BRAK
Pintu ruang rawat inap Anggun terbuka dengan paksa. Pelakunya jelas, Andro. Farhan yang sedang menunggui Anggun langsung menoleh dan menatap tajam ke arah Andro. Menghadapi tatapan yang jelas-jelas menunjukkan ketidaksukaan dari Farhan, bukannya Andro takut tapi malah balik menatap Farhan dengan senyum yang sangat lebar.
"Hehehe... Maaf mas... Panik liat posting-an statusnya mas Farhan"
Wajar jika Farhan menatap marah ke Andro. Harus diingat jika ruang rawat inap Anggun bukanlah VIP. Ruang rawat inap yang ditempati Anggun saat ini adalah ruang kelas satu, dimana satu ruangan berbagai dengan pasien lainnya. Bagaimana jika pasien lainnya itu terganggu dengan tingkah bodoh kelakuan Andro tersebut.
"Anggun gimana mas? Sakit apaan? Kok bisa sampe masuk rumah sakit gini? Parah ya mas sakitnya?" Andro langsung memberondong Farhan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Anggun.
"Kena thypus. Sejak lo ngelamar dadakan itu dia jadi sering ngelamun. Akhirnya pola makannya agak kacau, kebanyakan pikiran dan ini akhirnya, kena thypus. Kemarin demam dan muntah, ya udah akhirnya ke rumah sakit dan harus opname" Farhan menjelaskan singkat bagaimana Anggun bisa sampai tumbang karena thypus.
"Ooohhh... Gitu... Tapi gak apa-apa kan mas? Gak parah kan?"
"Lo itu dodol atau apaan sih? Kalau sampe dirawat di rumah sakit ya berarti ada apa-apanya!"
"Eh.. Eh.. Mas mau kemana? Andro pengen jagain bentaran Anggun..." Andro kaget saat tiba-tiba Farhan menarik tangannya dan menggeretnya keluar kamar Anggun. Farhan hanya berpikir tidak ingin menganggu adiknya yang masih tertidur. Hari memang masih sangat pagi saat itu. Farhan sendiri juga bingung bagaimana Andro bisa sampai ke rumah sakit tempat Anggun dirawat sepagi ini.
Setelah berada di luar ruangan, Farhan mengajak Andro ke kantin rumah sakit yang buka 24 jam. Andro memilih menurut saja apa yang dilakukan Farhan kepadanya. Sebenarnya, saat melihat Anggun sudah tertangani oleh dokter, ada kelegaan luar biasa di dada Andro.
"Lo bilang kalau lo dinas perbantuan sebulan? Ngapain lo tiba-tiba nongolin muka lo di sini?"
"Lha gimana gak panik kalau liat statusnya mas Farhan kayak gitu. Mana ditelpon bolak balik gak dijawab. Seno juga sama aja. Gak ada respon waktu ditelpon. Panik kan jadinya. Untung aja hari ini tuh Andro gak giliran jaga, jadi bisa ijin ke sini. Tapi ya ntar malam harus udah di asrama polisi lagi"
Farhan tersenyum tipis. Sangat tipis. Strateginya berhasil. Dia memang ingin melihat bagaimana respon dari Andro dengan memasang status di media sosialnya tentang sakitnya Anggun. Sesuai dengan ekspektasinya. Dari hatinya Farhan tahu sekarang, bagaimana perasaan Andro kepada Anggun yang sebenarnya.
"Adik gue udah nolak lo! Lo juga tahu itu. Trus ngapain lo ngotot bela-belain sampe kayak gini? Gak perlu over kayak gini ke adek gue!" Farhan kembali memancing Andro. Tanpa dia tanyapun, sebenarnya juga akan tahu bagaimana jawabannya.
"Tahu banget mas. Andro tahu kalau Anggun udah nolak Andro, tapi Andro juga udah bertekad kalau Andro gak boleh nyerah. Andro bakalan deketin lagi Anggun biar Anggun juga gak ragu kalau Andro itu serius sama Anggun. Satu yang jadi keinginan dari Andro, Andro pengen jagain Anggun sampe kapanpun."
"Lo tau gak kalau lo itu kayak gak punya muka! Udah ditolak tapi masih aja ngebet kayak gitu?"
"Dulu, Anggun bisa setegar itu dengan semua cacian dan makian ke dia. Kalau Anggun bisa setegar itu kenapa Andro enggak? Andro gak bakalan peduli orang mau ngomong apa soal Andro, Andro beneran gak peduli."
"Andro juga gak peduli kalaupun toh Anggun nerima lagi Andro, trus Andro gak bisa nyentuh Anggun sebagai lelaki ke perempuannya. Andro udah janji ke diri Andro sendiri kalau Andro bakalan ada di samping Anggun bagaimanapun keadaannya"
Obrolan dua lelaki itu berakhir ketika pelayan di kantin rumah sakit menyodorkan bubur ayam yang dibungkus terpisah yang tadi Farhan pesan untuk makan pagi Anggun. Jatah makanan dari rumah sakit rupanya tidak memenuhi selera makan Anggun.
Kedua lelaki dewasa itu kembali ke kamar rawat inap Anggun. Keduanya berjalan beriringan masuk. Nampaknya Anggun sudah bangun. Dia bahkan sudah mencuci muka dan sikat gigi.
"Mas, kok ada dia sih?" Respon pertama Anggun yang melihat Andro juga masuk ke ruang rawatnya.
"Tadi pagi-pagi sebelum subuh juga dia udah dateng. Gak tahu. Kayaknya kangen sama kamu" Jawab Farhan sedikit asal tentang alasannya.
"Nggun, kamu kenapa bisa sampai sakit gini? Kecapekan ya?" Andro langsung mengambil posisi di samping brankarnya sementara Anggun menatapnya dengan bingung.
"Ini tadi mas Farhan udah beli bubur ayam. Sarapan dulu ya." Farhan sekarang benar-benar bingung. Tas kresek yang isinya sebungkus bubur tiba-tiba saja direbut oleh Andro.
Dengan segera Andro menuangkan bubur ayam itu di mangkok yang ada di nakas.
"Buburnya mau diaduk ato enggak? Ini gak pake sambel dulu ya. Gak boleh kan sama dokter makan pedes?" Dalam hati Farhan sebenarnya dia tersenyum melihat kelakuan Andro. Itu semua sebenarnya sudah membuktikan apa yang sudah diucapkannya.
"Nggun, mas pulang dulu ya. Gerah, mau mandi sama bawain kamu baju ganti sekalian. Trus jemput ibu sama Seno" Farhan menggunakan alasan pulang dan mandi saja sebenarnya. Dia tahu ada yang harus dibicarakan oleh Andro dan Anggun. Hanya mereka berdua, tanpa ada siapapun.
"Mas...." Anggun manatap Farhan, dia tidak ingin ditinggalkan sendirian dengan Andro.
"Kalian harus bicara. Berdua. Tanpa ada siapapun diantara kalian. Ingat bicarakan dengan kepala dingin. Jangan emosi. Jangan buat keributan. Ini rumah sakit" Akhirnya Farhan harus mengatakan apa tujuannya meninggalkan Anggun dengan Andro.
"Kamu maunya apa sih?" Tanya Anggun ketus. Farhan sudah pergi jadi sekarang hanya mereka berdua.
"Mau suapin kamu bubur ini. Yuk makan dulu.." Andro dengan lembut menyodorkan sedok yang sudah terisi setengahnya dengan bubur. Namun, Anggun merebut mangkuk berisi bubur itu lalu dia menyelesaikan makannya sendiri. Andro hanya tersenyum saja.
"Nggun, aku beneran serius dengan lamaranku kemarin. Apa enggak ada satu aja kesempatan buatku? Aku bener-bener gak peduli dengan keadaan kamu. Karena gimanapun keadaan kamu, itu juga karena aku, jadi aku harus terima kamu apa adanya" Keadaan menjadi sunyi sejenak. Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Canggung.
"Jadi, please, Ijinkan aku perbaiki semuanya. Ijinkan aku terus ada di sampingmu. Bersamamu dan aku akan berusaha biar tidak ada lagi airmata yang turun di mata kamu"
Anggun terdiam. Pikirannya sibuk mengelana mencermati apa yang baru saja dikatakan oleh Andro. Apakah dengan menerima Andro menjadi suaminya membuat semua keadaan menjadi lebih biak? Atau malah sebaliknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
РазноеHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...