Part 23

8.7K 632 18
                                    

Wiryo dan Andro sekarang berada di ruang tunggu UGD rumah sakit. Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk membawa Elena ke rumah sakit. Kondisinya cukup membuat miris hati kedua lelaki dewasa itu memutuskan untuk membawa Elena ke rumah sakit. Tampaknya Wiryo dan Andro tidak mau mengambil risiko. Saat itu, Elena ditemukan pingsan di toilet sebelum dia dibawa ke pos satpam. Aroma minuman keras jelas tercium dari nafas Elena.

"Keluarga pasien Elena? Pasien Elena?" Dokter jaga UGD keluar sambil setengah berteriak untuk mendapatkan perhatian dari penunggu pasien.

"Kami keluarganya dok" Spontan saja Wiryo dan Andro mendatangi dokter jaga itu.

"Kondisinya sudah membaik pak. Baik ibu dan bayinya tidak ada masalah. Pasien hanya pingsan karena konsumsi minuman beralkohol melebihi ambang dosis. Kami sudah memberikan penawar agar efek alkohol tidak berimbas pada bayinya. Saran saya, mengingat kondisi pasien yang sedang hamil, maka lebih baik hindari semua minuman beralkohol."

"JUST WAIT... Maksud dokter? Hamil? Adik saya hamil? Dokter gak keliru periksa pasien kan?" Penjelasan dokter jaga yang menyatakan bahwa kondisi Elena sedang hamil.

"Pasien atas nama Elena Wicaksono, usia 23 tahun, jenis kelamin wanita, datang dengan kehilangan kesadaran diduga akibat konsumsi alkohol? Ada yang perlu dikoreksi pak dengan biodata pasien?" Tanya dokter jaga itu memastikan. Sekarang baik Andro dan Wiryo hanya bisa saling pandang lalu mereka memandang kembali dokter jaga itu dan menganggukkan kepala dengan kompak. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka katakan. Pikiran mereka mendadak buntu saat mengetahui jika Elena dalam kondisi hamil.

"Begini pak, dalam pemeriksaan kami tadi, anak bapak sekarang dalam kondisi hamil. Usia kehamilannya, saya perkirakan sekitar enam minggu. Untuk memastikan, bapak bisa membawa anak bapak ke poli kandungan besok pagi. Saya tadi malah mikirnya mas-nya ini suaminya?" Dokter jaga itu kemudian melanjutkan penjelasannya sambil tangannya menunjuk ke arah Andro. Rupanya dokter jaga itu menyangka jika Andro adalah suami Elena.

"Baik dok. Besok atau lusa saya akan bawa adik saya ke poli kandungan. Sekarang, apa bisa kami bawa adik saya pulang? Tadi infonya tidak terjadi apa-apa kan? Oh ya, saya kakaknya dok, bukan suaminya." Andro sudah tidak tahu lagi harus berkata dan bersikap apa malam ini. Wiryo hanya bisa menahan amarahnya agar tidak meledak.

"Tunggu pasien benar-benar sadar dulu baru bisa pulang. Sambil menunggu, bapak bisa menyelesaikan masalah administrasi terlebih dulu. Mungkin setengah jam lagi pasien akan sadar" Selesai mengucapkan itu, dokter itu kembali masuk ke UGD, meninggalkan Wiryo dan Andro yang masih tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Andro tidak ada pilihan lain selain mengikuti perkataan dari dokter jaga. Dia juga mengambil alih pembicaraan dengan dokter setelah melihat Wiryo hanya bisa diam dengan rona wajah yang memerah menahan amarah.

Beberapa jam berlalu dan sekarang keluarga Wiryo sudah berkumpul di kamar Elena. Semenjak Elena datang, suasana menjadi tidak enak. Wiryo lebih memilih diam dengan wajah yang tampak menahan amarahnya. Sedangkan Andro, dia yang sedari tadi mengurusi Elena bahkan sejak dari club malam, rumah sakit hingga sekarang.

Sekarang, Elena berbaring tiduran sementara Wiryo, dan Andro berdiri di sisi tempat tidur sebelah kanan dan kiri. Gina kemudian datang dan membawakan teh tawar hangat.

"Katakan Ele! Siapa lelaki itu!" Wiryo sudah tidak sabar untuk segera meledakkan amarahnya.

"Maksud ayah?" Sejujurnya saja, Elena sudah gelagapan dan gugup kali ini. Nyaris tidak ada celah untuknya bersembunyi dan berkelit lagi.

"SIAPA YANG MENGHAMILI KAMU EL!!!" Andro sudah geregetan dari tadi dan baru kali ini dia berteriak di depan Elena, adik perempuan satu-satunya.

"Haa.. mill? Maksudnya?" Gina yang masih belum mengetahui seketika shock saat mendengar Andro berteriak seperti tadi.

"Anakmu ini ternyata hamil. Usia kandungannya udah enam minggu. Artinya udah mau masuk dua bulan usia kandungannya." Penjelasan dari Wiryo sontak membuat Gina kaget.

"Benar itu Ele?" Tanya singkat Gina ke Elena.

Posisi Elena sekarang seorang terdakwa. Di depan, samping kanan dan kirinya sudah berdiri Wiryo, Gina dan Andro hingga dia hanya bisa menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan mata yang menuntut jawab darinya.

"JAWAB ELE!" Kedua kalinya Andro membentak Elena. Sedikit tersentak Elena hanya bisa menggeleng. Sepanjang umurnya, baru kali ini dia mendapati perlakuan yang sungguh tidak mengenakkan dari seluruh keluarganya. Gina yang biasanya selalu membelanya, kini hanya bisa diam dan melihat saja.

"Maksud kamu?"

"Hiks... Hiks.. Ele gak tahu yah.." Akhirnya keluar juga suara Elena. Walaupun bercampur dengan isakan kecil dari Elena.

"Maksud kamu gak tahu itu apa? Kamu udah ngelakuin itu sama siapa? Hah?" Jawaban menggantung dari Elena membuat Wiryo bingung. Tapi Elena hanya mengangguk sambil menggelengkan kepala.

"Kamu sendiri udah tahu kalau kamu hamil?" Lagi, pertanyaan dari Andro, Elena jawab dengan anggukan saja.

"Kalau kamu sendiri gak tahu kamu hamil sama siapa, berarti kamu ngelakuinnya lebih dari sekali dan kamu juga ngelakuinnya sama lebih dari seorang? Bener?" Naluri penyidik kepolisian Andro membuatnya mudah mengambil kesimpulan.

Elena tidak menjawab pertanyaan Andro. Dia yang sedari tadi duduk bersandar di headboard tempat tidurnya, sekarang dia menekuk lututnya dan menyembunyikan wajahnya di sana. Elena sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan dari Wiryo dan Andro.

Kesimpulan dari Andro itu membuat Gina bertambah shock. Dia sungguh tidak menyangka jika Elena menjadi seperti anak yang tidak pernah terdidik sama sekali.

"Aib apa lagi yang akan kamu kasih ke keluargamu? Gak cukup dengan semua kelakuan bodoh kamu? Kamu itu udah putus kuliah, sekarang hamil juga dengan siapa gak jelas gitu?" Wiryo berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh dia tidak habis pikir.

"Mulai sekarang kamu tidak boleh keluar rumah. Alasan apapun!"

"Ayah..Ta..pi..." Elena sontak memandang ke Wiryo, dia nampaknya memohon supaya ayahnya itu masih memberikan kebebasan kepadanya.

"Gak ada bantahan! Semua kesempatan yang udah ayah kasih ke kamu kamu sia-siakan. Kuliah kamu kacau, mobil yang ayah kasih juga sampe sekarang masih di polisi, ayah kasih kamu kebebasan bergaul malah jadinya kamu bikin aib keluarga seperti ini" Wiryo sudah tidak mau dibantah kali ini. Dia sudah di titik puncak kemarahannya.

"Kamu mau keluar dengan perut kamu yang bertambah besar sementara orang tahunya kamu bahkan belum nikah sama siapapun? Itu yang kamu mau? Kamu mau bikin orang tua kamu ini gak punya muka? Itu yang kamu mau, Ele? Mau mencoreng muka ayah sama mama kamu, Ele?" Pertanyaan panjang dari Wiryo mampu membuat Elena hanya diam.

Selesai dengan sidang kecil keluarga, mereka akhirnya kembali ke kamar masing-masing. Kejadian beruntun kali ini membuat Andro menjadi pening. Satu masalahnya belum selesai, sekarang adiknya membuat ulah dengan hamil entah dengan siapa. Andro sungguh tidak menyangka jika Elena sudah sangat kebablasan dengan bergaya hidup bebas seperti itu. Atau, mungkinkah ini semua karma dari apa yang sudah dia dan adiknya itu perbuat. Semua kejadian pasti ada hukum sebab akibanya bukan?

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang