Part 19

9.5K 650 1
                                    

Hari ini Andro mendapat jatah piket malam, sehingga pagi dan siang hari ini dia bisa sedikit bersantai. Usai makan pagi, bersama dengan Wiryo dan juga Gina, Andro memilih untuk bersantai di ruang tengah sambil menikmati tayangan musik di televisi. Wiryo dan Gina lantas bergabung juga dengan Andro.

"Ayah gak ke kantor? Udah jam segini kok masih di rumah?" Tanya Andro heran saat melihat Wiryo malah duduk santai ditemani oleh Gina di sampingnya.

"Kayaknya sih enggak. Mumpung kamu juga dapat jatah piket malam, ayah pengen ngobrol sama kamu" Setelah mengetahui jika Andro dapat jatah piket malam, dia ingin ngobrol banyak hal dengan Andro. Terutama masalahnya dengan Anggun dan juga soal Elena yang masih saja belum sadar.

"Enaknya yang punya perusahaan sendiri" Entah sindiran atau becandaan dari Andro, namun Wiryo hanya menanggapinya dengan tersenyum. Dia nampak tidak emosi sama sekali dengan ucapan anak sulungnya itu. Saat hendak ingin memulai perbincangan, mereka dikejutkan oleh Elena yang sepertinya baru bangun tidur.

"Kok gak ada yang bangunin Ele sih?" Elena semakin kesal saat mendapati kedua orang tua dan kakak lelakinya sekarang malah bersantai.

"Sudah berapa kali ayah bilang kalau kamu harus mandiri. Kamu bukan anak TK yang harus selalu dilayani! Paham!" Sekarang, tidak ada lagi ucapan pelan dan halus dari Wiryo untuk Elena. Selalu tegas, walaupun Elena mengartikan itu sebagai kemarahan dan bentakan dari ayahnya.

"Tapi kan biasanya Ele selalu dibangunin" Masih saja Elena berusaha merajuk.

"Ya itu artinya mulai sekarang kamu yang harus membiasakan diri buat bangun sendiri! Ingat kamu udah dewasa, Ele! Sudahi sifat manja dan kekanakan kamu itu!" Kali ini Gina yang berucap.

"Tapi kan Ele bisa telat ke kampus ka...." Belum selesai ucapan Elena, Gina langsung menyahutnya

"Itu kan urusanmu, Ele. Ayah sama mama gak perduli!" Ucapan Gina lebih keras pada Elena.

"Telat ke kampus? Kuliah?" Wiryo memandang Elena dengan pandangan sinis dan mata mengernyit. Elena mendadak gelagapan mendapati cara ayahnya itu memandanginya.

"Bahkan semster ini kamu tidak melakukan registrasi kan Ele? Mau kuliah dari mana? Hm....? Coba deh sekarang jelasin gimana caranya kamu kuliah, sementara nama kamu aja tidak terdaftar sebagai mahasiswa di kampus kamu? Atau kamu udah pindah kampus tanpa ngasih tahu ayah atau mama?" Elena mendadak pucat mendengar apa yang dikatakan oleh Wiryo. Matanya membola dengan mulut yang sedikit menganga. Dia tidak menyangka jika akhirnya ayahnya tahu juga kelakuannya. Gina yang sudah mengetahui bagaimana polah tingkah Elena tidak kaget. Dia malah mendukung saja apapun yang akan dilakukan oleh Wiryo, suaminya. Yang sangat kaget dengan semuanya ini adalah Andro. Dia tidak menyangka sama sekali jika kelakuan adiknya itu sama sekali tidak berubah sedari mereka sekolah.

"Ele, kamu mikirnya kalau apa yang ayah ucapkan itu main-main kan? Kamu mikirnya ayah gak akan lakuin apa yang udah ayah bilang kan? Oke, karena kamu udah gak kuliah lagi, uang saku kamu ayah stop. Semua kebutuhan dan keperluan kamu harus setahu ayah, mama atau kakak kamu! Buat pegangan, ayah akan transfer kamu seperempat dari jumlah biasanya. Semua kartu kredit dan debit yang kamu pegang, ayah blokir" Elena semakin tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Mana bisa dia bertahan jika semua fasilitas dicabut oleh ayahnya.

"Satu lagi, Ele! Soal mobil kamu yang kena tilang waktu itu, kamu selesaikan sendiri. Urus sendiri! jangan pernah kamu berani minta bantuan sama abang kamu!" Elena sudah tidak tahu lagi harus mengapa.

"Ayah... Ayah becanda kan? Masak semuanya di tarik?" Antara kesal dan merajuk, Elena masih berusaha untuk merayu kedua orang tuanya.

"Ayah transfer uang ke kamu itu buat kamu kuliah. Buat pendidikan kamu. Buat kamu kuliah. Kalau sekarang kamu gak kuliah lagi, ngapain ayah transfer ke kamu? Ayah transfer duit ke kamu bukan bukan buat foya-foya. Apalagi sampai clubing, minum minuman keras! Mau jadi apa kamu?" Elena yang tadinya sudah pucat gara-gara ketahuan jika dia tidak kuliah, menjadi semakin lemas saat dia seperti ditelanjangi oleh ayahnya. Dia sudah tidak bisa berkata apa-apa.

"Abang.. Bantuin Ele dong.." Tidak ada cara lain. Jika merayu orang tuanya tidak mempan, dia mencoba untuk merayu Andro, kakaknya. Selama ini rayuannya tidak pernah gagal.

"Kamu udah keterlaluan Ele! Abang gak bisa bantu kamu kali ini. Kamu udah dewasa, jadi harus ngerti kalau semua perbuatan akan ada konsekuensinya" Andro sangat kaget dengan semuanya, apalagi saat ayahnya membeberkan fakta bahwa adiknya itu juga bertransaksi minuman keras di club malam. Sebagai seorang polisi, dia tentu tahu bagaimana buruknya efek dari kehidupan malam. Apalagi adiknya ini adalah seorang wanita.

Merasa buntu dan sia-sia usahanya untuk merayu, dengan kesal Elena melangkah ke ruang makan. Namun sesampainya di ruang makan, meja makan telah bersih. Tidak ada makanan sama sekali. Bahkan sekedar roti tawarpun tidak ada.

"Ini udah siang. Makanan udah diberesin semuanya. Kalau mau makan, sana masak sendiri ke dapur. Jangan ngerusuhin bibi juga!" Gina berucap dengan sedikit berteriak. Sedang Elena sendiri tak habis pikir, kenapa hari ini seolah adalah hari tersialnya. Setelah dikuliti semua kelakuannya, semua fasilitasnya juga dicabut dan sekarang, untuk makan pagi pun sudah tidak ada yang tersisa di meja makan. Sungguh, hari tersial untuk Elena. Akhirnya dia memilih kembali ke kamarnya.

"Ini sebenarnya yang ingin ayah bicarakan ke kamu. Soal adikmu. Ayah sudah angkat tangan. Makin hari makin tidak bisa dikendalikan kelakuannya. Kamu lihat sendiri kan tadi? Apa jadinya kalau dibiarkan." Wiryo lalu memulai perbincangannya dengan Andro setelah suasana beberapa saat hening.

"Jujur, saat kamu bilang kalau kamu mau bertanggung jawab atas Anggun, ayah cukup lega. Setidaknya kamu udah sadar dan tahu bisa tunjukin kalau kamu bisa berubah. Tapi dengan adikmu? Ayah gak tahu." Kembali Wiryo menjeda ucapannya. Seolah dia sedang berpikir satu hal yang berat.

"Awalnya, karena kamu udah jadi polisi, maka perusahaan akan ayah serahin ke adikmu. Itu rencana ayah. Tapi kalau ngeliat kayak gini trus ayah nyerahin perusahaan ayah ke adik kamu, sama aja bikin bangkrut. Pengennya ayah, abis dia lulus, adikmu bisa magang dulu di perusahaan ayah, pelan-pelan akan ayah kasih ke dia." Wiryo hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia sudah merasa buntu dengan Elena. Karena itu, sekarang mau tidak mau, dia harus bersikap tegas dan keras ke Elena. Gina, yang awalnya keberatan dengan cara Wiryo, akhirnya setuju juga cara Wiryo.

"Andro akan coba yah.. Jujur aja Andro juga pengen Elena berubah. Andro juga pengen ngajak Elena buat minta maaf ke Anggun. Tapi kayaknya dia juga masih gak sadar juga kalau dia selama ini udah salah. Udah ngerugiin orang lain" Kini Andro menjadi semakin bingung. Masalahnya dengan Anggun belum selesai, kini dia dibebani juga dengan perilaku adiknya. Apapun dan siapapun Elena, dia juga tetap adiknya. Sudah menjadi kewajiban baginya sebagai kakak untuk mengingatkan dan menyadarkannya.

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang