Andro melangkah dengan lemas saat dia keluar dari ruang komandannya. Di tangannya dia memegang satu surat tugas yang isinya adalah dirinya masuk dalam team perbantuan tugas di luar kota. Bukan tentang dirinya yang akan ditugaskan ke luar kota. Sebagai abdi negara dia sudah sangat paham akan konsekuensi dari pekerjaannya. Tapi ini adalah tentang durasi penugasannya yang hingga satu bulan. Itu artinya, dalam waktu tiga puluh hari, dia tidak bisa bertemu dengan Anggun. Terkesan berlebihan memang, tapi dalam waktu tiga puluh hari itu bisa saja Radit mengambil kesempatan mendekati Anggun.
BRUK...
Andro menjatuhkan dirinya sendiri di kursi kerjanya. Pikirannya langsung kalut dengan semua yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Merasa tidak akan bisa berkonsentrasi dalam menyelesaikan berkas-berkas yang ada di mejanya, Andro memilih untuk berdiri lagi dan menuju ke arah samping belakang kantor kepolisian.
Menghabiskan waktu di kantin dengan pikiran kalutnya, tidak terasa jam kerja sudah akan selesai. Andro bergegas untuk kembali ke meja kerjanya. Membereskannya dan sekarang dia bersiap bersama dengan rekan kerjanya yang lain untuk apel sore dan sesudah itu dia akan langsung pulang. Ada hal yang harus dilakukannya setelah ini.
Sesampai di rumah, Andro dengan sedikit tergesa mencari kedua orang tuanya. Namun, dia hanya mendapati Gina yang sedang menimang Davin, sementara Wiryo tampaknya belum pulang kerja.
"Ma... Ayah udah balik belum?" Andro bertanya dengan mengecilkan volume suaranya saat melihat Davin sudah sedikit terlelap di gendongan Gina.
"Belum... Kalau udah pasti ke sini. Bentar lagi juga pulang. Sejak ada Davin, ayahmu jarang ambil meeting malam. Katanya dia lebih seneng main sama Davin" Gina lantas menidurkan Davin di baby box. Dia tidak ingin cucunya itu terganggu, karena sepertinya Andro ingin mengobrol banyak dengannya.
"Kamu itu pulang kantor bersih-bersih dulu sana. Kasihan Davin bisa kena kuman yang kamu bawa dari luar. Udah sana bersih-bersih dulu, mandi dulu baru abis itu ke sini lagi." Saking terburunya, Andro bahkan sampai tidak sadar jika dia masih mengenakan seragam lengkapnya saat sudah sampai di rumah. Dia lantas tersenyum ringan lalu meninggalkan kamar Wiryo dan Gina yang juga sekaligus kamar untuk Davin.
"Kalau kayak gini pasti ada yang diomongin kan? Udah kamu mandi dulu sana! Ntar aja kita omonginnya pas ayah kamu udah pulang" Gina sudah sangat hapal bagaimana perilaku Andro. Jadi, sebelum Andro memulaipun, Gina sudah bisa menebaknya.
Andro hanya mengangguk saja dan kemudian dia pergi ke kamarnya. Dia juga ingin mengistirahatkan sejenak tubuh dan juga pikirannya yang sangat capek dengan semua yang sudah terjadi padanya.
Menjelang makan malam, Andro keluar kamar dengan kondisi tubuh yang lebih bugar. Setelah mandi dan istrahat sejenak tadi, Andro siap untuk membicarakan rencananya kepada kedua orang tuanya.
"Jadi kamu mau ngomong soal apa? Tadi mama kamu bilang kalau ada yang akan kamu omongin malam ini?" Wiryo langsung membuka percakapan dengan Andro. Suasana sudah sedikit relaks dan mereka juga sudah menyelesaikan makan malam.
"Andro ditugasin ke luar kota. Surat tugasnya udah keluar, berangkat besok lusa. Kemungkinan sih sebulan tugasnya, mudah-mudahan aja gak diperpanjang surat tugasnya. Tapi sebelum Andro berangkat, Andro pengen ayah sama mama bantuin Andro"
"Bantuin apaan? Packing barang-barang kamu buat dibawa tugas? Biasanya juga bisa sendiri kan?" Pertanyaan Wiryo tapi tampaknya lebih pada tebakan asal saja. Langsung saja Andro menggelengkan kepalanya sebagai respon dari pertanyaan Wiryo.
"Enggak. Bukan itu yah... Andro mau minta ayah sama mama buat ngelamar Anggun buat Andro. Gak harus nikah dalam waktu dekat ini. Andro juga gak bisa ngurus karena kan harus keluar kota, tapi seengaknya Anggun paham kalau Andro gak main-main. Andro serius soal ini semuanya"
Tinggalah sekarang Wiryo dan Gina yang saling menatap kebingungan satu sama lainnya.
"Lho kamu udah ngomong belum sama Anggun?" Tanya Gina kemudian
"Belum ma. Iya sih, emang mendadak. Tapi Andro udah ngasih tahu ke bu Marsih sama mas Farhan. Pas Andro bilang kalau Andro pengen serius sama Anggun, mereka sih bilangnya semuanya terserah sama Anggun. Jadi, Andro mikirnya sih sekarang Anggun harus tahu kalau Andro mau serius sama dia"
"Kamu siap kalau Anggun nolak kamu? Siap kalau ternyata dia gak mau sama kamu atau kalau ternyata Anggun udah punya lelaki lain di hatinya? Ayah hanya ingin kamu siap dengan kemungkinan paling buruk kalau kita ke sana dan melamar Anggun untuk kamu"
"Siap gak siap sih yah. Kalau itu emang keluar dari hatinya Anggun, ya mau gimana lagi? Tapi satu hal, Andro akan tetep jagain Anggun dengan cara Andro sendiri" Jawaban dari Andro cukup mengejutkan untuk Wiryo. Secara tidak langsung Andro menunjukkan sikapnya yang posesif terhadap Anggun.
"Ndro, kalau ayah boleh kasih saran nih, oke besok kita silaturahmi ke bu Marsih. Kamu udah ngomong kan ke bu Marsih dan Farhan. Sekarang, biar giliran ayah sama mama yang ngomongin itu semua ke bu Marsih dan Farhan. Syukur kalau Anggun ada di sana. Besok ayah sama mama emang gak akan resmi ngelamar Anggun buat kamu tapi lebih biar Anggun juga tahu soal seriusnya kamu. Dari situ kita bisa liat gimana ntar reaksinya" Wiryo panjang lebar menjelaskan kepada Andro.
Andro terdiam dan berpikir sejenak dengan apa yang dikatakan oleh Wiryo. Mungkin ada benarnya juga kalau dia memberi tahu dulu ke Anggun. Takutnya, jika Anggun kaget akan membuat dia malah menjauh.
"Oke, Andro ngikut aja sama ayah. Yang penting Anggun tahu kalau Andro gak main-main sama dia"
Besoknya, seperti yang udah direncanakan, Andro membawa kedua orang tuanya ke rumah keluarga Marsih. Perasaan Andro saat ini campur aduk, namun perasaan gugup lebih mendominasi hatinya saat ini. Bahkan karena gugupnya, dia lupa untuk memberi kabar ke Farhan jika dia dan keluarganya akan bertamu.
Canggung! Satu kata yang bisa menggambarkan bagaimana keadaan di ruang tamu Marsih malam ini. Wiryo dan keluarganya duduk di sofa kayu panjang bahkan lengkap bersama si kecil Davin, sementara Marsih dan Anggun duduk di seberangnya. Farhan juga nampak di ruang tamu. Dia duduk di kursi single. Seno yang awalnya tidak bergabung, tetap diminta Marsih untuk bersama dengannya. Jadi lengkap sudah semua ada di ruang tamu yang tidak terlalu besar itu.
"Sebelumnya kami mohon maaf jika kedatangan kami ini mendadak dan mengejutkan ibu dan keluarga di sini" Nada bicara Wiryo sangat jelas kalau dia sangat berhati-hati untuk berbicara kali ini. Dia menjeda sejenak untuk sekedar melihat respon dari keluarga Marsih.
"Begini bu, Andro besok akan diperbantukan tugas di luar kota. Mungkin selama sebulan atau bahkan lebih tugas perbantuannya. Namun, sebelum berangkat tugas, anak kami ini ingin untuk menjalin hubungan yang lebih dengan putri ibu. Intinya, malam ini saya ke sini ingin menyampaikan niat baik kami untuk melamar Anggun untuk Andro. Jika memang keluarga di sini menyetujui, kami akan datang dengan keluarga besar kami untuk melamar secara resmi"
Selesai Wiryo mengatakan hal tersebut, ekspresi berbeda dapat terlihat dari wajah keluarga Marsih. Marsih dan Farhan yang sudah tahu jika memang Andro berniat untuk melamar Anggun tidak terlalu kaget dengan hal itu. Sementara Anggun yang tidak mengerti apa-apa tentu saja kaget dan shock. Dia tidak mengira jika Andro akan bertindak sejauh ini.
Anggun menoleh ke arah Marsih dengan tatapan penuh kebingungannya. Marsih yang menyadari tatapan kebingungan dari Anggun, dia mengambil tangan Anggun, mengusap pelan dan berusaha memberikan kekuatannya kepada Anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
RandomHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...