Part 26

9K 609 15
                                    

Situasi hati Anggun sungguh buruk malam minggu ini. Itu semua karena Farhan yang menjemputnya dengan Andro. Sepanjang perjalanan Anggun memilih diam saja. Dia hanya menjawab dengan singkat saja. Duduk di bangku belakang, Anggun memilih untuk memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya di sisi kaca pintu mobil. Baik Farhan maupun Andro sangat paham apa yang sekarang dirasakan oleh Anggun. Maka dari itu, mereka memilih tidak terlalu banyak ngobrolnya.

Sesampai di rumahpun, Anggun langsung saja masuk ke dalam rumah. Bahkan dia tidak mengucapkan terima kasih untuk sekedar basa basi saja. Marsih yang melihat itu tentu saja kaget dengan apa yang dilihatnya. Tidak biasanya Anggun seperti itu. Marsih lantas beranjak ke teras depan rumah, dan di sana dia mendapati Farhan dan Andro tengah berbincang. Tampaknya juga Andro sudah akan pergi juga. Melihat itu, Marsih langsung paham mengapa Anggun bersikap seperti tadi.

"Kalau sudah selesai ngobrolnya, mending kamu cepetan pulang. Ada yang harus ibu bicarakan dengan Farhan" Bukan sapaan atau ucapan selamat datang, namun usiran yang langsung ditujukan ke Andro oleh Marsih. Andro menanggapinya dengan tersenyum. Dia sama sekali tidak tersinggung. Menurutnya hari ini dia sudah membuat kemajuan yang sangat besar. Setidaknya, Farhan sudah memberikan satu kesempatan dan itu tidak akan dia sia-siakan.

"Ya bu. Ini juga tadi sudah mau pulang. Andro pamit bu. Tolong sampaikan salam Andro ke Anggun" Selesai berucap demikian, Andro memilih untuk pulang. Dia tidak memaksakan untuk bertemu dengan Anggun. Biarlah nanti waktu yang akan mengatur semuanya. Dia sudah membuktikan itu pada Farhan bukan?

"Ada apa dengan adikmu? Lagian kamu ini, udah tahu siapa itu Andro, malah kamu sekarang dekat dan akrab gitu sama dia. Atau kamu udah lupa siapa dia itu?"

Farhan tersenyum ringan. Tampaknya dia memang harus menjelaskan tentang semuanya, terutama tentang keputusannya untuk memberikan kesempatan pada Andro untuk bisa mendapatkan maaf dari Anggun.

"Ibu jangan salah sangka dulu. Farhan bisa jelasin semuanya kok. Gak ada maksud buruk di Farhan." Kini mereka berdua sedang duduk di ruang tengah. Anggun masih di kamarnya dan dia belum keluar kamar sejak tadi.

"Farhan memang kasih ruang buat Andro untuk dia bisa minta maaf. Jujur, selama ini memang Farhan selalu bersikap keras ke dia. Farhan selalu ngomong keras, bahkan kasar. Ibu inget kan bahkan Farhan pernah dorong Andro sampai dia kejatuh. Kalau dia cuman main-main soal minta maafnya, dia pasti udah mundur"

Marsih terdiam. Masih mencoba mencerna perkataan dari Farhan.

"Maksud Farhan, kita beri ruang dan kesempatan buat Andro. Kita lihat dulu bagaimana menyesalnya dia. Bagaimana dia berusaha buat dapetin maaf dari Anggun, dan juga kita semua."

"Tapi kamu juga tahu bagaimana Anggun. Apa mentalnya sudah siap? Kamu tahu sendiri tahu bagaimana parahnya dulu apa yang sudah dilakukan Andro ke adikmu"

"Kadang untuk bisa sembuh kita harus minum obat yang rasanya pahit. Menurut Farhan, yang harus dilakuin Anggun adalah berdamai dengan masa lalu. Pahit memang, tapi hanya dengan berdamai dengan masa lalu, Anggun akan benar-benar sembuh. Dengan mencoba memaafkan dan mengikhlaskan kejadian waktu itu, Farhan yakin justru akan membuat Anggun menjadi lebih baik kondisinya. Hanya dengan itu trauma psikologisnya akan hilang." Farhan menjeda sejenak ucapannya.

"Jangan menghindari Andro seperti yang dilakukan Anggun sekarang. Anggun harus berani berhadapan dan berinteraksi dengan Andro. Menghindari Andro itu sama dengan menghindari berdamai dengan masa lalunya. Seperti yang tadi Farhan bilang, biarkan Andro membuktikan semua ucapannya yang bilang kalau dia emang menyesal dengan semuanya."

"Bu, percaya sama Farhan. Gak mungkin Farhan ngejerumusin adek Farhan sendiri. Farhan udah ngerasa gagal waktu itu, jadi sekarang Farhan pasti akan jagain Anggun."

Marsih tampaknya harus setuju dengan apa yang dikatakan oleh Farhan. Orang tidak akan menjadi lebih rendah hanya karena dia memaafkan orang yang sudah melukainya terlalu dalam. Mungkin ada benarnya juga, dengan mamaafkan dan mencoba berdamai dengan kejadian masa lalu, semuanya akan menjadi lebih baik.

Berhasil meyakinkan Marsih, kini Farhan harus berjuang untuk meyakinkan adiknya itu. Bukan memaksanya untuk memaafkan semua kesalahannya Andro sekarang ini, namun berusaha untuk sedikit membuka ruang untuk Andro bisa membuktikan omongannya.

***

Pulang dari rumah Marsih, Andro masih saja senyum-senyum sendiri. bibirnya selalu melengkung ke atas. Terkadang malah tertawa ringan juga. Tingkahnya sungguh persis seperti orang yang jatuh cinta. Wiryo dan Gina yang saat itu menikmati malam di teras rumah, dibuat terkejut dengan wajah Andro yang tampak bahagia. Wajah Andro tidak pernah seceria itu sebelumnya. Hanya wajah dengan sedikit ekspresi yang selama ini ditunjukkan oleh Andro.

"Kamu kenapa? Dapat lotre togel kamu?" Wiryo berkata sedikit sarkas ke Andro.

"Iya kali yah Andro masang togel. Ntar kegrebek malah bikin malu. Lagian masak polisi masang togel? Bisa dipecat nanti Andro."

"Lha kamu itu udah malu-maluin. Gak sadar kamu?" Andro lalu mengerti ke arah mana gurauan dari Wiryo tersebut. Andro menanggapinya dengan senyuman ringan saja. Tidak perlu harus emosi juga.

"Kamu itu darimana? Senyum-senyum gak jelas gitu?" Kali ini Gina yang bertanya. Dia gemas juga Andro tidak juga menjawab pertanyaan Wiryo.

"Dari jemput Anggun mah.. "

"Kalian mau kencan gitu? Anggun udah mau nemuin kamu?" Wiryo langsung saja penasaran terutama jika itu menyangkut Anggun.

"Tadi jemput Anggun di tempatnya ambil kursus masak. Itu juga sama mas Farhan sih yah. Kalau mas Farhan sih udah bisa nerima Andro dan mau ngasih Andro kesempatan juga buat perbaiki semuanya."

"Oh, jadi Anggun sekarang kursus masak? Jadi tambah pinter masak dong nanti dia. Waktu mama beli di warungnya, enak lho ternyata. Pantes aja ayah terus pesen di sana" Sama dengan Wiryo, Gina terlihat antusias saat mendengar kabar tentang Anggun.

"Iya. Dia juga ngambil Paket C juga. Biar bisa lanjut kuliah nanti. Gitu sih infonya mas Farhan" Senyum langsung saja muncul di bibir Wiryo. Perubahan ekspresi wajah Wiryo membuat Andro langsung mengerutkan keningnya.

"Salut! Itu tandanya dia wanita yang kuat. Dia bukan wanita yang lemah. Dengan dia mau ambil kursus dan juga paket c trus lanjut kuliah dengan semua yang udah terjadi sama dia itu tidak mudah sama sekali. Ayah bener-bener salut sama Anggun."

Pujian dan lontaran kekaguman tentang Anggun yang datang dari Wiryo dan Gina mau tidak mau juga terdengar oleh Elena. Jangan ditanyakan lagi bagaimana perasaannya. Wajahnya semakin masam. Mengapa semuanya kini berbalik? Tidak ada lagi yang perduli padanya. Orang tua yang dulu memanjakannya, abang yang selalu menuruti apapun yang dia mau, kini sudah tidak ada lagi.

Elena memilih menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang tengah. Niatnya tadi dia akan menagih ke Andro soal titipannya, namun saat akan menghampiri Andro, telinganya panas saat semuanya justru memuji dan menunjukkan kekaguman pada Anggun.

Pelan, Elena mengelus perutnya yang mulai membesar. Dia menatap nanar pada perutnya sendiri. Jika sudah berhubungan dengan kehamilannya, seperti otomatis saja otaknya akan mengingatkan semua kalimat pedas dari Wiryo.

"Kenapa kamu harus ada?" Ucapnya pelan dan setelah itu dia memejamkan mata dan mendongakkan kepalanya. Ada tetesan air mata yang turun tanpa dia minta.

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang