Bener kan?" Baik Andro dan Gina terhenyak. Apalagi Gina, karena selama ini kedua anaknya itu nampak tidak ada masalah apa-apa. Tidak ada hal yang salah dengan kedua anaknya itu.
"Ayah tahu semua dengan detail semua kelakuan kamu saat kamu di sekolah. Kamu yang suka bolos, kamu yang suka bullying, kamu yang suka ke club malam. Semuanya ayah tahu. Kamu suka main sama pelacur jalanan juga ayah tahu. Ayah gak masalahin itu, karena nanti efeknya juga kamu sendiri yang rasain. Tapi kalau kamu sampai memperkosa dan itu juga disuruh adikmu. Gobloknya kamu, kamu turutin aja semuanya" Andro kembali menunduk. Hatinya terasa sakit karena ini pertama kalinya ayahnya berkata kasar ke dia. Senakal-nakalnya dia, ayahnya tidak pernah sampai berkata kasar kepadanya.
"Ini maksudnya gimana sih ayah? Mama beneran gak paham. Apa yang sebenernya udah terjadi? Kenapa ayah diam aja selama ini? Kenapa gak kasih tahu mama?" Akhirnya setelah diam dalam keheningan, Gina buka suara juga. Kebingungan, itu hal yang nampak dari wajahnya.
"Anak kita itu kelakuannya busuk. Andro jadi tukang bully, suka meras temennya di sekolah, seneng berantem. Lalu Ele, sama saja. Dia merasa tinggi, suka merendahkan orang lain, suka bully juga. Puncaknya, ada murid yang masuk lewat jalur prestasi. Namanya Anggun Febriani. Ayah sampai sekarang gak tahu apa yang membuat Ele sampai sebenci itu sama Anggun, sampai-sampai dia membully habis-habisan Anggun. Gobloknya lagi, Andro mau aja pas disuruh memperkosa Anggun. Gak cuman Andro, tapi sama dua temennya. Otak kamu dimana sih Ndro waktu itu? Sampai kamu mau lakuin hal sehina itu?"
"Maaf yah, ma... Andro salah. Andro nyesel banget sekarang yah, ma" Gina hanya bisa menutup mulutnya. Dia berusaha menahan tangisnya.
"Belum selesai kan ulah bejat kalian? Ele malah memfoto semua kejadian itu dan membuat fitnah hingga akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah karean udah mencemarkan nama baik sekola. Iya kan? Gitu kan kejadiannya?" Andro dan Gina semakin tenggelam. Keduanya sama-sama tenggelam. Andro tenggelam dalam penyesalan karena sudah melakukan semua hal bejat itu ke Anggun, sedangkan Gina tenggelam dalam penyesalan karean merasa gagal mendidik anak.
"Kamu tahu Ndro? Ayahnya Anggun meninggal saat tahu kejadian keji itu. Tahu itu artinya apa? Itu artinya secara gak langsung selain kamu penjahat kelamin karena udah memperkosa Anggun, kamu juga pembunuh, Ndro!" Ucapan pedas dari Wiryo membuat Andro merasakan sesak di dadanya. Sungguh, dia tidak menyangka semua seperti sekarang ini.
"Maafin Andro yah..."
"Kenapa ayah gak bilang sama mama semua ini?"
"Ayah gak mau penyakit jantung mama nantinya kena karena masalah ini" Jawab Wiryo dengan merangkul dari samping istrinya. Mencoba menenangkan setelah mendengar semua cerita kelakuan buruk anaknya.
"Dan kamu Ndro, gak usah minta maaf ke ayah sama mama. Minta maaf ke Anggun sama semua temen-temen yang udah jadi korban bullying kamu! Itu lebih berarti daripada penyesalan kosong kayak gitu"
Suasana malam itu menjadi tidak begitu nyaman. Semuanya diam dalam pikirannya masing-masing. Andro masih saja duduk di ruang keluarga bersama dengan orang tuanya. Semuanya merasa canggung, entah mengapa. Tidak ada yang berusaha untuk memulai percakapan atau sekedar perbincangan ringan diantara mereka. Tidak. Semuanya hanya diam saja.
"Ayah sudah tahu keadaaan Anggun sekarang?" Akhirnya Andro memberanikan diri juga bertanya. Jika ayahnya tahu bagaimana kelakuannya dan juga adiknya, maka besar kemungkinan kalau ayahnya juga tahu bagaimana Anggun sekarang. Sampai sekarang, yang Andro tahu, Anggun hanya membuka warung makan. Sudah. Hanya itu saja yang dia tahu.
