Genap dua minggu setelah kejadian dimana Andro mengajak keluarganya untuk mengutarakan keinginannya kepada Anggun. Semenjak kejadian itu juga, Anggun sedikit berubah. Dia menjadi lebih sering merenung. Pikirannya seolah dipaksa untuk selalu memikirkan lamaran dadakan itu. Ada banyak hal yang sekarang memenuhi ruang pikirnya.
"Nggun, ibu masuk ya.." Suara Marsih dari balik pintu seolah menyadarkan Anggun dari lamunannya. Anggun yang saat itu tiduran karena merasa tidak enak badan lantas menyahut dengan malas
"Masuk aja bu..."
Mendapat ijin dari pemiliknya, Marsih lantas masuk ke kamar Anggun.
"Kamu sakit nak?" Marsih menghampiri Anggun. Wajah yang sedikit pucat dan suara yang lemas membuat Marsih khawatir. Pertanyaan dari Marsih dijawab gelengan lemah dari Anggun. Namun Marsih nampak ragu dengan jawaban Anggun. Tangannya lantas diletakkan di dahi Anggun untuk memastikan rasa penasarannya.
"Kamu demam gini kok. Bentaran, ibu ambil makan trus habis itu minum obat dulu ya. Jangan dibiarin sakit itu. Bentar ya.. Kamu tiduran aja." Tanpa menunggu jawaban dari Anggun, Marsih keluar kamar Anggun.
Beberapa saat kemudian, Marsih datang dengan sepiring nasi, lengkap dengan lauknya. Dibelakangnya juga nampak Farhan yang membawa satu gelas minum plus obat penurun panas.
"Dimakan dulu, baru habis itu minum obatnya, trus tidur ya" Anggun sebenarnya sangat malas untuk makan. Selain karena tidak nafsu makan, dia sekarang hanya ingin istirahat dan tidur saja. Berharap dengan tidur, semua pikirannya tentang Andro juga bisa ikut hilang.
Hoek... Hoek...
Anggun baru menelan dua sendok Anggun langsung berlari ke kamar mandi. Dia memuntahkan semua makanannya tadi. Marsih dan Farhan lalu menyusul ke kamar mandi.
"Kita ke rumah sakit aja gimana? Kamu sakit gini" Farhan lalu memapah Anggun kembali ke kamar.
"Gak usah mas. Palingan cuman masuk angin..."
Hoek... Hoek..
Lagi, Anggun merasa mual dan memuntahkan isi perutnya. Namun karena sudah dipaksa keluar tadi, dan perut yang kosong maka sekarang hanya menyisakan perut yang mual bagi Anggun
'Kita ke rumah sakit! Seno, kamu pesen taksi. Suruh cepetan ya!" Farhan nampak panik dengan keadaan Anggun sekarang. Dia segera berdiri dan mengganti bajunya dan bersiap mengantar Anggun ke rumah sakit.
"Ibu tunggu di rumah aja ya. Biar Farhan sama Seno yang nganterin Anggun. Farhan bawa kunci rumah kok, jadi ibu tunggu aja di dalam. Ntar kalau ada kabar, pasti Farhan kabari" Farhan pamit pada Marsih saat mobil taksi online yang dipesan Seno sudah berhenti di depan rumah mereka.
Sekarang, Farhan dan Seno menunggu Anggun yang sedang ditangani dokter di ruang IGD. Sembari menunggu, Farhan mengeluarkan ponselnya, memotret logo IGD, lalu setelah itu dia mengambil foto selfi dirinya dan Seno.
"Sen, kamu bawa ponsel kamu?" Seno hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Farhan.
"Andro tahu nomer kamu?" Lagi, Seno juga mengangguk.
"Good, habis ini kalau Andro nelpon kamu, biarin. Jangan diangkat. Cuekin aja!" Perintah Farhan.
"Lha ngapain mas?" Seno tentu saja penasaran dengan perintah aneh dari Farhan.
"Ntar mas jelasin. Pokoknya sekarang kalau ada telpon, sms atau apapun dari Andro, jangan dibalas! Biarin aja!"
Selesai berbicara seperti itu, Farhan nampak melihat lagi foto-foto yang tadi dia ambil. Saat pintu IGD terbuka, nampak sekilas bagaimana team dokter di sana menangani Anggun. Farhan lalu dengan cepat mengarahkan ponselnya dan mengambil foto Anggun di atas brankar IGD.
Farhan lalu meng-upload foto-foto yang tadi dia ambil di sosial medianya, dengan tagline status: "Dadakan ke IGD. Get well soon my little sister"
Pemeriksaan dari dokter menyatakan jika Anggun sekarang sedang sakit thypus. Tidak mau ambil risiko, Farhan langsung menyetujui saat dokter menyarankan Anggun untuk rawat inap. Dengan segera Farhan mengurus kepindahan Anggun ke ruang rawat inap. Untunglah mereka sudah memiliki asuransi kesehatan yang bisa menanggung semua tagihan rumah sakit.
Farhan dan Seno sekarang berbagi tugas. Farhan kembali ke rumah untuk menjemput Marsih dan membawa beberapa baju ganti untuk Anggun dan Seno kebagian tugas menunggu Anggun. Ruang rawat inap yang sekarang dipakai oleh Anggun adalah ruang rawat inap kelas satu, sehingga dia masih harus berbagi ruangan dengan pasien lain. Tapi untungnya, brankar di sebelahnya kosong, sehingga hanya ada Anggun di ruangan itu.
Sambil menunggu Anggun yang tertidur karena pengaruh obat, Seno lantas membuka ponselnya yang sedari tadi dia matikan. Benar saja, dia menerima beberapa pesan dan juga panggilan tidak terjawab. Semuanya dari satu orang, yaitu Andro. Seno mengabaikan itu semuanya sesuai dengan pesan Farhan padanya tadi.
***
Andro merebahkan tubuhnya di tempat tidur bertingkat khas asrama kepolisian. Hari ini dia dapat jatah jaga pagi, sehingga malam ini dia bisa beristirahat. Tugasnya sekarang adalah masuk dalam team perbantuan pengamanan sosial membuatnya cukup lelah malam ini. Dengan menselonjorkan kakinya, Andro lalu mengeluarkan ponselnya. Scrolling akun media sosialnya adalah salah satu caranya untuk menghibur diri.
Sedang asyik mengamati timeline akun media sosial miliknya, dirinya langsung saja berlonjak kaget. Layar ponselnya sekarang ini menampilkan foto Anggun yang sedang dalam penanganan medis. Caption dari Farhan juga menegaskan jika Anggun sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
"Isshh... Ini kenapa semua kompakan gak mau angkat telpon sih?" Andro menggerutu saat tidak ada satupun dari Farhan dan Seno yang mau membalas pesannya atau mengangkat telpon darinya.
Andro yang tadinya santai, sekarang dalam mode paniknya dan itu sangat terlihat dari wajahnya yang terlihat tegang dan kebingungan. Kebiasaannya yang bergumam sendiri dan bermonolog juga langsung muncul saat ini.
"Lo ngapain kayak setrikaan gitu? Bolak-balik gitu! Pusing liatin lo" Ujar salah satu temannya yang satu kamar dengannya.
"Ini istri gue masuk rumah sakit! Mana kakak ipar sama adik ipar gue telpon kompakan gak mau angkat! Gimana gua gak parno?" Entah Andro yang kelewat percaya diri atau gak tahu malu dengan menyebut Anggun sebagai istrinya, padahal sudah jelas dia ditolak saat melamarnya.
"HAH? Istri? Lo kapan kawinan?" Mendapati pertanyaan dari temannya itu, Andro hanya membalasnya dengan cengiran konyol
"Hehehehe... Calon sih.. Tapi kan tetep aja bakalan jadi istri gue" Andro masih tetap percaya diri dan yakin jika Anggun akan menjadi istrinya kelak.
"Ya udah lo sono! Besok kan libur tuh, ijin ke komandan bisa kan. Tunjukin tuh buktinya kalau emang masuk rumah sakit"
"IYEESSS... BENER!!!!! Besok kan bukan jatah kita jaga, bisa balik bentaran dulu!" Selesai mengatakan itu, Andro langsung melesat keluar kamarnya. Sementara teman satu kamarnya tadi hanya bisa geleng-geleng saja.
Jadilah malam itu juga Andro meminta ijin khusus ke komandan lapangan bahwa dia akan pulang terlebih dulu dan akan kembali lagi lusa. Untunglah komandan lapangannya percaya dan mengijinkan walaupun harus disertai beberapa formulir yang harus dia tanda tangani. Tidak masalah, yang penting, dia bisa memastikan bagaimana keadaan Anggun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
RandomHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...