Anggun dan Seno tampak serius belajar bersama. Dengan duduk di lantai berkarpet mereka berdua tampak serius untuk mempelajari modul-modul yang terbuka. Sesekali mereka nampak berdiskusi ringan. Seno yang dasarnya lemah di matematika dan mata pelajaran hitungan lainnya, menjadi sangat terbantu dengan belajar bersama Anggun. Sebaliknya, Anggun sendiri merasa ada teman belajar saat Seno belajar bersama dengannya dan itu membuatnya lebih bersemangat karena tidak sendirian. Mereka memang sedang belajar dengan lebih serius lagi karena dua minggu lagi mereka berdua ujian paket c.
Marsih yang melihat itu hanya tersenyum ringan. Dia sangat bersyukur Anggun bisa melanjutkan lagi sekolahnya walaupun harus dengan jalur paket c. Tidak apa, yang penting cita-citanya tidak terputus.
"Ini tadi ibu buatin pisang goreng. Bisa buat temen kalian belajar" Marsih lantas meletakkan sepiring pisang goreng. Masih hangat. Asap masih sesekali mengepul dari pisang goreng itu.
"Waaahh... Terima kasih bu. Jadi enak nih kalo belajar ada cemilan gini" Seno langsung cengengesan saat melihat sepiring pisang goreng. Tangannya langsung mengambil pisang goreng itu. Berkali-kali Seno harus meniup pisang goreng karena memang masih panas.
"Kamu itu, udah tahu kalau masih panas, biarin dingin dulu." Marsih hanya geleng-geleng saja melihat Seno kepanasan karena pisang goreng. Sementara Seno hanya senyum cengengesan saja.
"Nanti kalau habis, ibu gorengin lagi. Masih ada singkong yg udah ibu potong-potong tadi. Tinggal goreng aja."
"Udah ini aja dulu bu. Nanti malah jadinya gak belajar, malah kekenyangan gorengan trus ngantuk" Jawab Seno. Marsih hanya tersenyum saja mendengar itu.
Suasanya kembali hening. Anggun dan Seno kembali konsentrasi untuk melanjutkan belajarnya, sementara Marsih memilih menonton tivi dengan volume yang kecil, tidak mau mengganggu belajar Anggun dan Seno.
Selang beberapa lama, Farhan kembali dari bekerja. Tangannya membawa tas kresek yang berisi martabak manis. Dia tahu kalau kedua adiknya sedang belajar, maka dia membawakan makanan untuk mereka. Dia langsung saja menaruh sekotak martabak manis di sebelah pisang goreng.
"Waduh... Makananya tambah lagi" Ucap Seno berbinar saat melihat martabak manis yang dibawa Farhan.
"Biar gak kelaperan adik-adiknya mas. Kalau laper kan gak bisa belajar." Farhan berkata dengan senyum dan memberikan semangat ke Anggun dan Seno.
"Kelaperan sih enggak, mas. Kekenyangan iya. Ngantuk jadinya" Sekarang yang protes Anggun. Dia menatap meja di depannya yang sekarang penuh dengan makanan.
"Kuuaalloo nngunntukk tiiuudduur hhhwwwaajjaa mmbaak" Seno berkata sambil mulutnya penuh dengan martabak, bahkan pipinya belepotan coklat dan keju dari martabak manis yang dimakannya itu. Apa yang baru saja Seno lakukan itu langsung saja mengundang tawa dari semua yang ada di sana. Persis seperti seorang anak kecil yang belepotan saat makan martabak manis.
"Kamu udah pulang? Sana bersih-bersih dulu trus makan. Perlu ibu angetin dulu gak lauknya?" Marsih yang melihat Farhan baru datang, lantas menghampiri Farhan yang baru datang.
"Iya bu. Farhan mandi dulu. Habis itu makan" Sesudah berkata demikian, Farhan lantas menuju kamarnya.
***
Hari berlalu dan sekarang adalah hari dimana Anggun dan Seno melaksanakan ujian Paket C. Karena jadwal ujian mereka yang bersamaan, Marsih memilih untuk menutup sementara warung makannya.
Jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Saat ini mereka berdua sudah bersiap. Keduanya sudah siap dengan baju atasan putih dan bawahan hitam.
"Udah disiapin belum? Alat tulisnya? Pensil, pulpen, rautan semuanya udah disiapin belum? Jangan cuman bawa satu aja, bawa dua atau tiga buat jaga-jaga" Anggun dan Seno yang akan mengikuti ujian tapi yang terlihat panik adalah Farhan. Entah mengapa dia malahan yang terlihat gugup.
"Udah mas. Udah semuanya masuk kok di tas" Jawab Anggun. Seno juga menganggukkan kepalanya tanda bahwa dia juga sudah memasukkan semua keperluan ujiannya.
"Kartu peserta sama KTP taruh aja di kantong, biar gak susah nyarinya. Ntar pasti ditanyin kan. Gak buang waktu jadinya" Farhan kembali memberikan instruksinya. Mendengar itu, Anggun dan Seno lalu melaksanakan apa yang dikatakan oleh Farhan.
"Ini ibu buatin bekal ya. Ibu buatin sandwich aja ya biar praktis. Ibu buatin dua, buat Anggun dan juga Seno" Bukan hanya Farhan saja yang ikut menyiapkan semuanya tapi Marsih juga. Dia membawa dua kotak bekal untuk Anggun dan Seno.
"Lha kan bisa beli di sana bu?"
"Kalau bawa dari rumah kan kita tahu apa yang kita masak. Bisa sakit juga nanti kalau makan belinya sembarangan. Lagian sayang juga uangnya kan bisa dipake buat naik taksi tho.." Jawab Marsih kepada Seno.
Setelah selesai beres-beres semuanya dan memastikan tidak ada yang ketinggalan, sekarang Anggun dan Seno sedang menunggu taksi online yang sudah mereka pesan.
"Bu, mas, berangkat dulu ya." Pamit Anggun dan Seno setelah taksi yang mereka pesan sampai di depan rumah Marsih.
"Hati-hati nak. Jangan keburu-buru ngerjain soalnya. Doa dulu sebelum ngerjain soalnya"
"Ya bu" Kompak Anggun dan Seno menjawab Marsih.
Sesudah Anggun dan Seno berpamitan dan menuju tempat tes mereka, kini giliran Farhan yang berpamitan ke tempat kerja. Farhan segera mengendarai skuter matik miliknya dan menuju tempatnya bekerja.
***
Hari beranjak, dan sekarang jarum jam sudah menunjukkan jam tiga sore. Anggun dan Seno juga sudah menyelesaikan ujian mereka. Mereka bergegas keluar dari sekolah tempat mereka melaksanakan tes paket c. Saat mereka sudah sampai di halaman depan sekolah yang juga sebagai tempat parkir mobil, mereka dikejutkan oleh satu suara setengah berteriak.
"Anggun...." Sontak saja Anggun dan Seno menoleh ke arah sumber suara. Dan mereka mendapati Andro dengan senyum lebar ke arah mereka. Dia sudah berdiri di samping mobilnya.
"Mbak, kayaknya kita dapat tebengan gratisan pulangnya deh" Ucap Seno setengah berbisik ke Anggun.
"Iya kalau mau jemput kita, kalau dia cuman mampir doang?" Anggun menimpali Seno, juga dengan setengah berbisik.
"Gimana tadi ngerjain soalnya? Bisa pasti kan?" Tanya Andro berbasa-basi setelah mereka hanya berjarak sejengkal langkah.
"Hm... Gitulah" Jawab Anggun singkat. Seolah tidak terlalu berminat untuk membuka percakapan dengan Andro.
"Capek ya pasti habis ngerjain ujian. Yuk kita makan dulu atau cari minum dulu biar seger lagi"
"Enggak ah, mau pulang aja. Sen, udah pesen taksi belum?" Anggun tampaknya mencoba menghindari untuk berinteraksi dengan Andro. Dia sudah merasa cukup capek dengan ujian yang baru saja diselesaikannya. Malas rasanya untuk menghadapi Andro yang seperti sengaja mencari perhatiannya.
"Eh... Jangan... Jangan... Barengan aja. Ini juga sengaja ke sini buat jemput kok. Udah ijin sama ibu sama mas Farhan juga buat jemputnya. Pulang barengan aja yuk. Lagian pasti lama kalo pesen taksi online. Rame kan" Andro langsung mencegah Seno yang segera mengeluarkan ponsel dan akan membuka aplikasi taksi online di ponselnya. Seno langsung saja kebingungan. Mana yang harus dia ikuti sekarang?
"Mbak? Gimana?" Tanya Seno ke Anggun. Beberapa detik berpikir akhirnya Anggun mengikuti kemauan Andro. Tentu saja keputusan itu langsung disambut senyum merekah dari Andro.
"Sen, kamu duduk di depan ya. Mbak di belakang aja, pengen tidur"
Sedikit kecewa sebenarnya saat Anggun mengatakan hal itu, namun Andro memilih diam saja. Yang penting sekarang Anggun masih mau bersama dengan dia. Itu saja sudah cukup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
RandomHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...