"Sedikit saja. Ayah hanya tahu kalau dia membuka warung makan bersama ibunya. Perusahaan tempat ayah sering pesan di warung itu. Kalau ada rapat, pertemuan atau ada jamuan makan siang di perusahaan, ayah akan minta pesan saja di warung makannya Anggun. Itu ayah lakuin setidaknya biar warung makan mereka semakin laku"
"Kamu tahu Ndro, kenapa waktu itu ayah maksa kamu buat nerusin ke akpol atau kalau mau kuliah kamu ambil jurusan hukum? Ini jawabannya! Supaya kamu ngerti gimana kondisi korban perkosaan itu! Akhirnya doa ayah terkabul. Kamu dapat kasus perkosaan dan secara gak langsung kamu akhirnya tahu gimana menderitanya mereka" Andro menoleh kembali ke ayahnya. Dia sungguh tidak menyangka jika ayahnya sudah mengetahui dan merancang ini semuanya.
"Kenapa? Kamu pikir setelah ayah mengetahui semuanya, ayah akan tonjokin kamu? Gebukin kamu? Gitu? Enggak! Manusia bebal macam kamu itu gak akan mempan dengan itu semua. Kamu saat itu masih sangat gak tahu aturan Ndro. Untungnya, pas kamu sekolah di akpol, kamu bisa berubah jadi lebih baik."
"Maafin Andro yah.. Maafin Andro mah.. Beneran Andro nyesel dengan semuanya ini. Andro juga akan minta maaf ke Anggun. Bantuin Andro ya mah, yah" Andro mengucapkan itu dengan lesu dan sambil menunduk ke bawah.
"Hm... Yah, ini jika Andro ntar minta ayah sama mama ngelamar Anggun buat Andro gimana?" Nada Andro sangat hati-hati waktu mengatakan itu. Wiryo dan Gina saling tatap sebentar.
"Ayah tahu, kamu itu ngerasa bersalah kan sekarang. Kamu ingin nebus dosa kamu dulu, tapi masalahnya, kamu itu minta maaf aja belum. Iya kalau Anggun mau maafin kamu? Kalau enggak? Gak usah berpikiran jauh duluan"
"Tapi ayah gak masalah kan jika Anggun jadi istrinya Andro?"
"Sepanjang dia baik dan bisa membuat kamu menjadi lebih baik lagi, siapapun itu, ayah setuju saja" Andro sedikit lega. Entahlah, dia hanya mendadak saja terpikir untuk menjadikan Anggun istrinya. Dengan itu, dia bisa menjaganya, melindunginya dan yang paling penting dia bisa menebus semua yang sudah dilakukannya di masa lalu dengan membahagiakan Anggun. Dan sekarang, saat ayahnya sudah memberika persetujuannya, tentu dia sangat senang.
Suasana di ruang keluarga itu kini menjadi sedikit mencair. Tidak lagi sekaku yang dulu. Gina yang tadi hanya bisa diam dan tenggelam dalam pikiran dan penyesalannya bisa sedikit tersenyum saat Andro mengutarakan ingin mengambil Anggun sebagai istri. Nalurinya sebagai wanita tentu memahami bagaimana Anggun yang sudah dirusak kehormatannya oleh Andro, bahkan dengan cara yang sangat kejam.
Selang beberapa waktu, tiba-tiba saja Elena datang. Wajahnya cemberut. Dia terpaksa menggunakan taksi online untuk bisa pulang ke rumah karena mobilnya ditahan di kantor polisi. Elena semakin kesal saat dia mendapati semua keluarganya berkumpul di ruang tengah dan tampaknya mereka sedang bersantai.
"Aaabbaangg... Bang Andro, besok bisa ambilin mobilnya Ele di kantor polisi gak? Bisa ya bang... Bisa yaaa... Kan cuman kasus nerabas lampu merah doang bang..." Elena langsung saja mengambil duduk di samping Andro. Dia langsung menggelayut di lengan Andro. Namun, Andro tidak memberikan respon apapun.
"Udah ayah bilang. Jangan libatin abang kamu! Kamu yang salah, kamu yang harus selesaikan semuanya sendiri! Gak semua masalah kamu itu, orang lain yang selesaikan Ele!" Wiryo langsung berkata tegas. Dia takut jika Andro masih saja menuruti apa yang dimau oleh Elena.
"Ele, ayah benar. Saatnya sekarang kamu berhenti kekanak-kanakan. Kamu yang salah, gak usah ngerepotin orang lain! Urus saja urusanmu sendiri!" Elena tertegun. Jika yang mengatakan itu adalah Wiryo, mungkin Elena akan diam saja, tapi yang baru saja berbicara seperti itu adalah Gina. Mama-nya itu selalu ada di pihaknya. Selalu membelanya. Mama-nya selalu menuruti apa yang dimau tapi sekarang? Kenapa semua menjadi menyebalkan seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
RandomHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...