Part 39

8K 550 6
                                    

Farhan sedang bersantai di teras rumah. Cuaca memang cukup gerah malam hari ini. Sedang enak bersantai di teras, tiba-tiba ponsel yang ditaruhnya di meja teras berbunyi. Dilihat dari caller id ternyata Andro yang menelpon. Sedikit malas sebenarnya mau menjawab telpon dari Andro karena biasanya hanya obrolan-obrolan receh yang tidak penting.

Farhan memutuskan untuk datang ke rumah sakit, setelah tadi Andro memintanya. Entah mengapa hatinya terdorong setelah mendengar nada suara Andro yang menurutnya tidak seperti biasanya. Logikanya berfikir jika pasti ada sesuatu yang sudah terjadi dan membuat Andro menjadi drop seperti itu. Lagipula, harusnya dia senang karena mendapatkan keponakan dari Elena, tapi mengapa nada suaranya menjadi seperti orang yang sedang sedih?

"Mas mau kemana? Mau nongkrong di luar?" Tanya Anggun setelah melihat Farhan kembali masuk kerumah, mengambil jaketnya lalu mengambil kunci skuter matiknya. Farhan nampak bergegas melakukannya, seperti sedikit tergesa-gesa.

"Mau ke rumah sakit. Tadi Andro barusan telpon, katanya dia pengen ngomong sesuatu. Gak tahu pengen ngomong apaan. Sekalian juga mungkin nemenin Andro. Dia malam ini harus jagain adiknya di rumah sakit"

Anggun mengerutkan keningnya. Sesaat dia teringat kembali perkataan Farhan tentang Elena yang hamil tanpa suami. Jadi, mungkin sekarang sangat wajar jika saat kelahiran anaknya, maka keluarganya yang akan menungguinya.

"Hm... eee... Kalau Anggun ikut boleh? Mas gak tidur di sana kan? Habis itu balik ke rumah kan?" Sebenarnya Anggun tidak mempunyai tujuan apapun dengan dia ikut ke rumah sakit. Dia hanya ingin memastikan omongan dari Farhan.

Jika tadi Anggun yang bingung, sekarang Farhan yang sedikit kebingungan. Mengapa tiba-tiba saja adiknya itu ingin ikut ke rumah sakit?

"Boo..leh sih.. Enggaklah! Mas nanti ya pulang. Gak nginep di rumah sakit juga Cuman kamu gak apa-apa kalau nanti ketemu sama Elena?" Farhan memastikan terlebih dulu sebelum dia mengiyakan.

"Anggun cuman mau mastiin aja mas. Soal dia yang hamil tapi gak ada suaminya itu. Itu aja sih mas. Gak ada maksud lainnya Anggun pengen ikut" Farhan sedikit bingung dengan jawaban Anggun yang menurutnya mengambang. Dia lantas menoleh sejenak ke Marsih. Dilihat ibunya itu hanya memberi anggukan kecil dan senyuman pertanda jika memperbolehkan.

"Ya udah, cepet gih ganti bajunya. Pake jaket juga. Ntar masuk angin kalau gak pake jaket." Mendengar itu, Anggun langsung ke kamarnya dan segera mengganti daster yang sekarang dia pakai.

Tidak membutuhkan waktu lama, sekarang mereka sudah ada di lobby rumah sakit. Farhan celingak celinguk, mencari dimana Andro. Tadi dia sudah berjanji untuk menemuinya di sini.

Di sisi lain, Andro yang tadinya ada di luar dan nongkrong sambil menikmati kopi di luar, segera masuk lagi ke rumah sakit. Dia tadi sempat melihat Farhan dengan motornya masuk, tapi yang membuatnya bingung adalah Anggun yang juga ikut dengan Farhan.

"Mas Farhan.... Anggun... Terima kasih udah mau datang.." Andro langsung saja menghampiri Farhan dan Anggun yang sedang duduk di lobby. Sekarang, Andro sedikit kebingungan. Tingkahnya kikuk saat di depannya ada Anggun.

"Mana Elena? Mas Farhan udah cerita kalau Elena bahkan belum nikah dan sekarang udah lahiran" Anggun tampaknya langsung bertanya ke pokoknya. Andro hanya tersenyum sendiri lalu dia menggiring Farhan dan Anggun untuk mengikutinya.

Sampailah mereka sekarang di ICU dan hanya bisa memandang bagaimana kondisi Elena dari luar ruangan. Saat melihat itu, seketika Anggun langsung membelalakan matanya. Di depannya sekarang, tidak ada lagi Elena yang sombong dan angkuh seperti dulu saat mereka masih bersekolah. Tidak ada lagi Elena yang selalu membully temannya yang lemah dan dia tidak suka. Sekarang ini hanya ada Elena yang tubuhnya tertempel beberapa alat penunjang hidup.

"Kenapa?" Tanya Anggun singkat. Matanya tidak menoleh ke arah Andro. Dia tetap mengarahkan pandangannya ke Elena.

"Waktu kemarin itu tiba-tiba saja tekanan darahnya naik. Gak tahu juga ngapain tiba-tiba tekanan darahnya naik. Waktu chek up kandungan rutin, dia sama sekali tidak menunjukkan gejala tekanan darah tinggi. Hingga dia harus melahirkan sebelum hari perkiraan. Harus operasi dan tidak bisa melahirkan secara normal. Tapi dari habis operasi, kondisinya terus drop hingga sekarang masih tetep harus di ICU" Sekarang, giliran Anggun yang menatap Andro, sedang Andro menatap lurus kedepan, ke arah adiknya.

"Lalu bayinya?"

"Untungnya bayinya selamat. Laki-laki. Ayah memberikan nama Davin untuknya. Davin Satria Wicaksono, lengkapnya." Andro berucap sambil menolehkan wajahnya ke arah Anggun.

"Makasih ya, Nggun.. Kamu udah datang ke sini. Mungkin kamu kesini pengen liat orang yang dulu udah ngancurin hidup kamu lagi dapat karmanya." Andro berkata dengan senyum yang getir. Bagaimanapun Elena adalah adiknya. Sudah menjadi naluri seorang kakak untuk selalu melindungi dan menjaga adiknya. Tapi dia juga sangat tahu jika apa yang sudah dilakukan adiknya dan juga dia sendiri itu tidak benar.

Anggun masih diam dan mematung mendengar apa yang dikatakan oleh Andro. Satu sisi hatinya bersorak gembira melihat apa yang ada di depannya. Entahlah, setidaknya hatinya merasakan kelegaan melihat kondisi Elena seperti yang ada sekarang. Terkesan jahat memang, tapi ya itu yang dirasakan oleh Anggun.

Tapi sisi hati lainnya juga merasakan sakitnya Elena. Dia pernah ada di posisi itu. Dia pernah mengalami kesakitan itu. Dia harus berjuang dari titik nol hidupnya untuk bisa kembali seperti saat ini.

"Trus, sekarang ponakan lu dimana sekarang?" Farhan berkata sambil menepuk ringan pundak Andro.

"Ada di ruang bayi, mas. Yuk kalau mau lihat ponakan cowoknya Andro"

Kembali Andro menggiring mereka menuju ruang bayi. Mereka kembali hanya bisa melihat bayi itu dari luar ruangan. Sekarang mereka bisa melihatnya dari balik kaca.

"Tuh, ponakannya Andro yang ada di bed nomer tujuh. Yang dibedong kain motif Teddy Bear. Itu ponakannya Andro" Andro menunjukkan dimana Davin berada.

"Ponakan lu cakep gitu. Ganteng tuh kalau ntar udah gede" Walaupun masih bayi, paras Davin memang sudah menunjukkan jika dia akan menjadi seorang yang tampan nantinya. Gurat wajahnya bahkan sudah terlihat dari dia masih bayi.

Pujian Farhan membuat Andro menerbitkan senyum tipis yang sumir. Yang ada di otaknya sekarang adalah semua perkataan-perkataan dari Gina tadi pagi. Bagaimana ketakutan Gina tentang masa depan ponakannya itu.

"Trus lo tadi bilang mau ngomong sama gue? Ngomong apaan?" Farhan yang teringat kalau tadi Andro menelponnya dan ingin membicarakan.

"Kita ke kafetaria rumah sakit aja ya mas. Kayaknya ngomongnya lebih enak di sana aja"

Sesudah itu mereka bertiga beriringan menuju ke kafetaria rumah sakit. Mumpung di sini ada Anggun, tidak ada salahnya juga dia akan memanfaatkannya untuk meminta maaf atas nama Elena. Siapa tahu juga hal itu bisa membuatnya bisa siuman.

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang