74. Beri tahu Mommy..

786 41 3
                                    

Malam harinya, seperti yang dikatakan Budi. Sobri akan mengantar Vanya pulang.

"Mamang ikut juga ya?" Izin Budi.

"Kenapa ikut?" Tanya Vanya yang sejujurnya ia ingin berduaan dengan Sobri.

"Ya.. biar nanti mamang langsung kasih tahu ibu kamu.."

"Tapi..--"

"Tapi kenapa? Kamu takut ibu kamu tahu? Kamu nggak mau ibu kamu tahu?" Tanya Budi bertubi-tubi.

"Bukan gitu maksud Vanya. Cuman Vanya belum siap buat kasih tahu Mommy Vanya mang.." ucap Vanya menunduk.

"Mamang ngerti. Tapi kan tetap saja, mau tidak mau ibu kamu itu harus tahu. Belum lagi perut kamu udah mulai buncit gini.. dari pada ibu kamu tahu dari orang kan? mending kamu sendiri yang bilang sama ibu kamu itu. Kamu bayangkan saja deh, kalau misalkan ibu kamu tahu dari orang, bagaimana perasaannya nanti.." ucap Budi dengan lembut.

"Vanya tahu, tapi.. besok pagi aja Vanya kasih tahu Mommy. Vanya janji besok pagi Vanya kasih tahu, jadi buat sekarang mang Budi jangan kasih tahu Mommy ya.. Vanya mohon.." Vanya mengeluarkan puppy eyes nya.

Budi menghela nafas. "Ya udah kalau gitu.. sekarang kamu sama Sobri pulang ya.. jangan terlalu banyak mikirin yang aneh-aneh.." nasihat Budi. Vanya mengangguk sambil tersenyum. Sobri pun mengantar Vanya dengan motor bebeknya.

***

Esok harinya. Sesuai janji Vanya pada Budi, Vanya berencana untuk memberitahu semuanya kepada sang ibu. Meskipun hatinya dag dig dug.

"Mommy..?" Panggil Vanya duduk disamping sang ibu yang sedang sarapan.

"Kenapa nak?" Tanya Safina.

"Ada yang mau Vanya kasih tahu ke Mommy.."

"Tinggal bilang aja Mommy dengerin kok.." kata Safina. Vanya malah diam.

"Kok diam?? Kamu mau bilang apa ke Mommy hm?? " Tanya Safina dengan nada lembut. Wanita itu juga mengelus kepala putri sambungnya itu.

"Tapi Mommy janji dulu. Kalau Mommy nggak bakal marah nanti." Kata Vanya.

"Iya.. Mommy janji nggak bakal marah. Kamu ini kenapa sih..? Jadi bikin Mommy pemasaran deh.." ucap Safina dengan tertawa kecil.

"Vanya..--" Vanya kembali terdiam. Dengan sabarnya Safina mendengar sang putri mengatakan yang ia inginkan.

"Vanya hamil Mom.." akhirnya Vanya mengatakan yang sebenarnya. Beberapa saat Safina terdiam tak percaya.

"Vanya minta maaf Mom..hiks.. Vanya tahu Vanya itu anak yang nggak tahu diri..hiks.. nggak berguna bahkan buat Mommy malu.. Vanya minta maaf Mommy.." wajah Vanya sudah dibasahi dengan air matanya yang mengalir deras.

Safina yang melihat putrinya menangis seperti itu, menarik lengan Vanya dengan lembut dan memeluknya erat. Ia juga menitikkan air mata.

"Udah.. kamu jangan nangis lagi ya.. " ucap Safina lembut, ia juga terus mengelus punggung putrinya yang masih menangis.

"Mommy nggak marah sama Vanya?" Tanya Vanya masih sesenggukan.

"Mommy kan udah janji nggak bakal marah sama Vanya tadi.." jawab Safina.

"Maafin Vanya Mommy.." Vanya kembali menangis, memeluk Safina dengan erat.

"Kamu nggak perlu minta maaf sayang. Apa yang sudah terjadi tidak bisa kita ubah lagi kan.. udah.. jangan nangis lagi ya.. kamu bilang kamu lagi hamil, kalau kamu nangis kayak gini nggak baik buat anak kamu nanti.." ucap Safina dengan nada lembut.

Twins Girls (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang