Part 45

9.2K 621 8
                                    

Hari ini adalah peringatan tujuh hari meninggalnya Elena. Rencananya keluarga Marsih akan ke rumah Wiryo. Walaupun sebenarnya Elena adalah penyebab dari terpuruknya Anggun dan penyebab meninggalnya suaminya, tapi tampaknya Marsih tidak mau menumpuk marah.

Sengaja Marsih, Anggun dan Seno datang sebelum acara dimulai. Mereka berniat untuk membantu keluarga Wiryo menyiapkan acara malam ini.

Datangnya Marsih dan keluarganya tentu membuat Wiryo kaget. Bahkan sampai sekarangpun Wiryo masih belum berani berinteraksi langsung. Dia masih merasa bersalah dengan kelakuan kedua anaknya yang menyebabkan Marsih kehilangan suaminya.

Selesai acara, Marsih, Anggun dan Seno berbincang santai sambil menunggu Farhan menjemput mereka. Suasana sedikit canggung, tapi untunglah ada Seno yang bisa mencairkan suasana dengan pertanyaan-pertanyaan diluar dugaan.

Seperti kemarin, Davin sangat rewel hari ini. Mungkin bayi itu tidak menyukai kondisi ramai. Kembali, Anggun bisa menenangkan Davin, bahkan sampai Davin tertidur di gendongannya. Wiryo dan Gina hanya tersenyum saja melihat apa yang ada di depan mereka. Pikiran mereka saat ini hanya satu saat melihat bagaimana dengan telaten Anggun memperlakukan Davin.

Tapi beda dengan tatapan yang diberikan oleh Andro. Dia terus memandang Anggun yang sekarang duduk di depannya dengan pandangan yang membingungkan. Terkadang pandangan rindu yang ditampilkan Andro, tapi bisa berubah menjadi pandangan yang menyiratkan kecemburuan.

"Kemarin Andro cerita kalau kamu sekarang kursus masak ya?" Gina mencoba untuk lebih akrab dengan Anggun. Anggun mengangguk tanda dia membenarkan pertanyaan dari Gina.

"Wah, kamu jadi tambah pinter masak dong. Kemarin waktu kamu bawain Andro puding susu karamel itu, mama ngiranya kalau Andro beli di bakery mana, tapi tahunya kamu yang bikin. Itu enak banget lho.." Gina dengan antusias bercerita tentang bagaimana dia menyukai puding buatan dari Anggun waktu itu.

"Gak ada keinginan gitu buat bikin bakery? Mama yakin kalau bakalan laku keras. Enak gitu masakan kamu" Lagi, Anggun mengangguk. Dia memang sudah ada rencana untuk membuka bakery.

"Udah kok bu. Anggun dibantuin sama mas Farhan buat bikin toko roti kecil-kecilan. Ini lagi cari kios buat disewa. Lagi ngumpulin alat-alat masak juga. Sambil kursus masak, biar nanti makin banyak variasi roti yang bisa dijual"

Tidak lama kemudian, Farhan datang untuk menjemput keluarganya. Setelah berbasa-basi sedikit, merekapun pulang.

***

"Ibu sama Anggun gak capek? Tadi kan habis bantuin di tempatnya Andro kan? Gak istirahat aja?" Tanya Farhan pada Marsih dan Anggun. Tapi malah keduanya kompak menggelengkan kepala.

"Kalau kita sih udah biasa kayak gitu mas. Tapi mereka kan enggak. Biarpun asisten rumah tangga mereka itu ada banyak, tapi ya tetep aja mereka pasti akan kerasa kalau dibandingin kita" Jawab Anggun.

"Oh ya, lusa kan hari minggu. Warung libur kan? Gimana kalau kita keliling cari ruko. Kemarin yang kita lihat itu bagus sih, tapi mahal. Emang sampai tiga lantai, tapi kalau mas pikir buat permulaan kita sewa kios saja bagaimana?"

Permintaan dari Farhan itu diangguki oleh Anggun. Mereka memang serius dengan rencana akan membuka toko roti untuk Anggun.

"Besok semua ikut ya. Sekalian kita jalan-jalan gitu. Udah lama gak piknik kan?"

"Setuju... Seno pengen nambah poto-poto Seno... Trus nanti Seno kirim ke ibu sama bapak di kampung, biar bisa dipamerin ke tetangganya Seno di kampung" Sontak saja Seno sekarang menjadi pusat perhatian. Ada-ada saja tingkah konyol randomnya yang membuat orang tersenyum.

"Sekalian juga kita ke toko peralatan masak. Barangkali nanti ada yang bisa kita beli. Nyicil dulu" Lanjut Farhan kemudian. Semuanya mengangguk menyetujui.

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang