Part 46

8.2K 555 23
                                    

Seharian mengikuti keluarga Marsih berkeliling kota untuk mencari ruko dan kios, Andro akhirnya merasa lelah juga. Merasakan lelah dua kali, lelah raganya dan juga lelah jiwanya setelah tadi dengan gamblang Anggun malah memuji Radit di depannya. Mood yang buruk itu akhirnya terbawa juga saat dia pulang kembali ke rumahnya.

Andro melangkah dengan sedikit gontai. Langkahnya lemas. Andro memilih untuk mengistirahatkan badannya. Di pikiranya sekarang, dia harus bergerak lebih cepat untuk bisa mengikat Anggun. Rasanya cukup sudah untuk masa-masa pendekatannya kepada Anggun. Sikap keluarga Marsih yang sekarang juga jauh lebih rileks membuat Andro yakin jika kesalahannya sudah mereka maafkan.

Lelah memikirkan apa yang mungkin bisa dilakukan untuk bisa mengikat Anggun, Andro menjadi lupa waktu makan malam sudah lewat. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sekarang perutnya sudah protes untuk segera diisi. Tidak ada pilihan lain selain turun ke bawah.

Ruang makan sudah sepi, bahkan beberapa lampu juga sudah dipadamkan diganti dengan penerangan mode malam. Andro yang mendapati itu lantas beranjak menuju dapur. Mungkin di lemari es masih ada beberapa makanan yang dia bisa makan sekedar bisa membuat perutnya tidak lapar.

"Makanya kalau waktunya makan tuh ya makan. Waktunya makan malah dipakai galau, sekarang kelaparan kan?" Suara berat yang arahnya dari belakang Andro membuatnya memutar badannya. Di hadapannya sekarang ada Wiryo dengan wajah dan tatapan mata seperti sedang mengejek Andro.

Memilih untuk mengabaikan ayahnya itu, Andro membuka freezer dan mengambil roti canai instan dan margarin. Wiryo yang merasa anaknya mengabaikannya hanya bisa mendengus kesal. Niatnya tadi dia akan mengambil air hangat untuk membuat susu Davin, malah bertemu dengan Andro

Selang beberapa lama, Andro sudah selesai memasak roti canai instannya. Lalu, dia membawanya ke ruang makan untuk dimakan bersama dengan selai atau coklat. Wiryo hanya mengamati tingkah laku anak sulungnya itu dengan tatapan yang bingung. Dia tahu jika sudah terjadi sesuatu hingga membuat Andro menjadi bersikap seperti sekarang ini.

"Udah deh, kalau ayah mau ledekin Andro, mending ayah balik aja ke kamar" sepertinya kesabaran Andro akan tingkah usil ayahnya sudah habis. Wiryo hanya menaikkan alisnya.

"Kamu kenapa? Sensi banget malam ini? Bukannya tadi kamu bilang seharian ini barengan sama Anggun. Biasanya kalau sama Anggun kamu langsung cerah ceria. Sekarang kenapa jadi burem gini?"

"Yah, kayaknya Andro harus cepetan buat ngelamar Anggun. Ayah ntar harus bantuin Andro buat ngelamar Anggun"

Alis Wiryo tertaut tanda dia bingung dengan ucapan yang baru saja keluar dari mulut Andro. Melamar seorang gadis untuk menjadi istri anaknya itu memang sudah menjadi kewajibannya. Tidak usah Andro memintanya, dia pasti akan melakukannya. Hanya saja, ini belum ada sebulan dari meninggalnya Elena. Seperti ada kesan terburu-buru jika dia menuruti kemauan Andro.

"Andro gak mau yah kalau sampe Anggun jadi milik orang lain" Wiryo kembali bingung. Dia tahu jika Andro memang menaruh hati kepada Anggun. Keinginannya untuk memperistri Anggun bukan sekedar penebusan rasa bersalahnya saja. Lebih dari itu, Andro memang sudah jatuh cinta pada Anggun.

"Hm... Kamu itu ada apa sebenarnya? Yang mau ngerebut Anggun itu siapa?"

"Bang Radit" Andro menjawab singkat namun dengan nada yang terdengar cemburu dan marah.

"Bentar... Ini maksudnya gimana sih? Ayah beneran gak paham sama kamu"

Mau tidak mau sekarang akhirnya Andro menceritakan bagaimana tentang Radit yang juga ingin mendekati Anggun. Andro juga menceritakan bagaimana Anggun tadi justru memuji Radit. Wiryo mendengarkan semua cerita Andro dengan sabar.

"Kalau ini ayah yang jadi kamu, ayah akan tanya dulu ke Anggun. Mau nggak dia jadi istri kamu? Jangan kamu paksain kemauan kamu ke Anggun. Niat kamu baik, mau jagain Anggun sampai tapi akan menjadi buruk jika kamu ngelakuinnya pake cara yang salah"

"Gimana nanti kalau Anggun gak mau yah? Trus dia malah milih bang Radit?" Pertanyaan Andro sekarang ini justru terdengar seperti seorang yang sudah putus asa.

"Ya kamu harus gantle dan harus nerima semua keputusan Anggun. Dia berhak buat ngambil keputusan atas dirinya sendiri. Coba kamu throwback lagi, toh semuanya juga ujungnya ke kamu sendiri kan?" Andro terdiam mendengar jawaban dari Wiryo. Semua memang salahnya, dan sekarang dia harus menerima apapun yang terjadi sebagai konsekuensinya.

"Tapi apa bener semua yang kamu ceritakan itu? Soal Radit yang juga naksir sama Anggun?" Andro hanya mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Wiryo.

"Gak nyangka ayah. Anggun ternyata pinter anaknya. Kayaknya dia tahu cowok mana yang pantes buat dia, mana yang enggak" Selesai mengatakan itu, Wiryo lantas beranjak ke kamarnya kembali dengan air hangat untuk susu Davin.

Perkataan yang juga sekaligus sindiran tajam dari Wiryo itu tentu saja membuat Andro semakin kesal. Metanya memicing tajam ke arah Wiryo, tapi Wiryo seolah tanpa dosa hanya berlalu begitu saja dari meja makan. Entah sadar atau tidak, dia sekarang justru membuat mood Andro menjadi semakin hancur.

***

Farhan duduk sendirian di teras depan rumahnya. Pikirannya dipenuhi tentang lamaran Andro. Hati dan pikirannya benar-benar bingung. Farhan sangat tahu jika Andro memang sudah menyesal atas semua perbuatan buruknya di masa lalu. Anggun juga sudah memaafkanya. Tapi untuk sampai ke jenjang pernikahan, itu urusan lain lagi.

"Ini udah malam lho. Gak masuk aja? Nanti masuk angin kalau di sini malam-malam" Tepukan halus Marsih di pundak Farhan menyadarkannya dari lamunan.

Farhan sedikit tersentak karena kaget. Dia lalu melongokkan kepalanya ke dalam rumah, melihat apakah Anggun berada di sekitarnya atau tidak. Setelah memastikan Anggun tidak ada di sekitarnya, Farhan lalu menarik tangan Marsih dan mendudukkannya di di kursi teras sebelahnya.

"Bu, Farhan bingung bu. Ini soal yang tadi dibilang sama Andro. Soal dia yang ingin ngelamar Anggun" Marsih mulai mendengarkan dengan lebih serius.

"Kalau boleh jujur sih bu, Farhan gak begitu ikhlas melepas Anggun ke Andro. Mau gimanapun Andro tetap Andro yang punya catatan hitam atas Anggun. Apalagi nanti pas nikah mau gak mau Farhan yang akan jadi walinya Anggun. Beneran gak rela bu sebenarnya. Anggun harusnya dapat yang lebih baik lagi dari Andro" Suara Farhan tercekat. Tidak terasa matanya memerah. Ada sesak di dadanya saat mengatakan itu semuanya.

"Tapi bu, kalau ngelihat kondisi Anggun sekarang, hanya orang yang berhati malaikat aja yang sanggup nerima Anggun apa adanya. Itu bu yang bikin Farhan bingung. Pilihan mana yang harus Farhan ambil bu?"

"Kamu tahu? Ibu juga tadi mikir yang sama. Cepat atau lambat ibu pasti akan nyusul bapakmu juga. Kamu juga nantinya akan menikah. Lalu Anggun sama siapa kalau udah gitu? Gak mungkin kan dia sendirian di dunia ini? Tapi buat kasih restu ke Andro untuk jadi suaminya, ibu juga berat. Andro memang sudah mencoba membuktikan ke kita kalau dia juga sudah berubah, tapi tidak ada jaminan dia akan mengulangi kelakuannya lagi"

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang