Setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya graduation ceremony Farhan di universitas di Tokyo, Jepang tiba juga. Besok mereka akan berangkat ke Jepang. Semuanya menyambut antusias karena akan pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya. Seno adalah yang paling antusias diantara semuanya. Berbagai pertanyaan konyol selalu saja keluar darinya, dan Farhan harus dengan sabar menjelaskan semuanya. Dia sangat maklum karena ini adalah pertama kalinya Seno pergi keluar negeri.
"Mas harus bawa baju tebal sama jaket ya? Di sana dingin ya mas?"
"Sekarang di Jepang masuk summer. Cuacanya malah cenderung lebih panas dari Indonesia, Sen. Bisa sampai 35 derajat panasnya. Cuacanya juga cenderung kering, gak kayak Indonesia yang kelembapannya tinggi. Bawa pelembab sama sunblock aja" Farhan menjelaskan kondisi cuaca di Jepang saat mereka akan pergi. Seno sudah heboh sendiri ingin beli jaket yang super tebal.
"Wah, harusnya mas Farhan bilangin tuh ke kampusnya mas. Kalau mau wisudaan, pas musim dingin aja mas. Jadi kan Seno bisa ngerasain yang namanya salju. Pengen minum es teh yang es-nya dari salju itu mas.." Kini satu lagi fakta yang diketahui oleh keluarga Marsih soal Seno. Seno masuk kategori orang yang mempunyai daya khayal tingkat tinggi.
"Wisudaan di sana beda Sen sama kampus di sini. Mereka nyelenggarainnya di alam terbuka. Biasanya di lapangan kampus. Jadi pasti acaranya dibuat pas musim panas. Gak akan diselenggarakan di musim dingin" Lalu Farhan menunjukkan video acara kelulusan yang ada di tempatnya berkuliah.
"Oh ya mas, di sana ada nasi pecel gak mas? Seno pengen deh ngerasain nasi pecel di Jepang. Rasanya sama gak kayak nasi pecel di sini" Pertanyaan dari Seno langsung saja membuat semua yang berkumpul di ruang tengah langsung tertawa.
"Kamu itu Sen... Jauh-jauh ke Jepang carinya kok malah nasi pecel. Lha kalo mau nasi pecel, minta ibu bikinin juga pasti dibuatin sama ibu." Farhan menanggapi dengan tertawa ringan.
"Habisnya yang Seno tahu kalo di Jepang makananya mentah gitu. Ikan atau cumi dipotong potong trus dikecapin gitu aja mas. Hiii... Bayangin aja udah bikin Seno mual" Ekspresi wajah Seno yang mendiskripsikan makanan Jepang yang memang cenderung disajikan mentah, membuat Farhan tidak tahan untuk mengacak rambutnya.
"Gak semuanya makanan Jepang itu mentah. Kalau emang gak mau makanan yang mentahan kayak gitu, nanti mas bawa ke makanan yang mateng."
"Bu, nanti bawa makan aja ya dari sini. Ibu masak dulu rendang, atau apa yang bisa awet semingguan. Takutnya nanti Seno nanti kangen sama masakannya ibu" Lagi, sebuah perminttan yang lucu dari Seno. Mereka hanya berada di Jepang sekitar lima hari, tapi Seno sudah seheboh itu.
"Astaga Seno.. Kita disana cuman lima hari. Lima hari gak makan masakan ibu gak akan bikin kamu sengsara juga." Kali ini Marsih yang berbicara dan kemudian hanya dibalas cengiran dari Seno. Sungguh, walaupun bagi Marsih dan juga Anggun, ke Jepang ini adalah kali pertama untuk mereka tapi mereka tidak seheboh Seno.
"Kamu mendingan sekarang beres-beres baju kamu. Kita besok emang flight siang, tapi pagi udah harus di bandara. Kalau ke luar negeri agak ribet dikit soalnya. Harus periksa dokumen segala" Perintah halus Farhan itu langsung dijawab dengan anggukan oleh Seno.
"Seno ke kamar dulu aja mas. Mau ngecek dulu, ada bawaan Seno yang ketinggalan apa enggak." Seno lantas berpamitan dan beranjak ke kamarnya. Marsih, Farhan dan Anggun hanya memandang punggung Seno dengan senyuman dan gelengan kepala saja. Kehadirannya cukup mampu membuat rumah itu kembali berwarna kembali.
Biasanya, pagi hari di rumah Marsih pasti akan dimulai dengan sibuknya mereka di dapur. Menyiapkan makanan yang akan dibawa ke warung. Tapi beda untuk kali ini. Suasana lebih santai. Semua koper dan tas yang akan mereka bawa ke Jepang sudah siap di ruang tamu. Kini, mereka berkumpul di teras rumah untuk menunggu taksi online yang sudah dipesan Farhan.
Beberapa jam kemudian, mereka sudah ada di pesawat yang akan membawa mereka terbang ke Jepang. Semuanya tersenyum riang. Jangan tanyakan bagaimana tingkah laku Seno selama di bandara dan naik pesawat. Farhan beberapa kali harus menegurnya agar dia tidak mengganggu kenyamanan pengunjung lainnya.
***
Sudah tiga hari ini Andro berada di luar kota. Dia harus berangkat karena masuk dalam team perbantuan. Keahliannya dalam mengidentifikasi korban membuatnya sekarang masuk dalam team pencarian korban pesawat yang jatuh. Jadilah selama tiga hari ini dia berjibaku dengan team forensik kepolisian untuk membantu mengidentifikasi korban-korban yang berhasil ditemukan. Padatnya pekerjaan yang dia lakukan, membuatnya melupakan sejenak tentang Anggun.
Setelah mendapatkan kepastian bahwa Andro akan kembali lagi ke tempatnya bekerja, malam harinya Andro sengaja menyempatkan waktunya berkeliling kota sejenak. Selain melepas penat, dia ingin membawa sedikit oleh-oleh. Tentu oleh-oleh itu untuk Anggun. Karena bingung mau membelikan apa untuk Anggun, maka jadilah dia membeli banyak sekali barang. Mulai dari makanan khas di kota ini sampai dengan kain dengan motif khas kota tempatnya berada sekarang.
Sampai di rumah, Wiryo dan Gina dibuat kaget dengan barang bawaan Andro yang sangat banyak. Hampir dua koper besar isinya adalah barang yang dia sebut oleh-oleh itu. Sedang barangnya sendiri muat dalam backpack hitam kepolisian miliknya.
"Kamu itu mau buka toko atau mau jualan online? Kamu itu tugas ke sana buat bantuin team SAR apa malah belanja barang-barang ini semuanya?" Wiryo menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Antara bingung, jengah dan tidak mengerti apapun dengan tingkah laku anak sulungnya itu.
"Kamu mau alih profesi jadi jualan ginian, Ndro?" Sekarang giliran Gina yang bertanya penasaran kepadanya.
"Heheh.. Bukan.. Ini gak Andro jual lagi kok. Ini tuh buat oleh-oleh buat Anggun, mah.. Pah.." Andro berkata dengan lugas disertai wajah tanpa dosanya.
"HAH? Oleh-oleh buat Anggun sebanyak ini?" Wiryo hampir saja berteriak mendengar jawaban dari Andro yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
"Habisnya Andro bingung. Mau beliin apa. Andro tuh gak tahu Anggun suka-nya warna apa, warna pink atau biru atau hijau, jadinya ya udah Andro beli aja semua warna kain yang ada. Daripada salah kan? Trus Andro juga gak tahu Anggun gimana seleranya Anggun. Makanya oleh-oleh makanannya Andro beli aja semua rasa. Mulai dari yang manis, asin, gurih sama yang rasanya pedas juga ada kok. Pokoknya lengkap. Ada semuanya." Wiryo dan Gina lantas saling pandang sejenak dan kemudian mereka hanya bisa kompak menggelengkan kepalanya. Di benak Wiryo sekarang ini Andro sudah jatuh cinta dengan Anggun. Tingkahnya bukan lagi seperti orang yang ingin meminta maaf, tapi lebih mirip dengan seorang lelaki yang baru saja jatuh cinta.
"Jadi abang beli ini semuanya buat si cupu burikan itu?" Elena yang dari tadi duduk di sofa akhirnya berujar juga.
"Anggun... Namanya Anggun. Stop panggil dia dengan cupu atau panggilan buruk lainnya! Dia bakalan jadi istri abang! Dan, ya! Ini semuanya buat Anggun!" Jawab Andro tegas sambil matanya menatap tajam ke Elena. Dia tidak suka Anggun dipanggil dengan panggilan cupu, burik atau apapun itu. Dia akan sangat marah jika mendengarnya. Entah sejak kapan aura posesif dari Andro muncul saat itu berhubungan Andro.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
RandomHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...