Part 34

7.3K 543 10
                                    

Waktu terus berjalan. Semenjak kejadian makan malam itu, keluarga Marsih menjadi lebih hangat daripada sebelumnya. Farhan tidak lagi sinis saat Andro datang ke rumah dan berusaha mendekati Anggun. Beberapa kali juga Andro pergi bersama dengan Anggun. Seperti saat ini, saat Anggun mengambil weekend course memasaknya, Andro yang mengantar dan menjemputnya. Tentu hal itu jika Andro tidak sedang berdinas atau kena jatah piket di kantor kepolisian. Wajah Anggun sendiri juga tidak lagi menunjukkan wajah datar yang cenderung jutek, namun juga masih belum bisa menunjukkan senyum yang benar-benar tulus. Sedikit demi sedikit komunikasi antar mereka berdua sudah mulai ada. Tidak lagi komunikasi searah yang biasanya muncul.

"Kamu mau ini?" Ujar Anggun kepada Andro dengan menunjukkan satu food container berbahan tembus pandang. Andro mengernyit. Masih bingung dengan apa yang sekarang dibuat oleh Anggun.

"Ini thai milk caramel pudding. Gak ada yang suka makanan manis gini di rumah. Daripada mubazir dan kebuang karena basi, kalau kamu mau, ambil aja" Mata Andro langsung saja berbinar. Meskipun sebenarnya Anggun tidak membuat pudding itu khusus untuknya, tapi dia tidak peduli. Meskipun juga dia tidak terlalu suka makanan manis, Andro juga akan mengabaikan. Yang penting sekarang baginya, bisa merasakan masakan yang dibuat langsung oleh Anggun.

"Mau... Banget malahan..." Andro seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapat permen. Segera diambilnya makanan yang memang sedari tadi disodorkan Anggun kepadanya. Setelah menerima, dia lantas membuka sedikit food container itu lalu segera aroma harum karamel dan aroma vanila memenuhi indra penciumannya.

"Enak nih pasti.. Aromanya aja harum gini.. Makasih banyak ya Nggun..." Andro berucap spontan. Keduanya lantas melanjutkan perjalanan pulang ke rumah Anggun. Tadi, Andro memang menawarkan diri untuk menjemput Anggun di malam minggu ini dan Anggun pun tidak menolak tawaran itu. Setidaknya, dia bisa duduk nyaman di mobil Andro daripada dia harus naik ojek atau jika dia dijemput oleh Farhan yang juga menggunakan motor.

"Kita langsung pulang?" Tanya Andro setelah Anggun mendudukkan dirinya di kursi depan sebelah kiri.

"Langsung pulang saja. Udah capek juga" Jawab Anggun singkat. Andro hanya mengangguk ringan. Tanpa banyak bicara lagi, dia lantas melajukan mobilnya ke arah rumah Anggun. Sementara Andro menyetir mobilnya, sudut mata Anggun menangkap wajah Andro yang sangat sumringah. Tapi Anggun tidak mempedulikan semua itu. Terserah saja dia mau senang atau apapun.

"Gak makan dulu? Atau mampir kemana mungkin?" Tanya Andro sekali lagi. Barangkali saja Anggun mau meluangkan waktunya bersantai dengannya. Andro masih berusaha melewatkan malam minggu ini bersama dengan Anggun.

"Gak usah. Ibu udah masak. Mending makan malam di rumah aja" Anggun menolak dengan halus.

Selang setengah jam, Andro sudah sampai di rumah Anggun. Awalnya, dia ingin duduk dan ngobrol dengan Farhan atau Anggun, tapi saat mengingat jika tadi Anggun memberinya pudding dan dia tidak sabar untuk merasakannya, maka Andro lebih memilih untuk pulang kembali ke rumah. Setelah berpamitan, langsung saja Andro melesatkan mobilnya ke rumahnya, sedikit tidak sabar untuk merasakan puding buatan Anggun.

Sampai di rumah, Andro langsung memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Segera dia masuk ke rumah. Hari masih belum terlalu malam. Bahkan, kedua orang tuanya dan adiknya masih ada di ruang makan. Tampaknya mereka juga baru saja selesai makan malam. Andro langsung bergabung dengan keluarganya. Tangannya masih menenteng food container.

"Apaan itu?" Gina penasaran dengan apa yang dibawa Andro. Sebenarnya lebih penasaran dengan wajah cerah ceria Andro.

"Thai milk caramel pudding. Mau?" Andro segara membuka food container dan segera saja wangi aroma karamel dipadu dengan vanila memenuhi ruang makan keluarga Wiryo.

"Enak tuh kayaknya. Bagilah juga. Jangan dihabisin sendiri" Gina lantas menyahut melihat puding yang memang sangat menggoda itu.

"Oke.. Ini Andro bagi empat."

Dengan cekatan Andro mengambil pisau roti lantas membagi puding itu menjadi empat dan dengan hati-hati dia meletakkan di piring. Teksturnya yang lembut membuatnya sedikit kesulitan untuk memindahkannya. Selesai membagi puding itu, mereka lantas menikmatinya.

"Ini tuh enak banget, Ndro... Manis dan lembutnya pas.. Mama suka"

"Iya ma. Pudingnya enak. Ele juga suka" Elena yang sedari tadi diam saja ikut bersuara saat dia juga ikut merasakan puding buatan Anggun.

"Kamu beli dimana? Besok-besok kan kalau pengen mama bisa beli." Ujar Gina kemudian.

"Gak beli kok. Dikasih langsung sama chef-nya. Langsung... Fresh from the oven..." Andro berkata dengan senyuman sangat lebar. Matanya berbinar saat dia berkata demikian.

"Pasti keren tuh chef-nya bisa bikin puding kayak gini. Abang aja yang tidak terlalu suka manis bisa seneng gitu dibuatnya" Elena kembali menyahut.

"Kamu ini belinya di mana sih Ndro? Cafe atau bakery mana? Mama jadi penasaran, pasti makanan yang lainnya juga enak-enak"

"Kan tadi Andro udah bilang. Andro tuh gak beli. Ini itu dikasih. Gratisan. Chef-nya gak terlalu suka makanan manis, trus dikasihlah ke Andro. Gitu.." Andro mencoba menjelaskan.

"Siapa sih chef-nya? Mama pengen kenal ah.. Misal nih ntar ada arisan atau apa, mama mau pesen bisa kan. Kenalin dong mama sama temen kamu ini"

"Mama, ayah udah kenal kok. Ele juga udah tahu" Sesudah berbicara itu, semua pandangan langsung terarah ke Andro. Semuanya sibuk menerka-nerka siapa yang dimaksud Andro.

"Anggun, mah.. Ini tuh tadi Andro jemput Anggun di course-nya dia. Trus dia bikin puding ini. Tapi karena Anggun gak suka manis, trus di rumahnya juga gak ada yang suka manis, makanya dikasih ke Andro"

PRANG KLONTANG

Elena yang mendengar perkataan Andro langsung saja menjatuhkan piringnya. Bukan itu saja, dia juga memuntahkan puding yang sebagian sudah dimakannya. Piring yang di depannya diseraknya hingga jatuh dan pecah berserakan. Matanya menatap nyalang ke Andro. Memerah, menandakan jika dia saat ini sedang marah.

"ABANG!! NGAPAIN SIH MASIH AJA BERHUBUNGAN SAMA SI CUPU ITU?" Elena berteriak marah.

"ELE!! YANG SOPAN KAMU!" Wiryo langsung membentak Elena.

"Kalau tahu puding ini dari si cupu itu, gak bakalan Ele mau makan!" Tetap saja Elena berucap dengan nada yang sinis. Sangat terlihat jika dia memang masih membenci Anggun.

"Emang kamu pikir makanan yang baru aja kamu makan itu darimana?" Gina berucap santai. Makan malam yang baru saja mereka nikmati memang dia beli dari warungnya Marsih.

"Siang tadi mama lagi malas masak, jadi ya udah beli aja di warungnya bu Marsih. Bilang gak mau makan, tapi dari tadi kamu makan lahap gitu!"

Elena terdiam, menatap nanar semua yang ada di depannya. Wiryo dan Andro sedang santai menikmati puding di depan mereka, sementara Gina membalas tatapan Elena dengan sinis pula.

KLONTANG!

Elena membating sendoknya yang memang sedari tadi masih dipegangnya.

"Kenapa sih semuanya selalu belain si cupu itu? HAH? APA HEBATNYA DIA??"

"Jelas dia hebat! Dia tuh bisa pinter, semangat belajarnya tinggi, mandiri, gak manja, tegar juga! Kamu bisa gak kayak gitu? Gak bisa kan?" Andro yang biasanya diam saja saat menghadapi Elena, kini lantas bersuara. Hal itu semakin membuat Elena meradang.

"POKOKNYA ELE GAK SUKA SAMA SI CUPU ITU!"

"Kalau kamu gak suka ya terserah kamu! Tapi kamu gak bisa maksa ayah, mama sama abang kamu buat gak suka juga sama Anggun." Wiryo kali ini menanggapi dengan santai. Elena yang merasa tidak ada lagi yang mendukungnya, lantas berdiri dan menggeser kursinya dengan kasar. Bergegas dia pergi dari ruang makan yang membuatnya emosi.
Melihat perilaku Elena yang kasar seperti itu padahal dia sedang hamil lima bulan, spontan saja Andro berkata

"Hati-hati kamu sama kandungan kamu, Ele!"

Elena tidak mempedulikan peringatan Andro. Kakinya dia hentak-hentakan. Dia marah. Sangat marah mungkin. Sekarang dia merasa sendirian. Tidak ada seorangpun yang mendukungnya. Keluarganya tidak, teman-temannya? Semenjak Wiryo menyita semua perangkat telekomunikasi miliknya, dia tidak memiliki teman sama sekali. Kehidupan hedonis yang penuh glamor tidak pernah lagi dia rasakan.

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang