27. Saling Memaafkan

10.1K 966 117
                                    

"Hipotermia?" beo Gilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hipotermia?" beo Gilang.

"Iya benar, itu di karena kan istri bapak terlalu lama di ruangan yang dingin. Pada saat ini, sistem saraf serta jantung pada istri bapak tidak bisa berfungsi dengan normal."

"Kenapa istri bapak bisa seperti itu?" tanya sang Dokter.

"I-istri saya, di luar rumah tadi saat hujan. Sekitar tiga jam, Dok." jawab Gilang.

Dokter itu sontak kaget, "Apa bapak gila?"

"Istri bapak berada di luar rumah selama tiga jam? Itu sangat berbahaya bagi keadaannya. Untung saja bapak dengan cepat membawanya masuk ke dalam rumah, jika tidak nyawa istri bapak tidak akan bisa terselamatkan." jelas Dokter itu semakin membuat rasa bersalah Gilang pada Clara semakin besar.

"T-terus sekarang istri saya gimana, Dok?"

"Alhamdulillah, suhu tubuh istri bapak sudah mulai normal. Saran saya, biarkan istri bapak beristirahat dulu sampai beberapa jam. Jika dia sudah bangun, bapak bisa memberikannya minuman hangat."

"Baik, Dok. Terima kasih. Mari saya antar," Gilang mengantar Dokter itu kuat dari rumahnya.

Di sisi lain, Arsya mendengar semuanya. Bocah itu memang tidak paham apa yang di bicarakan, namun ia tahu jika mamanya sedang sakit.

Dengan langkah kaki kecilnya, Arsya masuk ke dalam kamar Clara.

"Mammaa," cicitnya pelan.

Bocah itu naik ke atas kasur dengan susah payah. Kemudian duduk di samping Clara yang masih belum sadar.

Tangan mungil Arsya meraih telapak tangan Clara.

"Kok dinin?" bingung bocah itu.

Arsya mendekatkan bibirnya ke punggung tangan Clara.

"Mama cepet cembuh, janan cakit." ujarnya.

"Maapin Alca, Alca tadi ndak bica butain pintu buat mama." lanjut bocah itu.

Arsya mencebikkan bibirnya. Dalam pikirannya, ia merasa bahwa papanya lah yang salah.

"Papa ahat, papa uddah buat mama cakit .."

Di ambang pintu, Gilang mendengar semuanya. Laki-laki itu tak bisa membendung air matanya lebih lama lagi.

Sekali lagi, Gilang gagal melindungi Clara. Bahkan sekarang ia yang menyebabkan Clara menderita.

Gilang menyeka air matanya, lalu ia melangkah masuk menghampiri Arsya serta Clara yang masih belum sadar.

Gilang duduk di pinggiran kasur, di samping Clara dan di depan Arsya menghadap.

Gilang menatap sendu wajah pucat Clara. Laki-laki itu menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah Clara.

"Maafin aku by, maaf." ujar Gilang sesal.

MY HUSBAND [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang