Andro masih berada di belakang kemudi mobilnya. Dia tidak beranjak dari tempatnya memarkirkan mobilnya. Otaknya masih meraba-raba apa yang harus dilakukannya sekarang. Apa harus dia ke Jepang menyusul Marsih dan keluarganya? Jikalaupun memang harus, Jepang bukan negara kecil yang dalam sehari bisa menyusurinya.
"Wait, ngapain aku gak coba ke kantornya mas Farhan ya? Kali aja mereka ada info soal kemana sebenernya mas Farhan sekeluarganya?" Jari Andro masih mengetuk-ngetuk di kemudi mobilnya. Memikirkan bagaimana caranya dia bisa mendapatkan informasi.
"Whoever you are, thank you!" Andro berucap sambil tersenyum. Entah dia berucap pada siapa, tapi sekarang dia tersenyum ringan.
Andro lantas melajukan mobilnya menuju kantor tempat Farhan bekerja. Mengikuti semua sosial media yang dimiliki oleh Farhan ternyata berguna sekali untuknya, setidaknya dia tidak sulit untuk mengetahui dimana Farhan bekerja sekaligus posisinya. Hanya saja, untuk masalah Farhan harus ke Jepang, dia masih belum melakukan update sosial media-nya.
Dengan membawa satu bungkusan yang berisi makanan oleh-oleh yang memang dia bawa, Andro memasuki gedung tempat Farhan bekerja.
"Selamat pagi. Saya mau mengirimkan paket berisi makanan untuk bapak Farhan" Andro berucap sopan saat dia memasuki kantor Farhan.
"Hm.. Kayaknya udah dua hari ini pak Farhan gak masuk pak. Tapi untuk pastinya, bapak bisa langsung ke resepsionis. Dari pagi ini juga saya belum lihat pak Farhan" Ujar salah satu satpam yang sekarang ada di depan Andro.
Mendapatkan ijin untuk memasuki lobby utama kantor, Andro melangkahkan kakinya dengan yakin ke arah meja resepsionis. Untung saja dia hari ini dia lepas tugas, jadi dia bisa dengan leluasa memanfaatkan waktunya.
"Selamat pagi mbak, saya ingin ketemu sama pak Farhan Nugroho. Ada paket makanan atas nama beliau" Ujar Andro kepada petugas resepsionis. Dia mengatakan itu sambil menunjukkan bungkusan makanan yang dia bawa, sekedar untuk membuat petugas resepsionis itu percaya kepadanya.
"Pak Farhan yang Junior Purchasing Manager ya?" Andro langsung mengangguk tanda dia membenarkan perkataan dari petugas tersebut.
"Lho pak Farhan kan gak masuk, mas? Ini pak Farhan yang memesannya?" Raut wajah resepsionis tersebut menunjukkan kebingungan. Andro lantas memberikan respon wajah yang terkejut. Tentu saja itu hanya akting saja. Dia sudah tahu jika Farhan tidak ada di kantornya.
"Saya hanya bertugas ngantar aja sih mbak. Gak tahu juga. Lha memang pak Farhannya kemana? Saya harus memberikan laporan ke kantor mbak"
"Pak Farhan gak masuk seminggu sih mas. Beliaunya harus ke Jepang. Untuk keperluan apa, maaf kami tidak bisa memberitahukan ke bapak"
Melihat jika usahanya akan sia-sia saja, Andro memilih untuk menyudahi pencarian informasi di resepsionis. Dia tentu tidak mau terlihat memaksakan resepsionis itu untuk mengatakan kemana sebenarnya Farhan sekarang dan untuk apa Farhan ke Jepang hingga dia harus membawa semua keluarganya ke sana.
Kembali, sekarang Andro berada di balik kemudi mobilnya dan dia sedikit bingung sekarang. Diambilnya kembali ponselnya. Sekarang, dia mengandalkan kemampuannya melakukan tracing seseorang dengan hanya melihat aktivitas media sosial yang dimilikinya. Berkali-kali Andro mengetikkan nama lengkap sampai nama panggilan Farhan sebagai keywords pencariannya. Hingga setelah beberapa saat, senyum langsung merekah di bibir Andro.
"Waahh.. Ternyata lulusan tho mas Farhan ke Jepang. Wuiihh kereenn.. Mas Farhan ternyata lulusan Jepang.. Keren nih abang ipar gue..." Entah bagaimana akhirnya Andro bisa menemukan nama Farhan di daftar lulusan salah satu perguruan tinggu di Tokyo Jepang.
"Gue susul ke Jepang gimana ya? Tapi kan gue belum ijin kantor? Gue bolos bisa kena surat cinta lagi gue. Kemaren juga masih belum selesai masa mau bikin ulah lagi?"
Usai bermonolog sendirian di mobilnya, Andro memilih kembali pulang. Mungkin sisa harinya akan dia manfaatkan untuk mengistirahatkan badannya. Kalau boleh jujur, sebenarnya sungguh letih ketika dia harus bergabung dengan team pencari korban, tapi saat otaknya kembali mengingat Anggun, selalu saja ada tenaga ekstra yang muncul. Selalu ada kekuatan baru yang tiba-tiba saja membuat semangatnya kembali muncul.
Andro memasukan mobilnya ke halaman rumah. Dilihatnya ada mobil ayahnya juga, itu artinya mereka sudah kembali dari rumah sakit. Koper yang berisi oleh-oleh makanan khas tempatnya ditugaskan kemarin, digeret Andro dengan lemah. Sedang koper yang berisi oleh-oleh yang bukan makanan dia biarkan di mobil. Sewaktu-waktu dia tahu kalau Anggin pulang dari Jepang, dia akan berikan oleh-oleh itu.
Langkah Andro sama seperti orang yang sedang kelaparan. Wajahnya kuyu, seolah tidak ada gairah sama sekali. Saat masuk ke rumahnya, dilihatnya Gina sedang ada di ruang makan. Dia nampaknya sedang menata meja makan untuk makan siang. Kebetulan, setelah tadi Andro mencari Anggun namun berujung fakta bahwa yang dicarinya sedang ada di Jepang, mendadak Andro merasa sangat lapar.
"Mbok..." Andro memanggil asisten rumah tangga yang ada di belakang rumah. Panggilan Andro itu membuat Gina lantas menolehkan kepalanya ke Andro
"Lho kamu udah pulang? Itu kenapa oleh-olehnya kamu bawa lagi? Anggun gak mau terima oleh-olehnya?" Tanya Gina penasaran.
"Mbok, minta tolong ya. Itu isi kopernya dibongkar, trus keripik-nya taruh di toples, yang lainnya taruh di lemari es aja" Andro memilih untuk memberikan instruksi terlebih dulu ke asisten rumah tangganya daripada menjawab pertanyaan Gina. Selesai memberikan instruksinya, Andro lantas menghampiri Gina. Dia mengambil tempat duduk dan langsung saja mennyomot tempe goreng yang ada di meja makan.
"Anggun pergi mah. Sekeluarga ke Jepang" Ujar Andro lemas.
"Lho ngapain ke Jepang? Mereka mau pindah ke Jepang?" Sekarang giliran Gina yang mendadak bingung dengan jawaban Andro.
"Kayaknya sih mau dateng di acara lulusannya mas Farhan. Ayah ada di rumah mah? Kok ada mobilnya ayah di garasi?"
"Ada. Lagi di ruang kerjanya. Gih, kamu panggilin sekalian ayah kamu di ruang kerja ya... Kita makan siang bareng sekalian. Ajak adik kamu juga. Dia ada di kamarnya"
Andro mengangguk lalu melaksanakan apa yang diminta oleh Gina tadi. Dia beranjak ke ruang kerja ayahnya dan juga ke kamar Elena. Mengajak mereka untuk makan siang bersama.
Selesai makan siang, Andro yang ingin kembali ke kamarnya tapi Wiryo mengajaknya ke teras belakang rumah. Dari ruang kerjanya, Wiryo bisa mendengar semua yang diperbincangkan istri dan anaknya itu.
"Kamu tadi bilang, kalau Anggun sekarang lagi di Jepang? Bener?" Wiryo mengawali perbincangannya dengan Andro. Ada Gina juga di sana. Andro hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Tidak berniat untuk menjawabnya. Dia yakin kalau ayahnya juga sudah tahu soal ini.
"Itu yang bikin kamu lemes gini?" Lagi, hanya anggukan yang diterima Wiryo sebagai jawaban. Sejak di meja makan tadi, Wiryo selalu mengamati bagaimana Andro yang tidak bersemangat. Biasanya setelah bertemu dengan Anggun, wajah Andro langsung seperti lampu 100 watt yang sangat cerah bersinar.
"EKHEM.. Ayah nanya ya ke kamu, Ndro.. Perasaan kamu itu gimana sebenarnya sama Anggun? Hanya merasa bersalah atau gimana? Dari yang ayah lihat, kamu lebih dari sekedar itu. Kamu memang bilang ke ayah kalau kamu ingin memperistri Anggun, tapi itu ayah rasa hanya sebagai bentuk rasa bersalah kamu dan rasa tanggung jawab kamu. Gak lebih. Tapi kalau lihat kamu yang seperti ini, sepertinya ceritanya bakal lain. Ayah yakin kalau kamu udah mulai mencintai Anggun. Bener itu?" Andro hanya diam. Tidak bisa menjawab karena memang dia sendiri tidak tahu ada apa dengan hatinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
RandomHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...