83. Rahasia

168 16 4
                                    

lima bulan kemudian ...

Kandungan Keira mulai telihat, itu membuat kehidupannya bersama sang suami semakin harmonis.

"Aduh ...," sahut Keira memegang perutnya, ia juga memejamkan mata erat dan menggigit bibir bawahnya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Kenzo.

"Hm ... enggak. aku nggak apa-apa," jawab Keira bohongg.

"Kamu serius? Kita kerumah sakit aja ya, kita periksa," seru Kenzo khawatir.

"Ngggak apa-apa kok, kamu nggak usah khawatir, oke?"

"Gimana aku nggak khawatir Key, aku perhatiin kamu sering kesakitan gitu. Kita periksa aja ya?" Keira menggeleng.

"Aku baik-baik aja Ken. Percaya deh. Lagian kan umur kandungan ku mulai tua, mungkin anak kita lagi nendang di dalam sini," jawab Keira dengan tenang. Kenzo hanya bisa menghembus nafas, sebenarnya ia sangat khawatir dan tidak tega melihat istrinya kesakitan. Ia pun hanya bisa mengelus perut buncit Keira dan duduk di hadapan perutnya.

"Nak, kamu jangan nakal di dalam sana ya, kasian Mami kamu kesakitan," ucap Kenzo lalu mengecup perut Keira.

"Iya Papi, janji nggak bakal bikin Mami sakit lagi." Keira yang menjawab. Kenzo tersenyum melihat wajah istrinya, lalu mengecup wajah sang istri berkali-kali.

***

"Gue bingung harus ngapain, gue khawatir sama dia," adu Kenzo.

"Ya lo tinggal ajak Keira ke rumah sakit aja. Gua rasa dia bukan tipikal orang yang takut ke rumah sakit," jawab Gafa.

"Itu dia masalahnya, dia suka nolak kalau diajak ke rumah sakit. Sekalinya gua paksa bawa dia kesana, dia ngambek. Pernah juga dia, diemin gue dua hari. Gue kudu gimana lagi coba?!" Kenzo mulai merasa frustasi, mengacak rambutnya.

"Ya udah, nanti biar gua suruh Iva tanya ke dia langsung, gua rasa ada yang di sembunyikan Keira. "

Kenzo menyandarkan punggungnya pada tembok, dengan wajah yang terlihat acak-acakan itu, Kenzo meraih kopinya, "Thank ya Fa, lo mau denger gue, gue jadi ngerepotin lo juga Keiva," ucap Kenzo.

"Santai aja, istri kita kan saudaraan, berarti kita juga saudara. Sesama saudara kan harus saling bantu," ucap Gafa.

***

Pada akhir pekan ini, Keiva bersama ketiga anaknya juga Keira sedang duduk santai di halaman rumah orang tua mereka. Sudah menjadi rutinitas mereka, mengunjungi kedua orangtuanya saat hari-hari libur. Namun, Keira tampak kesakitan, itu membuat Keiva merasa aneh.

Anak Keiva udah lahir loh ya dan dia cewek ...👏

"Lo kenapa, Key?" tanya Keiva.

"Nggak, gue baik-baik aja kok," jawab Keira bohong.

"Lo ini bener-bener bad liar tau nggak? Serius deh mana yang sakit?" tanya Keiva mendesak, ia tentu tahu dan tidak akan pernah bisa dibohongi saudara kembar nya itu.

"Perut ... perut gue sakit," jawab Keira jujur, tapi ekspresi wanita itu terlihat sangat kesakitan meskipun di tahan. Air mata pun keluar dari sela matanya.

"Kita kerumah sakit," putus Keiva langsung.

"Nggak Iva ... gue nggak mau," tolak Keira.

"Gue nggak minta izin dari lo."

"Kalau kita kerumah sakit, anak-anak lo gimana?" tanya Keira.

"Tinggal titipin aja ke Bunda, gampang kan?"

"Tapi ...."

"Udah lo nggak usah banyak bacot. sekarang kita ke mobil, lo sanggup jalan?" tanya Keiva. Keira menggeleng sebagai jawaban.

"Ya udah, lo tunggu di sini. Gua pamit ke Bunda sekalian mau nitipin anak-anak dulu." Keiva pun masuk ke dalam rumah, yang tak lama kemudian kedua orangtua mereka keluar. Membantu Keira berjalan ke mobil yang terparkir cukup jauh.

Tak lama suara gadis dan pria muda yang begitu familiar menghampiri.

"Halo ... kami pulang," ucap si gadis.
"Kakak kenapa?" tanya pria muda.

"Ali? Lily? Kalian datang? Kenapa ngk nelfon kalau pulang?" tanya Keira di tengah rasa sakit yang di rasakannya.

Sebenarnya sudah lama Ali dan Lily berkuliah di London dan baru bisa pulang saat ini, Keira sangat ingin bercengkrama bersama kedua adiknya, tapi kondisi tak memungkinkan.

"Nanti kita jelasin, ini ada apa? Kak Kei kenapa?" tanya Lily khawatir, melihat sang kakak yang begitu menyayanginya terlihat pucat dan kesakitan.

"Kakak juga nggak tahu. Ini mau dibawa ke rumah sakit." Keiva yang menjawab.

Tanpa pikir panjang, Ali melepasakan barang bawaannya. Menggendong Keira menuju mobil.

"Ali pelan-pelan," sahut Keiva.

"Bunda, Ayah, aku tahu kalian kangen sama aku juga bang Ali, tapi aku mau ikut kakak ke rumah sakit ya ... dadah," seru Lily mencium pipi kedua orangtuanya lalu ikut masuk ke dalam mobil.

"Tapi kalian baru sampai, hei ... Ali, Lily!" teriak sang Bunda, tapi tak digubris oleh dua anak itu.

"Ali jangan ngebut!" peringat sang Ayah.

***

Keira langsung masuk UGD, sedangkan Keiva, Ali dan Lily menunggu di luar.

"Kak Keira sebenarnya kenapa kak?" tanya Ali tak sabaran.

"Kakak juga nggak tahu. Tadi sebelumnya dia kelihatan kesakitan gitu, kakak pikir cuman bentar, tapi lama-lama kakak liat, Keira makin kesakitan, makanya kakak bawa ke rumah sakit," jelas Keiva.

"Kakak udah kasih tahu bang Ken belum?" tanya Lily.

"Belum," jawab Keiva.

"Kenapa nggak kakak kasih tahu?"

"Handphone kakak ketinggalan karna panik tadi."

"Semoga aja kak Kei baik-baik aja," seru Lily.

"Kalian pulang kenapa nggak nelfon hah?!" tanya Keiva yang sekarang menjewer telinga kedua adiknya.

"Aw ... sakit Kak," sahut Lily.

"Tadi kita mau kasih surprise buat Bunda sama Ayah," jawab Ali menahan sakit juga.

"Tapi malah kita yang kena surprise liat kondisi kak Keira tadi," ucap Lily. Keiva pun melepaskan telinga mereka, karena dokter keluar dari ruangan Keira diperiksa.

"Gimana, Dok? Saudara saya baik-baik aja kan? Kandungannya juga baik-baik  aja kan?" tanya Keiva bertubi.

"Apa saya bisa bicara dengan suaminya?" tanya Dokter.

"Suaminya nggak ada, Dok. Tolong kasih tahu saya aja." Keiva mulai mendesak.

"Baiklah. Mari ikut keruangan saya," ucap si Dokter. Keiva dan Ali mengikuti Dokter itu.

"Lily temenin kak Keira aja ya," seru gadis itu. Keiva hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Jadi, saudara saya sebenarnya kenapa, Dok?" tanya Keiva.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc ...

Hayo loooo ... keira sebenarnya kenapa ya?

Twins Girls (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang