2.

3.9K 238 7
                                    


***

Pagi hari ini cukup mendung, rintik hujan mulai membasahi bumi. Beberapa hari ini memang sering sekali hujan, membuat hawa dingin. Kini Aya sedang berada di sekolah dengan switer coklat miliknya yang sengaja ia bawa dari rumah.

Suasana sekolah begitu berbeda jika hujan. Kelihatan sepi karena kebanyakan para murid memilih untuk menetap di kelas. Tetapi berbeda dengan Aya yang lebih memilih ke kantin, perutnya keroncongan kelaparan. Aya tak sendiri Caca juga ikut, katanya mau curhat.

"Ay, tau gak, huaa gue berantem lagi sama Regan. Padahal dia yang salah karena beduaan sana si lida di rooftop. Kan gue kesel, mana deketan lagi duduknya" Ujar Caca sedih.

Aya yang sedang memakan bakso terdiam, tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari bakso. "Mungkin mereka lagi ada urusan, jadi gak usah terlalu berlebihan, kasian juga kalo kamu kekang terus" Balas Aya acuh, melanjutkan aksi makannya.

"Bukannya berlebihan, tapi gue gak suka aja ngeliat dia sama lida, lo tau kan tu cewek kang caper. Lagian urusan apa, emang- eh iya ya, kan si lida wakil ketua kelas. "

"Tuh kan, makanya jangan suudzon sama orang, lagian gak mungkin kan Regan selingkuh, kan dia cuma cinta sama kamu. " Ucap Aya sok menyemangati, padahal hatinya sakit.

Caca tertawa mendengar nya. " Iya juga, gak mungkin lah. Eh iya, eeumm gue boleh minta tolong gak sama lo ay? "

"Apa? "

"Tolong beliin Regan makanan dong terus anterin ya ke kelasnya, gue lagi ada urusan nih. Boleh ya? " Tanya Caca tanpa malu.

"Kamu tau kan kalo di kelas Regan banyak cowok, terus ada malisca sama temen-temen nya. Aku gak mau nyari penyakit" Tolak Aya secara halus, tapi walau dengan cara apapun menolak dia bakal tetap kalah.

"Gue minta tolonggg banget sama lo, gue lagi ada urusan mendesak sama syifa, gak mungkin di batalin. Nanti kalo gue yang anterin bakalan lama ay. " Bujuk Caca

"Caca, Caca. Kamu lupa ya kalo aku ada konflik sama malisca yang gak bakal bisa selesai, setiap dia ngeliat aku pasti bawaannya pengen marah terus. Aku gak bisa ngelawan"

"Ah! Lo mah gitu, setiap gue minta tolong pasti gitu. Lagian tinggal ngelawan apa susahnya sih, kalo gue jadi lo gue bunuh tu malisca. Masalah lo itu gak kayak gue ay, kalo gue lebih parah lagi" Bukannya menyemangati malah membandingkan masalah nya sama Aya.

Aya menghela nafas panjang, selalu seperti ini. "Yaudah iya, mana uangnya? " Tanya Aya menjulurkan tangan minta uang.

"Hehe pake uang lo dulu, mama belum ngirimin gue uang" Jawab caca cengengesan.

"Oke. Yaudah sana, katanya mendesak, nanti kamu kena masalah lagi" Titah Aya. Lalu caca melenggang pergi entah kemana. Sebenarnya pacar Regan tu Aya atau caca sih.

Aya menyelesaikan makanan nya terlebih dahulu lalu membelikan makan untuk Regan. Jujur saja, Aya tak pernah menginginkan rasa nya pada Regan terus ada, dia sudah memiliki Sagara. Tapi kenapa rasanya pada Regan terus saja bertambah, sebisanya dia melupakan Regan, butuh proses memang, merelakan apa yang tak pernah menjadi miliknya. Sagara tak kalah dari Regan, tapi Aya belum ada rasa pada Sagara walau sudah lama berpacaran. Mungkin sudah ada tapi Aya lah yang tak sadar. Kelak Aya pasti bisa memilih yang terbaik.

***

Kini kaki jenjang Aya berjalan menyusui koridor, tangan yang membawa makanan untuk pacar sangat teman. Sedikit yang menegur Aya karena memang teman Aya tak banyak, mungkin hanya caca dan para teman sekelas, itupun tak dekat. Tapi Aya hanya acuh, walau begitu ia tetap merasa kesepian.

Setelah sampai di kelas Regan, mata Aya di suguhi pemandangan yang kurang ia sukai. Banyak laki-laki mengobrol, tak lupa juga ada Malisca. Wanita yang menyandang sebagai musuhan nya, Aya tak pernah mau mempunyai musuh. Tapi banyak yang mau menjadi musuh aya.

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang