38. Hujan

8.2K 683 99
                                    

⚠️Komen disetiap paragrafnya⚠️

⚠️Komen disetiap paragrafnya⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari semakin gelap. Namun seorang laki-laki masih sibuk dengan laptopnya. Gilang terus berusaha untuk menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh Deora. Andai saja tidak ada ancaman dari wanita itu, sudah dapat dipastikan kalau ia akan menendang keluar Deora dari kantor miliknya.

Laki-laki yang menggunakan kemeja hitam polos itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang ia duduki. Gilang menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kapan urusannya dengan Deora akan selesai?

"Wanita uler," gumamnya kesal. Gilang kembali fokus dengan laptopnya. Lelaki itu bahkan tidak sadar kalau ini sudah sangat larut.

Ceklek

"Gilang," panggil seseorang membuat laki-laki itu mendongak, menatap perempuan cantik yang berdiri di ambang pintu. "Clara?" beo Gilang terkejut. Mengapa perempuan ini datang ke sini?

Gilang segera bangkit dari duduknya. Laki-laki itu menghampiri Clara yang masih berdiri di ambang pintu. Perempuan itu menggerai rambutnya yang panjang, terlihat sangat cantik.

Gilang memeluk tubuh mungil Clara. Laki-laki itu menelusupkan kepalanya ke ceruk leher Clara yang beraroma seperti vanilla. Sedangkan Clara kaget karena tiba-tiba saja Gilang memeluknya. Ada apa dengan laki-laki ini?

"Lang, aku ke sini karena khawatir sama kamu. Ini udah larut malem, tapi kamu belum pulang ke rumah," jelas Clara. Memang benar, sedari tadi perempuan itu cemas akan keadaan Gilang.

"Maaf, baby." Gilang semakin memeluk erat tubuh Clara. Laki-laki itu bahkan masih menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher istrinya. Clara memang obat untuk Gilang.

"Kamu, capek?" tanya Clara membuat Gilang menganggukkan kepalanya. "Mau susu," gumam Gilang yang membuat Clara memutar bola matanya dengan malas.

"Jangan mulai deh, Lang. Udah kayak bapak-bapak, jangan kayak anak kecil," ketus Clara.

Gilang berdecak. Laki-laki itu melepas pelukan mereka. "Aku masih muda, tauu. Bukan bapak-bapak!" katanya lucu, bibir laki-laki itu sedikit manyun.

Clara tertawa pelan. "Iya deh yang masih muda. Ampun, Pak," perempuan itu kembali tertawa hingga membuat kesal sendiri. "Tau, ah!" Gilang membalikkan badannya, laki-laki itu berjalan kembali ke arah kursi yang tadi ia duduki.

"Em, Lang ...." Clara berjalan menyusul Gilang. Laki-laki itu bersikap dada dengan wajah yang menggemaskan bagi Clara. Sekarang Gilang terihat seperti seorang anak kecil yang marah dengan Mamanya karena tidak dibelikan permen.

MY HUSBAND [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang