Anggun mengambil nafas dalam lalu melepaskannya perlahan, dia memejamkan matanya sejenak seolah ingin mengumpulkan kekuatan untuk berbicara.
"Aku tahu kalau kamu merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi. Tapi cukup sampai seperti ini saja. Tidak lebih. Ini sudah terlalu jauh" Wajah Andro langsung pias mendengar penolakan tidak lamgsung dari Anggun. Namun, dirinya sudah bertekad jika dia tidak boleh menyerah begitu saja.
"Kenapa? Apa yang buat kamu ragu menerimaku?" Andro memberanikan diri bertanya. Dia sendiri sudah mempersiapkan hatinya untuk ini.
"Bagaimana mungkin aku menyerahkan diriku untuk jadi istrimu? Melayanimu seumur hidupku? Aku tidak bisa!" Jawab tegas Anggun. Sorot matanya berubah menjadi tajam.
Marsih dan Farhan memlih untuk memberikan ruang berbicara ke Anggun seluasnya. Mereka tahu jika ini adalah murni keputusan dari Anggun dan mereka tidak ingin campur tangan dalam masalah ini. Marsih hanya berusaha menenangkan emosi Anggun yang sedang naik saat ini.
"Kamu bukan pelayanku, Nggun. Kamu istriku." Andro berucap dengan sedikit nada kecewa.
"Bukankah sudah kodratnya jika istri itu melayani suaminya? Dan aku, aku tidak mau dan tidak sanggup melakukan jika yang menjadi suamiku adalah kamu" Andro ingin kembali membalas perkataan Anggun tersebut, namun sebelum satu kata terucap dari Andro, Anggun lantas berucap
"Oh ya ada satu yang harus kamu tahu. Akibat kelakuan kalian waktu itu, aku mengalami cidera parah di rahim. Aku juga harus keguguran karena traumatik. Setelah itu, tiap kali aku datang bulan, aku akan sangat kesakitan. Bahkan beberap kali sampai harus pingsan gara-gara harus menahan sakit saat datang bulan. Satu-satunya jalan adalah membuat aku tidak datang bulan lagi. Aku steril. Itu satu-satunya jalan agar aku tidak merasa kesakitan lagi" Wajah keluarga Wiryo langsung kaget mendengar itu. Mereka tidak menyangka jika apa yang diderita Anggun bisa sejauh itu.
"Kamu tahu apa artinya itu? Itu artinya aku tidak akan bisa hamil lagi dan kamu juga tidak bisa menyentuhku sebagai suami kepada istrinya." Anggun melanjutkan omongannya setelah sempat terdiam beberapa saat
"Sejauh itu nak apa yang kau alami?" Wiryo menatap Anggun dengan tidak percaya. Dadanya penuh sesak dengan semua penyesalan yang terlambat.
"Waktu itu Andro, Revo dan Keano bukan cuman ngelecehin aku. Mereka juga mukulin, nampar sampai nendang juga. Elena dan juga Cindy, ngelakuin yang sama. Tanya aja sama anak bapak itu" Sekarang, semuanya menatap lurus ke Andro. Menjadi pusat perhatian, Andro hanya menunduk dalam. Dia hanya mengangguk lemah. Sesak di dadanya membuatnya tidak mampu berkata-kata lagi.
"Sekarang, jelaskan ke aku dengan semua yang udah aku lalui, dengan segala kesakitan dan kehilanganku, apa aku sanggup jika aku harus berbagi hidup dengan kamu, Ndro? Apa aku sanggup tiap hari aku akan bertemu dengan orang yang sudah membuatku seperti ini?" Suara Anggun sedikit tercekat saat mengatakan itu semua. Jelas terlihat dia sedang berusaha keras menahan emosi dan marah yang ada di dalam dirinya.
DUK
Andro bahkan sekarang bersujud di depan Anggun.
"Maaf Nggun.... Maaf.. " Bahkan butiran airmatanya sudah luruh. Semakin lama semakin deras.
"Sekarang, ijinkan aku nebus semuanya. Ijinkan aku jagain kamu seumur hidup. Cukup aku aja yang udah bikin kamu seperti ini. Aku pengen bahagia-in kamu. Aku pengen lihat kamu senyum lagi. Pleaseee Ngun... Please.."
Tentu saja apa yang dilakukan Andro mengejutkan semua yang ada di sana. Hilang sudah aura polisi yang tegas pada dirinya. Dirinya meluruh di depan Anggun, seorang wanita yang bahkan dulu dia lihatpun tidak.
"Aku gak peduli jika nanti aku gak bisa menyentuhmu sebagai seorang suami. Aku gak peduli! Sungguh aku tidak peduli soal itu. Yang aku mau cuman aku ingin jagain kamu, habisin hidupku sama kamu. Aku hanya ingin terus berada di samping kamu"
Bukan cuma Andro yang meneteskan airmatanya. Wiryo dan Gina juga. Marsih dan Farhan hanya diam, tapi jika boleh jujur, hati mereka juga tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh Andro. Tapi jika mengingat kembali semua yang sudah Andro lakuin ke Anggun, Marsih dan Farhan menganggap apa yang dilakukan Andro belumlah bisa disamakan dengan penderitaan Anggun. Anggun sendiri sekarang bingung sendiri. Apa yang dilakukan oleh Andro dan apa yang baru saja dia katakan.
"Bangun! Aku bukan Tuhan, jadi jangan bersujud di depanku" Anggun risih juga akhirnya. Wiryo lalu membantu Andro untuk berdiri. Dapat dilihat jika anaknya itu sudah sangat menyesal. Namun, dia juga tidak bisa menyalahkan Anggun dengan sikapnya sekarang. Bagaimanapun sikap Anggun sekarang ini adalah hasil dari perbuatan Andro sendiri.
"Apakah tidak ada lagi ruang untukku memperbaiki semuanya? Sudah ketutupkah hati kamu, Nggun?" Andro sungguh tidak mau menyerah. Dia masih tetap ngotot untuk mendapatkan Anggun. Tidak peduli jika dia dibilang tidak punya harga diri karena sampai mengemis pada seorang wanita seperti sekarang ini.
"Apa yang harus aku lakukan biar kamu bisa ubah keputusan kamu itu, Nggun?"
"Carilah wanita lain. Carilah wanita yang memang sepadan dengan kamu. Inget, aku ini wanita jelek, buruk rupa, menjijikkan, bahkan aku juga wanita murahan kan?"Andro langsung menggeleng kuat. Dia langsung membantah Anggun
"Bukan! Kau bukan wanita seperti itu!"
"Kau sendiri yang mengatakannya! Apa kau lupa, ndro? Kamu, dan semua orang di sekolah waktu itu mengatakan semua hal buruk itu padaku! Sekarang, apa kamu tidak malu untuk ngejilat ludah kamu sendiri?" Andro langsung diam. Teringat kembali semua hujatan, cacian dan makian yang selama ini dia lontarkan kepada Anggun.
Untuk beberapa menit, suasana menjadi kaku. Diam. Tidak ada satupun suara di ruangan itu, padahal ada tujuh orang di satu ruangan.
"Nak, tolong pikirkan lagi keputusanmu. Sebulan lagi, saat Andro pulang dari dinas luarnya, kami mungkin akan datang kembali. Sekali lagi tolong, pikirkan kembali lamaran anak kami." Wiryo melihat jika ini diteruskan tidak akan ada titik temu. Keduanya tetep ngotot pada pendiriannya masing-masing. Andro masih tetap ngotot dengan lamarannya, yang walaupun sudah jelas ditolak Anggun tapi masih saja memohon untuk Anggun menerimanya. Lalu, Anggun juga seperti menutup dirinya untuk Andro. Dia sama sekali tidak mau memberi sedikit saja celah untuk Andro bisa masuk.
Selesai mengatakan itu semua, keluarga Wiryo lantas berpamitan. Wajah Andro tertekuk lemas. Walaupun dia sudah memprediksi dan mempersiapkan diri dengan penolakan Anggun, tetap saja hatinya kecewa dan sakit. Dia berniat baik dan dia juga sudah berjanji jika dia sudah berubah. Dirinya bukan lagi Andro yang dulu, namun sepertinya itu semua belum cukup bagi Anggun. Lalu dengan cara apa lagi dia bisa meyakinkan Anggun bahwa dia benar-benar serius dengannya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
RandomHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...