hai hai haii gimana kabarnya? sehat sehat aja kan?
they called me boon, thats what i like-☆
cus lanjut aja yaa, vote komen yaa yang banyak
okeyy langsung happy readingg
~~~
"Jangan nangis, gue belum mati," ucapan sesorang membuat Aurora melihat ke arah suara itu, itu adalah suara berat Arga. Arga menghapus air mata Aurora yang mengalir sedari tadi.
Aurora tersenyum cantik ke arah Arga, akhirnya yang ia tunggu-tunggu datang, Arga kembali tersadar. Apa mungkin Arga tersadar berkat kecupan singkat di bibirnya dari Aurora?
"Keadaan kamu gimana? Ada yang sakit?" tanya Aurora khawatir kepada Arga ia tak sama sekali melepas genggaman tangannya, malah ia semakin mempereratnya.
"Gue pusing," balas Arga jujur, ia memang sangat pusing sekarang, Aurora memudarkan senyumannya setalah mendengar itu.
"Kalau kamu pusing, istirahat lagi aja," ujar Aurora lalu Arga menggeleng kecil sambil tersenyum ke arah gadis cantik yang ada di depannya sekarang.
Cowok itu mengelur pelan puncak kepala Aurora lalu menidurkan kepala gadis itu ke dadanya. Aurora terkejut dengan perlakuan Arga terhadapnya.
"Kalau gue mati lo bakal nangis?" tanya Arga masih memeluk kepala Aurora yang ada di dada bidangnya.
Arga tak sama sekali memakai baju sekarang, ia hanya memakai celana. perutnya terkena tusukan namun tidak dalam. Mungkin Arga sudah sempat diserang dulu oleh lawannya. Meski tidak terlalu parah luka yang ada di perut Arga, namun luka itu berhasil membuat Aurora tambah kwahatir.
"Eh di sini ada luka kan? Ga sakit kamu giniin aku?" tanya Aurora menunjuk luka Arga yang ditutupi oleh selimut. Cewek itu mengangkat kepalanya sambil mengalihkan topik pembicaraan.
"Gitu doang gak bakal sakit," balas Arga enteng ia kembali menurunkan kepala Aurora agar kembali bersandar di dadanya.
Kali ini wajah Aurora berada di bawah dagu Arga. Arga mengelus rambut Aurora yang berwarna coklat itu. Di saat ia bersama Aurora pasti bawaannya selalu tenang.
Cuppp
Arga mencium puncak kepala Aurora cukup lama, sebenarnya cowok itu ingin mencium Aurora di keningnya saja, namun itu tak terjangkau oleh Arga karena ia sedang terbaring lemah."Gue haus," ucap Arga lalu dengan cepat Aurora menaikkan kembali kepalanya dan mengambil air putih di meja sebelah bankar ruang itu. Arga meneguk air itu hingga tak bersisa sedikitpun, sepertinya lelaki itu sangat haus.
"Kamu masih pusing ya? Kata dokter kamu kena penyakit sakit kepala kloris. Kamu bisa sembuh kalau rajin minum obat, kamu bisa sembuh dalam tiga bulan kalau kamu rajin minum obat," kata Aurora menjelaskan apa kata Dokter itu. Regan yang memberitahu Aurora karena pada saat itu Aurora tidak ada di rumah sakit.
"Kalau gue gak minum obat?"
"Kamu bakal lama sembuhnya. Pokoknya kamu harus sembuh cepet, gaboleh ketinggalan minum obat. Aku gak pingin kamu sakit," jawab Aurora membuat Arga terkekeh dan mengacak rambut gadis itu lucu. Baru lali ini Arga bersifat seperti ini.
"Terus?"
"Kamu bisa amnesia tergantung keparahan kamu," ujar Aurora membuat Arga terkekeh kecil, ia tau yang dikatakan Aurora ini benar adanya, namun ia tak mau terus-terusnya memikirkan penyakitnya.
"Kalau gue lupa yaudah, gak ada juga yang sayang gue. Semuanya hilang sampai keluarga gue hilang. Buktinya mereka gak ada di sini waktu gue di rumah sakit," balas Arga membuat Aurora memeluk Arga yang lagi terbaring di kasur itu. Pelukan erat yang Aurota berikan sangat hangat di tubuh Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGALA -END-
Ficção AdolescenteArgala Ravendra, seorang cowok dengan pesona selangit, alis tebal dengan mata tajam bernetra hijau, bibir penuh berwarna pink alami, hidung mancung dengan dagu yang terukir tajam. Siapapun itu tidak ada yang bisa menolak pesona sang Argala Ravendra...