Beberapa tahun berlalu. Andro benar-benar memenuhi apa yang sudah diucapkannya waktu dia mendekati Anggun dulu. Dia memperlakukan Anggun selayaknya ratu di kehidupannya. Tidak pernah sekalipun Andro membentak atau memarahinya. Tapi, sifat posesif dan protektifnya justru semakin menjadi. Andro rela mengorbankan apapun untuk menjaga dan melindungi Anggun. Davin secara legal hukum sekarang berada di bawah hak asuh Andro. Anak kecil itu tumbuh dengan baik dengan mengenal Andro dan Anggun sebagai orang tuanya.
"Davin, makannya dihabiskan. Itu kamu udah ditungguin ayah kamu." Anggun dengan sabar, namun dia sedikit bingung, Davin nampak tidak bersemangat.
"Bundaaa.. " Davin merengek. Tampaknya dia hari ini malas pergi ke sekolah.
"Kenapa? Hm...?" Andro yang sudah menunggu beberapa lama akhirnya tidak sabar juga. Dia lantas memilih bergabung bersama dengan istrinya dan Davin. Mendengar suara Andro, Davin lantas mendongakkan kepalanya
"Dapin lupa kalau ada tugas contemporary history. Jadi belum ngerjain."
"Kenapa bisa sampai lupa? Kan kemarin malam udah bunda tanyain, ada tugas gak dari sekolah?"
"Hehehe... Kemarin lupa bunda.. Trus ketiduran juga habis nonton" Davin berujar santai namun itu justru membuat Andro dan Anggun geregetan sendiri.
"Emang nonton apaan sampe kelupaan sama tugas gitu?"
"Dunia lain, bunda... Lucu deh bun acaranya.." Jika Davin bersemangat menceritakan apa yang dia tonton tapi tidak dengan Andro dan Anggun. Kedua orangtua angkatnya itu justru begidik.
"Apanya yang lucu sih vin acara kayak gituan?"
"Lucu aja sih yah, monsternya gak kayak yang Dapin sering liat. Di gudang sekolah Dapin banyak lho yah monsternya. Tuh, di pohon depan rumah kalau malem sering tuh ada tante rambut panjang nongkrong di atas pohon." Satu hal yang baru diketahui oleh Andro dan Anggun, jika Davin ternyata memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh manusia pada umumnya.
"Udah... Udah... Sekarang ganti baju trus berangkat ke sekolah! Hari ini ayah yang antar kamu mumpung juga ayah kena piket malam hari ini"
"Ayyyaahh....." Tapi nampaknya sia-sia saja Davin merajuk kali ini. Akhirnya dengan berat hati dia lantas berganti baju dan berangkat ke sekolah.
Begitulah keseharian Andro dan Anggun berinteraksi. Anggun sudah menerima Andro sepaket dengan Davin. Dirinya sudah tidak mau lagi mengingat apa yang terjadi di masa lalu.
"Dek, sekalian barengan aja yuk. Abis ngenterin Davin, ntar mas anter sekalian ke toko" Andro berucap ke Anggun sesaat setelah Davin beranjak ke kamarnya. Anggun mengangguk pelan sambil beranjak ke kamar, dia berkata
"Tungguin ya mas.."
Setelah mengantarkan Davin, kini Andro berada di toko roti yang dikelola Anggun. Setelah mereka menikah, Anggun mewujudkan cita-citanya untuk memiliki sebuah toko roti. Toko roti yang dia kelola semakin berkembang, dan sekarang toko roti itu dijadikan satu dengan kedai kopi miliknya hingga membuat semakin banyak pengunjung di toko roti milik Anggun tersebut.
Andro memilih duduk di luar ruko yang disewa untuk menjadi toko roti itu. Bibirnya terus tersenyum. Dia sendiri bahkan tidak menyangka setelah semua yang terjadi, dia dan Anggun berada di titik ini.
"Ini mas coffee late sama strawberry choco pie." Lamunan Andro buyar saat Anggun menyuguhkan kopi dan snack manis di depannya. Setelahnya, Anggun duduk di kursi samping Andro. Beberapa waktu mereka terdiam sambil menikmati lalu lintas yang cukup ramai pagi itu.
"Gak nyangka ya, kita udah mau sepuluh tahun. Dua bulan lagi malah mau sebelas tahun.. Makasih ya, Nggun... Makasih udah ngasih aku kesempatan. Makasih udah mau jadi ibu buat Davin. Makasih ya Nggun..." Andro berucap sambil tangannya menggenggam hangat tangan Anggun.
"Harus kuakui kalau aku kalah. Aku kalah dengan keadaan hidupku sendiri. Waktu menerima mas jadi suamiku, aku seperti kembali berjudi dengan hidupku sendiri. Aku bahkan sudah siap dengan status janda jika sewaktu waktu mas nuntut cerai. Sama seperti saat sekolah dulu aku kalah dan gak bisa ngelawan, sekarang juga. Entah, mungkin aku adalah orang paling bodoh yang masih mau menerima orang yang sudah menghancurkannya"
"Kebalik, Nggun.. Mas yang udah kalah. Kamu yang udah ngerubah semua fokusnya mas ke kamu. Gak ada lagi yang ada di pikiranya mas selain kamu, Nggun. Kamu udah berhasil ngebuat mas gak bisa ngapa-ngapain lagi." Andro menegakkan duduknya, menggeser kursinya lebih mendekat ke Anggun. Dirangkulnya Anggun dari samping dan dengan halus membawa kepala Anggun ke pundaknya.
"Gak perlu lagi ngomongin siapa yang menang siapa yang kalah sekarang. Tuhan mengijinkan hal buruk terjadi sama kita karena Dia tahu kita pasti bisa melewatinya dan membuat kita menjadi lebih baik lagi. Sekarang biarin aku menjadi penjagamu, pelindungmu, dan aku janji buat ngelakuinnya sepanjang umur hidupku."
Tertegun sejenak Anggun mendengar apa yang dikatakan oleh Andro. Mungkin benar, dia harus menghapus perasaan bahwa dia sudah kalah. Benteng yang dulu dia coba bangun untuk membenci Andro, perlahan terkikis oleh semua perlakuan yang Andro berikan. Dulu dia memang menderita, sangat menderita dan itu semuanya karena Andro, tapi jika sekarang semesta memberikan kebahagiaan untuknya dan itu dari Andro, apakah dia akan menolaknya juga?
"Aaayyyaaahhh... Buuunnddaaa..." Teriakan keras Davin membubarkan semua lamunan dari Andro dan Anggun. Mereka saling pandang sejenak. Jam masih menunjukkan tengah hari, tapi kenapa Davin sudah pulang, dan siapa pula yang mengantar Davin dengan mobil sedan hitam itu?
"Jangan lari-lari Vin... Nanti jatuh" peringatan halus dari Anggun dijawab Davin dengan cengiran ringan. Tangannya menggandeng seseorang di belakanngnya.
"Ayah bunda... Ini kenalin abangnya Davin. Bang Ryuzo..." Ujar Davin sambil memperkenalkan seseorang yang sedari tadi di belakangnya dan pasrah ditarik-tarik tangannya oleh Davin.
Bocah yang seumuran dengan Davin dan bernama Ryuzo itu lalu membungkukkan badannya memberi hormat ke Andro dan Anggun. Mereka lantas berbincang ringan dan mengetahui mengapa Davin menganggap Ryuzo itu abangnya. Itu karena Ryuzo telah menolongnya saat dia hampir terjatuh di kantin sekolah dan semenjak itu hubungan mereka menjadi dekat. Davin yang dibesarkan sebagai anak tunggal, akhirnya menganggap Ryuzo adalah kakaknya dan Ryuzo sendiri tidak keberatan akan hal itu.
"Dia itu memang abang kamu, vin..." Gumam lirih seseorang saat melihat interaksi antara Davin dan Ryuzo
SELESAI
Dengan selesainya chapter ini, maka cerita "Let Me Be Your Man" telah selesai. Terima kasih untuk semua perhatian dan dukungannya selama ini.
Terima kasih semuanya, dan silakan mampir juga di cerita-cerita saya lainnya..
See you in the next story

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Man (Tamat)
CasualeHari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bis...