Setelah seharian merenung dan mempertimbangkan semuanya, dia memutuskan untuk mengikuti apa yang disarankan Farhan dan Marsih. Saat Andro datang, dia tidak lagi berada di kamar atau menghindari keberadaan Andro. Walaupun masih cenderung diam dan pasif saat di sekitarnya ada Andro, namun Anggun sedikit demi sedikit mau menimpali obrolan-obrolan Andro.
Sore ini, tiba-tiba saja Andro datang ke warung Marsih. Niatnya dia ingin membantu Marsih untuk beres-beres dan menutup warung. Hari itu dia lepas dinas, sehingga tidak perlu dipusingkan dengan jadwal dinas di kepolisian yang umunya sangat padat.
"Seno tadi udah terlanjur pesan taksi online. Kasihan nanti drivernya kalau di cancel" Marsih berkata benar. Dia memang sudah menyuruh Seno untuk memesan taksi online, dan Seno juga sudah memesan taksi untuk mereka.
"Gak apa-apa bu. Saya bisa bantuin angkat baskom dan panci ke mobil taksinya" Tidak mau sia-sia dengan kedatangannya ke warung Marsih, Andro lantas menyediakan tenaganya untuk membantu Marsih.
Marsih hanya mengangguk sekilas saja. Sama seperti Anggun, tampaknya Marsih juga masih belum bisa menerima sepenuhnya keberadaan Andro di sekitarnya. Walaupun dia juga yang mendorong Anggun untuk bisa melupakan kejadian masa lalu dan mulai menerima keberadaan Andro, tapi sejujurnya, dia masih belum rela sepenuhnya.
Mobil taksi online datang. Dengan sigap, Andro lantas mengikuti Seno untuk menaikkan barang-barang ke mobil taksi online. Sesudah selesai semuanya, Marsih, Anggun dan Seno lalu masuk ke mobil dan Andro masuk ke mobilnya. Dia lantas mengikuti mobil taksi online yang mengantarkan Marsih. Dia masih ada beberapa rencana yang ingin dilakukan malam ini.
Sampai di rumah Marsih, dia lantas dengan spontan juga membantu Seno yang menurunkan semua barang-barang warung dari mobil. Melihat jika semuanya sudah bisa ditangani oleh Andro dan Seno, Marsih dan Anggun langsung menuju ke dalam rumah.
Selesai membereskan semuanya, Andro duduk di teras rumah. Marsih lalu menghampiri sambil membawakan segelas es teh untuk Andro. Setidaknya dia harus berterima kasih karena Andro sudah mau membantunya membereskan warung dan mengangkut barang-barang warung ke mobil.
"Bu, Andro mau ijin sama ibu. Andro pengen ngajak Anggun keluar. Jalan-jalan sama makan malam, apa boleh bu?" Sebenarnya ini adalah rencana sesungguhnya Andro. Dia ingin mendekatkan diri lagi ke Anggun. Mengajaknya keluar, menikmati suasana malam mungkin menjadi pilihan yang tepat.
"Saya tanyakan dulu ke Farhan" Marsih lantas mengambil ponselnya dan segera menelpon Farhan yang sore itu masih ada di kantor. Sengaja Marsih me-laudspeaker saat menelpon agar Andro juga bisa mendengarnya.
"Iya bu, ada apa?" Sapa hangat Farhan di seberang telpon setelah tersambung.
"Di sini ada Andro. Dia minta ijin sama ibu ngajak mbakmu keluar jalan-jalan. Gimana?" Marsih langsung saja berkata ke intinya.
"Asal Anggun-nya mau bu. Trus jangan sendirian juga. Seno harus ikut. Kalau misal Seno gak bisa, gak usah. Pokoknya harus Anggun mau dan Seno juga bisa ikut. Farhan masih belum bisa percaya penuh ke Andro bu"
Lengkungan bibir ke atas tidak pernah surut dari wajah Andro. Perasaannya campur aduk. Senang dan juga sedikit gugup. Persis seorang lelaki yang sedang kencan untuk pertama kalinya. Anggun sebenarnya enggan juga untuk keluar apalagi jika harus bersama dengan Andro. Tapi, dirinya juga penasaran dengan niatan dari Andro. Sejauh mana lelaki brengsek itu mampu merubah dirinya.
Sekarang, mereka bertiga sedang menikmati musik akustik yang ada di taman kota. Andro sebenarnya ingin mengajak Anggun makan di cafe atau resto, tapi Anggun menolaknya. Dia ingin jalan-jalan di taman kota. Biasanya, jika malam dan cuaca cerah seperti ini akan ada pentas musik atau atraksi-atraksi lain yang bisa mereka nikmati secara gratis. Suasana yang ramai dengan orang membuat Anggun sedikit lega juga. Jika memang Andro berbuat nekat lagi, setidaknya di sini akan banyak orang yang bisa dia mintai tolong.
"Apa sebenarnya tujuanmu?" Anggun bekata dengan tatapan mata yang lurus. Wajahnya datar tanpa senyum dan tanpa guratan emosi. Saat ini, dia dan Andro duduk bersebelahan. Seno sedang membeli minum di seberang. Situasi ini dimanfaatkan Anggun untuk mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya.
"Hm.. Gak tahu juga. Yang jelas aku cuman pengen lebih dekat aja dengan kamu" Sejujurnya, kaget juga Andro dengan pertanyaan Anggun. Ini pertama kalinya Anggun yang memulai percakapan. Sebelumnya, setengah mati Andro berusaha untuk menarik perhatian dari Anggun.
"Apa yang kamu rencanain? Jujur aja." Andro menoleh ke arah Anggun. Dua kali pertanyaan yang terlontar dari Anggun sudah cukup menegaskan bagi Andro bahwa dia harus berjuang lebih keras. Anggun masih belum sepenuhnya membuka hati untuknya. Berusaha tersenyum, lantas Andro berucap:
"Kamu pasti udah jengah sama aku. Aku yang udah bikin kamu kayak gini. Mungkin, kamu juga udah bosen sama permintaan maaf dari aku. Tapi aku bener-bener nyesel dengan semunya. Aku pengen memperbaiki semuanya."
"Kamu? Seorang bajingan brengsek kayak kamu nyesel?" Orang pasti akan langsung emosi jika mendengar umpatan langsung yang keluar dari mulut Anggun. Tapi tidak dengan Andro. Dia hanya tersenyum. Mungkin saja dia sudah sangat kebal dengan segala umpatan yang keluar dari keluarga Marsih untuknya.
"Masuk jadi polisi yang bikin aku sadar. Apalagi habis lulus aku langsung ditaroh di reserse dan kriminal. Waktu beberapa bulan lalu aku dapat kasus soal pelecehan seksual dan pemerkosaan....... " Suara Andro tiba-tiba menjadi berat. Seolah dia tidak sanggup untuk meneruskan. Dia lantas mendongakkan kepalanya ke atas, mencoba meraup udara sebanyak-banyaknya supaya hilang rasa sesaknya. Sesak karena sesal yang mungkin saja terlambat.
"Dari situ aku tahu bagaimana kondisi korban. Gimana dia berjuang, gimana kondisinya, juga gimana hancurnya dia. Dari situ aku langsung keinget semua kelakuanku ke kamu."
"Aku tahu aku salah. Sangat salah. Mau membela diri model apapun gak akan menghapus kesalahan itu. Makanya sekarang aku pengen perbaiki semuanya."
"Andai aku doraemon, udah pasti aku akan keluarin mesin waktu. Pasti udah aku tonjokin si Andro sama bajingan-bajinga lain yang udah ngerusak kamu. Tapi itu cuman andai. Yang bisa aku lakuin sekarang cuman memperbaiki semuanya. Semua yang udah aku rusak dulu"
"Aku pengen nebus semuanya, Nggun. Aku pengen jagain kamu biar gak ada lagi yang jahatin kamu lagi. Biar aku aja yang bajingan ini yang udah ngerusak kamu. Aku gak mau kamu jatuh lagi. Aku pengen liat kamu tertawa. Pengen liat kamu senyum. Semenjak ketemu lagi sama kamu, aku gak pernah lihat kamu senyum." Andro tidak peduli apakah Anggun mau mendengarkan semua omongannya atau tidak. Dia terus saja berbicara mengeluarkan semua isi hatinya.
Hening sejenak. Tidak ada yang memulai kembalipercakapan diantara mereka. Keduanya seolah mengabaikan kondisi ramai yang adadi sekitar mereka. Tanpa mereka tahu, Seno sebenarnya udah kembali sedari tadi.Dia ada di belakang Andro dan Anggun. Seno sudah mengetahui semua cerita soalAnggun. Maka, tadi saat dia diminta Marsih untuk ikut menemani Anggun tentusaja dia mau. Bahkan sejak tadi dia juga terus melaporkan semuanya ke Farhansecara detail.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
RandomHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...