Part 51

9.1K 591 8
                                    

Hari terus berlanjut. Kondisi Anggun sudah membaik dan dia juga sudah pulang dari rumah sakit. Dia kembali pada aktivitasnya lagi. Andro juga kembali menempeli kemanapun Anggun pergi. Pernah sekali Anggun bertanya karena sejujurnya dia merasa risih juga dengan kelakuan Andro, tapi dengan enteng Andro menjawab bahwa dia akan berhenti menempeli Anggun jika Anggun bersedia menjadi istrinya atau jika ada lelaki lain yang bersedia yag menjadi suaminya, tapi sebelumnya dia harus memastikan jika lelaki itu memang lelaki terbaik untuk Anggun. Terkesan posesif, tapi mau bagaimana lagi, karena tampaknya Andro juga bebal. Mau diberi pengertian dengan model apapun tidak akan mempan untuknya. Ujung-ujungnya dia akan tetap menempeli lagi kemanapun Anggun pergi. Lama-lama semua keluarga Marsih pun menjadi terbiasa dengan tingkah polah Andro.

Anggun kali ini baru saja selesai kursus memasak. Waktu itu sudah malam, dan Anggun harus pulang sendiri karena Farhan tidak bisa menjemput karena harus lembur di kantornya. Dia duduk di bangku tepi jalan tempatnya biasa menunggu jemputan. Sedari tadi dia berusaha untuk memesan taksi online namun tampaknya jaringan yang sibuk membuatnya kesulitan untuk mendapatkan taksi online. Sekarang, dia berharap ada taksi yang lewat sehingga bisa segera pulang.

"Neng, berapaan sekali main?" Anggun yang saat itu sedang menunduk dan memainkan ponselnya langsung mendongak saat mendengar suara lelaki yang tidak dikenalnya. Matanya memicing saat melihat lelaki yang di depannya memandangnya dengan pandangan yang sarat dengan nafsu.

"Main yuk sama abang... Mau berapa duit neng?" Lagi lelaki itu bersuara, bahkan kini dia berani menggoda Anggun dengan wajahnya.

Anggun langsung memberesi barangnya dan berdiri bermaksud meninggalkan lelaki itu. Tapi belum juga dia bisa berdiri, lengannya sudah dicekal oleh lelaki itu.

"Udah, tinggal kasih tahu berapa tarif lo! Jangan jual mahal lo!" Tampaknya lelaki itu tersinggung dengan sikap Anggun. Sementara Anggun berusaha melepaskan cekalan tangan dari lelaki itu.

"Lo gak percaya gue bisa bayar lo? Jalang pinggir jalan macem lo berapa sih?" Lelaki itu tampaknya sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya. Matanya memerah, cekalan tangannya di lengan Anggun juga semakin kuat.

"LEPAS!!" Anggun berteriak

BUGH

BUGH

BUGH

Entah dari mana dan kapan datangnya, tapi sekarang yang ada adalah Andro yang dengan kalap memukuli lelaki tadi. Jelas saja lelaki tadi terhuyung ke belakang karena tidak siap dengan serangan dadakan dari Andro.

"ANJING LO! Gue duluan yang mau pake dia! Kalo lo mau cari aja yang lainnya" Tampaknya lelaki salah mengira dengan Andro yang memukulinya. Lelaki itu mengira Andro ingin merebut Anggun yang dikiranya adalah seorang wanita malam.

"APA LO BILANG? Dia cewek gue dan dia cewek baik-baik! Mau mati lo!"

"HAH? LONTE JALANAN INI? Cuih...." Andro yang mendengar itu tidak bisa menahan dirinya lagi. Diterjangnya lagi lelaki itu. Tendangan dan pukulan langsung saja Andro berikan kepada lelaki itu. Sungguh dia tidak perduli dengan apapun yang terjadi dengannya setelah ini.

Walaupun terjadi di tepi jalan raya, namun tidak ada satupun yang berusaha melerai keduanya. Dalam perkelahian itu tentu saja Andro lebih unggul dari lelaki itu. Sebagai polisi tentu dia menguasai teknik bela diri. Dia sangat terlatih untuk melumpuhkan lawan dengan tangan kosong sekalipun. Namun, meskipun bisa memenangkan duel dadakan itu, tetap saja meninggalkan jejak di wajahnya. Memar dan berdarah di sudut bibirnya serta lebam kebiruan di pipin dan kening Andro menjadi bukti bagaimana mereka tadi berkelahi.

Selesai memastikan jika lelaki itu sudah terkapar, dia lantas berjalan menghampiri Anggun yang masih berdiri di sana.

"Kamu gak apa-apa kan? Gak ada yang terluka kan?" Andro berkata namun dia sendiri tidak sadar jika banyak luka yang ada di tubuhnya.

"Aku gak masalah. Justru kamu yang luka" Anggun spontan mengeluarkan tissue lalu membersihkan luka di wajah Andro.

"Issshhh... Periihh..." Andro meringis menahan perih saat Anggun membersihkan lukanya.

"Aneh... Tadi berkelahi kayak gitu gak ngeluh sakit, sekarang baru dibersihkan aja udah ngeluh perih?" Andro tersenyum. Hatinya menghangat dengan perhatian kecil dari Anggun. Apapun alasan Anggun dia tidak perduli.

Andro meraih tangan Anggun yang masih sibuk membersihkan luka di pelipisnya lalu menuntun tangan Anggun dan meletakkannya di dadanya.

"Kalau tadi tuh yang sakit di sini. Beneran, hati aku sakit waktu orang itu ngatain kamu kayak gitu. Kamu itu wanita baik-baik jadi gak pantes dapat perlakuan kayak tadi" Andro mengatakan itu dengan suara yang lembut. Sikap Andro yang mendadak lembut setelah tadi menunjukkan kegarangannya ketika berkelahi membuat Anggun menjadi kikuk sendiri. Perubahan itu bahkan hanya dalam hitungan detik saja.

"Aku sudah pernah bilang kan, cukup aku dan kebodohanku di masa lalu yang membuat kamu sakit dan terluka. Sekarang dan sampai kapanpun, aku akan tetap menjaga kamu, Nggun. Dengan ataupun tanpa persetujuan kamu"

"Udah, lukamu udah aku bersihkan. Sekarang aku mau pulang. Ini udah sangat malam. Ibu dan semuanya pasti udah nungguin" Sejujurnya Anggun berkata seperti itu karena dia sendiri bingung mau bagaimana menjawab semua perkataan dari Andro tersebut.

"Aku antar. Aku gak mau kejadian tadi keulang lagi" Andro lalu berdiri, menggenggam tangan Anggun dan menariknya halus. Anggun tidak menolak, karena tidak mungkin juga dia terus di sana menunggu taksi yang entah sampai kapan.

Sesampai di rumah, Anggun menyuruh Andro masuk dulu. Dia ingin memberikan salep untuk mengobati luka lebam di wajah Andro.

Penampilan Andro masih dengan lebam dan luka sehabis dia berkelahi tadi itu tentu mengundang pertanyaan dari Marsih dan semuanya. Setelah Andro menceritakan semuanya dan cerita itu dibenarkan oleh Anggun, Marsih lantas berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada Andro. Sedangkan Farhan yang juga baru datang, langsung minta maaf ke Anggun karena merasa kembali merasa gagal menjaga adiknya itu. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Andro yang telah menolong Anggun tadi.

Andro berpamitan pulang setelah Anggun selesai memberikan salep dan antiseptik luka untuk Andro.

Anggun malam ini tidak bisa tertidur. Pikirannya melayang entah kemana. Kejadian tadi memaksanya mengingat kembali semua kejadian buruk yang sudah dia kubur dalam-dalam. Nyaris saja dia mengalaminya untuk kedua kalinya. Namun, seketika dia juga ingat bagaimana Andro dengan sigap menyelamatkannya. Dia bisa melihat langsung bagaimana Andro melindunginya dari preman yang tadi coba menganggunya. Pikirannya lalu berkecamuk antara menerima dan percaya sepenuhnya dengan Andro atau dia masih tetap pada pilihannya dan tidak bisa menerima kehadiran Andro lebih dalam lagi.

Sedang asyik dengan lamunannya, seketika Anggun tersentak. Dia lupa mengucapkan terima kasih ke Andro. Anggun lantas meruntuki kebodohannya. Besok dia harus meminta maaf ke Andro. Harus!

Let Me Be Your Man (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang